makalah psikologi

PSIKOLOGI MANAJEMEN
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur
Mata Kuliah Ilmu psikologi Manajemen





Oleh :
Jaka Billal
Jurusan : Manajemen Dakwah
Semester : 3

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2010

PSIKOLOGI MANAJMEN

PENGERTIAN PSIKOLOGI
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

PENGERTIAN PSIKOLOGI MENURUT BEBERAPA SUMBER
Crow & Crow
Pschycology is the study of human behavior and human relationship.
(Psikologi ialah tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya, baik berupa manusia lain (human relationship) maupun bukan manusia: hewan, iklim, kebudayaan, dan sebagainya.
Sartain
Psychology is the scientific study of the behavior of living organism, with especial attention given to human behavior. (Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku organisme yang hidup, terutama tingkah laku manusia).
Bruno (1987)
Pengertian Psikologi dibagi dalam tiga bagian, yaitu: Pertama, psikologi adalah studi (penyelidikan) mengenai “ruh”. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidup mental”. Ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme.
Chaplin (1972) dalam Dictionary of psychology
Psikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan.
Ensiklopedia Pendidikan, Poerbakawatja dan Harahap (1981)
Psikologi sebagai cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan – kegiatan jiwa.
Richard Mayer (1981)
Psikologi merupakan analisi mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia.
James,W. (dlm Harriman,P.L.,1963 ,Handbook of Psychological Terms): “the science of mental life, both of its phenomena, and of their condition”.
Crooks,R.L., Stein,J. , 1988,(dlm Psychology. Science,Behavior and Life) : “the scientific study of the behavior and mental processes of humans and other animals”.
Wortman,C.,Loftus,E.,Weaver,Ch.,2004 (dlm Psychology. 5th.ed) : “the scientific study of behavior, both external observable action and internal thought”.
Westen, Drew, 1959 (dalam buku Psychology : mind, brain & culture) : ”The scientific investigation of mental processes and behavior.”

PENGERTIAN MANAJEMEN
Manajemen _dalam bahasa Inggris_ berasal dari kata to manage. Kata “manage” berasal dari bahasa Italia “managgio” dari kata “managgiare” yang selanjutnya kata ini berasal dari bahasa latin “manus” yang berarti tangan (hand). Kata manage dalam bahasa Perancis berarti house-keeping (rumah tangga). Dalam kamus Webster’s New Collegiate Dictionary, kata management diberikan penjelasan sebagai : the act or art of managing, conduct, direction, and controll.
Dalam mengartikan dan mendefinisikan manajemen ada berbagai ragam, ada yang mengartikan dengan ketatalaksanaan, manajemen, manajemen pengurusan dan lain se- bagainya. Bila dilihat dari literatur-literatur yang ada, pengertian manajemen dapat dilihat dari tiga pengertian:
1. manajemen sebagai suatu proses.
2. manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
3. manajemen sebagai ilmu (science) dan sebagai seni (art).
Manajemen sebagai suatu proses, melihat bagai mana cara orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Pengertian manajemen sebagai suatu proses dapat dilihat dari pengertian menurut :
1. Encylopedia of The Social Science, yaitu suatu proses dimana pelaksanaan suatu tujuan tertentu dilaksanakan dan diawasi.
2. Haiman, manajemen yaitu fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang lain, mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan.
3. Georçv R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu dengan melalui kegiatan orang lain.
Manajemen suatu kolektivitas yaitu merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan bersama. Kolektivitas atau kumpulan orang-orang inilah yang disebut dengan manajemen, sedang orang yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya suatu tujuan atau berjalannya aktivitas manajemen disebut manajer.
Manajemen sebagai suatu ilmu dan seni, melihat bagaimana aktivitas manajemen dihubungkan dengan prinsip-prinsip dari manajemen. Pengertian manajemen sebagai suatu ilmu dan seni dari :
1. Chaster I Bernard dalam bukunya yang berjudul JTAe^Bnctíon of the Executive, bahwa manajemen yaitu seni dan ilmu, juga Henry Fajol, Alfin Brown Harold, Koontz Cyril O’donnel dan GerQge K Terry.
2. Marry Parker FoUett menyatakan bahwa manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Dari devinisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen yaitu koordinasi semua sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penetapan tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu

UNSUR-UNSUR PSIKOLOGI
Interaksi sosial pada manusia kepada manusia lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berbicara, bertatap muka, bertransaksi dagang, belajar pada orang lain, menyakiti orang lain, dan lain sebagainya. Interaksi sosial antar individu merupakan proses yang rumit dan kompleks yang melibatkan faktor-faktor psikologis berikut di bawah ini (disertai pengertian / definisi) :
1. Imitasi
Imitasi adalah meniru orang lain mulai dari sikap, perilaku, gaya, cara berfikir, penampilan, keterampilan, kemampuan, dan lain-lain. Imitasi yang baik perlu didahului oleh penerimaan, penghormatan, pengaguman, dll pada sesuatu yang hendak ditiru tersebut.
2. Sugesti
Sugesti adalah mempengaruhi seseorang atas suatu pandangan, pemahaman, sikap, dsb ketika yang menerima sugesti dalam keadaan tidak berpikir rasional karena diberi sugesti oleh orang yang dikagumi, dihormati, berwibawa, karismatik, pemuka agama, penguasa, golongan mayoritas, dan lain sebagainya.
3. Simpati
Simpati adalah ketertarikan seseorang kepada orang lain yang seolah-olah merasakan perasaan orang lain. Contoh : Membantu korban bencana alam.
4. Empati
Empati adalah rasa simpati yang sangat mendalam yang mampu memberikan pengaruh pada kejiwaan dan atau fisik seseorang. Contoh : rasa rindu yang terlalu dalam bisa menyebabkan seorang gadis menjadi panas dingin akibat tidak direstuinya hubungan cinta dengan kekasihnya.
5. Identifikasi
Identifikasi adalah imitasi yang mendalam sehingga ingin menjadi sama dengan pihak lain baik secara disengaja maupun tanpa disengaja. Contoh : Seseorang ingin menjadi seperti Tukul Arwana akan berupaya bergaya tingkah laku seperti Tukul.

Menurut Koentjaraningrat (1986) unsur-unsur dari kepribadian meliputi: pengetahuan, perasaan dan dorongan hati.
# Pengetahuan
Pengetahuan sebagai salah satu unsur kepribadian memiliki aspek-aspek sebagai berikut: penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep, dan fantasi yang berada di alam sadar manusia. Walaupun demikian, diakui bahwa banyak pengetahuan atau bagian dari seluruh himpunan pengetahuan yang ditimbun oleh seorang individu selama hidupnya itu, seringkali hilang dari alam akalnya yang sadar, atau dalam “kesadarannya,” karena berbagai macam sebab. Walaupun demikian perlu diperhatikan bahwa unsur-unsur pengetahuan tadi sebenarnya tidak hilang lenyap begitu saja, melainkan hanya terdesak masuk saja ke dalam bagian dari jiwa manusia yang dalam ilmu psikologi disebut alam “bawah-sadar” (sub-conscious).
# Perasaan
Koentjaraningrat (1986) menyatakan bahwa perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilainya sebagai keadaan positif atau negatif. Suatu perasaan yang selalu bersifat subyektif karena adanya unsur penilaian, yang biasanya menimbulkan suatu kehendak dalam kesadaran seorang individu. Kehendak itu bisa juga positif, artinya individu tersebut ingin mendapatkan hal yang dirasakannya sebagai suatu hal yang akan memberikan kenikmatan kepadanya, atau bisa juga negatif, artinya ia hendak menghindari hal yang dirasakannya sebagai hal yang akan membawa perasaan tidak nikmat kepadanya. Alam kesadaran manusia juga mengandung berbagai macam perasaan.
# Dorongan Naluri
Kesadaran manusia menurut para ahli psikologi juga mengandung berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena pengaruh pengetahuannya, melainkan karena sudah terkandung dalam organismanya, dan khususnya dalam gen-nya (dirinya) sebagai naluri. Kemauan yang sudah merupakan naluri pada tiap makhluk manusia tersebut, disebut dorongan (drive).
UNSUR-UNSUR MANAJEMEN
Man (SDM)
Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai tujuan.
• Money (uang)
Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai. Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu organisasi.
• Materials (bahan)
Materi terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
• Machines (mesin)
Dalam kegiatan perusahaan, mesin sangat diperlukan. Penggunaan mesin akan membawa kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efesiensi kerja.
• Methods (metode)
Dalam pelaksanaan kerja diperlukan metode-metode kerja. Suatu tata cara kerja yang baik akan memperlancar jalannya pekerjaan. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik, sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya sendiri.
• Market (pasar)
Memasarkan produk sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan) konsumen.
PENGERTIAN PSIKOLOGI MANAJEMEN
Psikologi Manajemen adalah suatu studi tentang tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses manajemen dalam rangka melaksanakan fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Sedangkan Ilmu Psikologi Manajemen merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang disistemisasi, dikumpulkan dan diterima kebenarannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya metode ilmiah yang dapat digunakan dalam setiap penyelesaian masalah dalam psikologi manajemen. Namun selain itu, beberapa ahli seperti Follet menganggap psikologi manajemen adalah sebuah seni. Hal ini disebabkan karena dalam tatanan social memerlukan kharisma, stabilitas emosi, kewibawaan, kejujuran, kemampuan menjalin hubungan antaramanusia yang semuanya itu banyak ditentukan oleh bakat seseorang dan sulit dipelajari.
Unsur-Unsur Manajemen
Unsur-unsur manajemen yang dimaksudkan ialah yang diistilahkan dengan 6 M (The Six M), yaitu:
1. Man
Manusi (pelaksana yang handal dan terampil)
2. Money
Keuangan (ketersediaan dana)
3. Machines
Perlengkapan mesin-mesin sebagai alat bekerja (apabila diperlukan)
4. Methods
Metode (cara)
5. Materials
Sarana dan prasarana
6. Market
Pemasaran (pemasyarakatan dan pembudayaan)
Agar unsur-unsur manajemen di atas dpaat berfungsi sebagaimana mestinya, harus ditunjang pula dengan adanya fungsi manajemen. Hal demikian ditempuh sekaligus dalam rangka memantapkan pelaksanaan manajemen.

PSIKOLOGI MANAJAMEN
Psikologi manajemen adalah ilmu tentang bagaimana mengatur / me-manage sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan.


Sebagai ilustrasi,
Dulu dalam manajemen, orang berproduksi hanya mengandalkan sumber daya alam. Misalnya, orang berburu, memancing atau memetik hasil hutan saja untuk memenuhi keperluannya. Tetapi lama-kelamaan mulai terasa bahwa dengan menambahkan sumber daya manusia (terutama akalnya), maka orang akan bisa lebih efektif dan efisien dalam berproduksi. Maka mulailah dikenal pertanian, peternakan dan upaya budi daya sumber-sumber alam lainnya.

Setelah itu, timbul lagi kebutuhan akan modal, karena dengan investasi dana tertentu, akan bisa dibuat alat tertentu untuk lebih meningkatkan lagi efisiensi dan efektivitas produksi. Maka sejak zaman revolusi industri, tiga modal kerja yang utama adalah SDA (Sumber Daya Alam), SDU (Uang) dan SDM (Manusia), dan ilmu manajemen pun berkisar pada upaya untuk mengoptimalkan kinerja antar ketiga modal kerja itu.

Kaitannya dengan psikologi:
Dengan ditemukan dan dikembangkannya ilmu psikologi, diketahui bahwa unsur SDM ternyata merupakan yang terpenting dari ketiga modal kerja perusahaan manapun. Pasalnya, ilmu psikologi yg memang berpusat pada manusia, mampu mengintervensi berbagai faktor internal manusia seperti motivasi, sikap kerja, keterampilan, dsb dengan berbagai macam teknik dan metode, sehingga bisa dicapai kinerja SDM yang setinggi-tingginya untuk produktivitas perusahaan.

Kegiatan intervensi (yg bertujuan untuk "mengolah" manusia) inilah yg menjadi titik tolak dari kajian ilmu psikologi manajemen. Hal ini bertujuan agar seluruh kayawan / SDM dari suatu organisasi/perusahaan mengerti betul akan tugasnya, mampu memberikan informasi kepada pelanggan atau rekan sekerjanya, dan pada akhirnya membuat karyawan itu senang pada pekerjaan dan perusahaannya.
pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/.../31019-1-642030715077.doc
Sedangkan Ilmu Psikologi Manajemen merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang disistemisasi, dikumpulkan dan diterima kebenarannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya metode ilmiah yang dapat digunakan dalam setiap penyelesaian masalah dalam psikologi manajemen. Namun selain itu, beberapa ahli seperti Follet menganggap psikologi manajemen adalah sebuah seni. Hal ini disebabkan karena dalam tatanan social memerlukan kharisma, stabilitas emosi, kewibawaan, kejujuran, kemampuan menjalin hubungan antaramanusia yang semuanya itu banyak ditentukan oleh bakat seseorang dan sulit dipelajari.
Abin Syamsuddin. 1999. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

DAFTAR FUSTAKA
Kartono, Kartini. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju
Robert A. Baron. 1999. Psychology. Boston: Macmillan Publishing Company
Abin Syamsuddin. 1999. Psikologi Kependidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Dimyati. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta: FIP IKIP.
Sumadi Suryabrata. 1982. Perkembangan Individu. Jakarta. CV Rajawali.
Sartain, et al. Psychology: Understanding Human Behaviour. Macmillan Publishing Company
http://www.membuatblog.web.id/2010/04/pengertian-manajemen.html
http://organisasi.org/unsur-faktor-psikologi-pendorong-interaksi-sosial-imitasi-sugesti-simpati-empati-identifikasi
Sumber : Wikipedia.org/
http://ilmu-psikologi.blogspot.com

objek ilmu dakwah

Objek Dakwah [ mad’u ]
Objek dakwah [ mad’u ] ialah orang yang menjadi sasaran dakwah, yaitu semua manusia, sebagaimana firman Allah SWT :
“ Dan Kami tidak mengutus kamu, melainka kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Q.S. As-Saba’ 34: 28 ].
Berdasarkan ayat tersebut dapat difahami bahwa objek atau sasaran dakwah secara umum adalah seluruh manusia, dan objek dakwah secara khusus dapat ditinjau dari berbagai aspek secara khusus sebagai berikut :
1. Aspek usia ; anak-anak, remaja dan orang tua.
2. Aspek kelamin ; Laki-laki dan perempuan.
3. Aspek agama ; Islam dan kafir atau non muslim
4. Aspek sosiologis ; Masyarakat terasing, pedesaan, kota kecil dan
kota besar, serta masyarakat marjinal dari kota besar.
5. Aspek sturktur kelembagaan ; Legislati, ekskutif, dan yudikatif.
6. Aspek kultur ke-beragamaan ; Priyayi, abangan dan santri.
7. Aspek ekonomi ; Golongan kaya, menegah, dan miskin.
8. Aspek mata pencaharian ; Petani, peternak, pedagang, nelayan,
karyawan, buruh dll.
9. Aspek khusus ; Golongan masyarakat tuna susila, tuna netra, tuna
rungu, tuna wisma, tuna karya, dan narapidana.
10. Komunitas masyarakat seniman, baik seni musik, seni lukis, seni
pahat, seni tari, artis, aktris dll.
Para da’I tidak cukup hanya mengetahui objek dakwah secara umum dan secara khusus tersebut, tetapi yang lebih penting lagi yang harus diketahui adalah hakikat objek atau sasaran dakwah itu sendiri. Adapun hakikat objek dakwah adalah seluruh dimensi problematika hidup objek dakwah, baik problem yang berhubungan dengan aqidah, ibadah, akhlaq, mu’amalah [ pndidikan, social, ekonomi, politik, budaya dll ]













Ilmu Dakwah
Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i" sedangkan yang menjadi obyek dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam adalah "Da'i".



HAKIKAT ILMU DAKWAH
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. Annahl:125)‏
Sebagaimana telah diketahui bahwa dakwah Islam telah menjadi suatu disiplin ilmu yang mandiri, ia memiliki objek kajian, keistimewaan dan tujuan. Dengan begitu, semua ilmu keislaman saling terkait, mengambil kegunaan dan berjalan bersama dan memperoleh kegunaan ajaran Islam yang disiarkan dan disebarluaskan dengan metode yang jelas, sehingga terjamin tegaknya Islam”.

PENGERTIAN ILMU DAKWAH :
علم يبحث فيه عن كيفية الدعوة الاسلامية بشتئ الطرق العلمية من الاستباط والاقتباس والاستقراء ليكون الحق قائماوالقسط
Ilmu yang membahas tata cara dakwah islamiyah dengan menggunakan metode ilmiah baik istinbat, iqtibas, maupun istiqra, untuk menegakan keadilan dan hak. Pengertian Lain: Ilmu yang Mengkaji Proses Dakwah secara sistematis, logis, empiris, teologis dan filosofis.

TUJUAN ILMU DAKWAH
Menemukan kejelasan empiris, rasional, dan teologis tentang proses dakwah sebagai fenomena keilmuan, Perbedaan Dakwah dengan Ilmu Dakwah
• Dakwah mengacu pada proses dakwah dalam tatanan realitas.
• Ilmu Dakwah mengacu pada abstraksi (konseptualisasi) realitas proses dakwah.

REALITAS DAKWAH DARI KONTEKSNYA, (KUANTITAS) DIKATEGORISASIKAN:
• Da’i dan mad’unya dirinya sendiri, disebut dakwah nafsiyah
• Da’i dan mad’unya sendiri, disebut dakwah fardiyah, yang berlangsung secara tatap muka atau langsung tetapi tidak tatap muka yaitu bermedia.
• Da’i sendiri dan mad’u kelompok kecil, yaitu tiga hingga 20 orang, disebut dakwah fi’ah qalilah, yaitu berlangsung secara tatap muka dan dialogis.
• Da’i sendiri dan mad’unya kelompok yang terorganisir, disebut dakwah hizbiyah;
• Da’i sendiri mad’unya orang banyak, tidak bertatap muka dan monologius dengan media (cetak atau eletronik), atau tatap muka tetapi monologis seperti ceramah umum, atau khutbah), disebut dakwah ummah
• Da’i dan mad’u yang berbeda suku dan budaya dalam suatu kesatuan bangsa yang dapat berlangsung dalam konteks 1,2,3,4 dan 5 disebut dakwah qabailiyah (dakwah antar bangsa atau budaya).

RUANG LINGKUP ILMU DAKWAH
• Objek Materal Ilmu Dakwah: Perilaku keislaman dalam berislam
• Objek Formal Ilmu Dakwah: Perilaku Keislaman dalam melakukan Tabligh, Irsyad, Tadbir dan Tathwir

Metode Ilmu Dakwah
• Versi I: Metode analisis sistem dakwah, Metode historis, Metode Reflektif, Metode Riset Partisipatif, Metode Riset Kecenderungan Dakwah.
• Versi II: Manhaj istinbath (Penggalian konsep/teori dakwah dari Quran-Hadits); Manhaj Iqtibas (Penggalian Kosep/Teori dakwah dari konsep/teori umum yang sudah ada); Manhaj Istiqra (Penggalian konsep/teori dakwah dari hasil penelitian Lapangan

OBJEK ILMU DAKWAH
• Objek Materal Ilmu Dakwah: Perilaku keislaman dalam berislam
• Objek Formal Ilmu Dakwah: Perilaku Keislaman dalam melakukan Tabligh, Irsyad, Tadbir dan Tathwir
• Ilmu Dakwah erat kaitannya dengan Kajian ilmu keislaman selain dakwah dan ilmu tentang perilaku manusia.
• Ilmu Dakwah berkarakter interdisipliner.

UNSUR-UNSUR DAKWAH
• Dakwah menurut QS. al-Nahl (16):125 dapat dirumuskan sebagai kewajiban muslim mukalaf mengajak, menyeru, dan memanggil orang berakal ke jalan Tuhan (Dien Islam) dengan cara hikmah, mauizhah hasanah, dan mujadalah yang ahsan, dengan respons positif atau negatif dari orang berakal yang diajak, diseru, dan dipanggil di sepanjang zaman dan di setiap ruang.
• Unsur Dakwah: Da’i (Subjek), Maadah (Materi/Pesan), Washilah (Media), Toriqoh (Metode),Mad’u (Objek), Aina (Tempat), Mata (Waktu),Ghayah (Tujuan), Respons.

BENTUK DAN DIMENSI (KATEGORI) DAKWAH (1)
Dakwah menurut QS Fushshilat (41):33, dapat dirumuskan sebagai kewajiban menyeru, mengajak, dan memanggil manusia mengesakan Allah (tawhidullah) melalui ahsan qawl, ‘amal shalih, dan pernyataan ketundukkan kepada Allah. Hakikat dakwah ini menunjukkan bahwa terdapat tiga bentuk utama dalam proses mendakwahkan Islam, yaitu: (1) ahsan qawl, (2) ‘amal shalih (ahsan ‘amal), dan (3) qala inani min al-muslimin (keterpaduan bentuk ahsan qawl dan ahsan ‘amal, atau gerakkan percontohan yang baik).

BENTUK DAN DIMENSI (KATEGORI) DAKWAH
Bentuk Da’wah bi ahsan qawl diformulasikan jadi dua Dimensi (kategori), yaitu:
• Irsyad, Wa’zh (Taujih), dan Istisyfa Islam (bimbingan, konseling, penyuluhan, dan terapi Islam), yang menjadi kajian Jur BPI;
• Tabligh Islam: Khitobah, Kitabah dan I’lam, yang menjadi kajian Jur KPI.
Bentuk da’wah bi ahsan ‘amal diformulasikan jadi dua Dimenssi (kategori), yaitu:
• Tadbir Tathbiq Islam, yaitu manajemen kelembagaan Islam, yang menjadi kajian Jur MD;
• Tathwir Qawm Muslim, pemberdayaan SDM, SDA, SDE (pemenuhan kebutuhan dharuriyah, haijyah, dan tahsiniyah), yang jadi kajian Jur. PMI.

WILAYAH KAJIAN ILMU DAKWAH (1)
• Da’i (Subjek), Maadah (Materi/Pesan), Washilah (Media), Toriqoh (Metode),Mad’u (Objek). TAMBAHAN: Aina (Tempat), Mata (Waktu),Ghayah (Tujuan), Respons (Tanggapan). Jumlah 5 atau 8
• Jika kajiannya 2 Varabel Minimal ada 10 Kajian: Da’i+Pesan; Da’i+Media, Da’i+Metode; Da’i+ Mad’u; Pesan+Media; Pesan+Metode; Pesan+Mad’u; Media+Metode; Media; Mad’u; Metode+Mad’u.

WILAYAH KAJIAN ILMU DAKWAH (2)
Konteks Dakwah atau Level Dakwah, yaitu:
• Dakwah Nafsiyah ( Dakwah intra individu)
• Dakwah Fardiyah (Dakwah antar individu)
• Dakwah Fi’ah: Qalilah +Katsirah (Dakwah kelompok Sedikit) Contoh: Pesantren, Madrasah, Majelis Taklim
• Dakwah Hizbiyah (Dakwah kelompok terorganisir)
• Dakwah Umah (Dakwah massa)
• Dakwah Qabailiyah dan Syu’ubiyah (Dakwah antar suku dan budaya)

MASALAH KAJIAN
Interaksi antar unsur dakwah melahirkan problematika dakwah. Problematika ini dapat dikategorikan antara lain sebagai berikut:
• Da’i+Materi= problem kualitas pemahaman da’i
• Da’i+Mad’u= problem respon mad’u
• Dai+Media+Metode= melahirkan problem efektivitas dan efisiensi
• Mad’u+Pesan= problem intensifikasi perubahan mad’u dan problem pengamalan.
• Da’i+Media=problem keterampilan penggunaan teknologi dakwah.

HAKIKAT KAJIAN DAKWAH
Bahwa dakwah Islam adalah proses internalisasi, transmisi, difusi, institusionalisasi, dan transformasi dien Islam dalam totalitas kehidupan manusia mukalaf guna mencapai hakikat tujuan hidup di dunia kini dan di akhirat kelak, dan dalam hal ini proses dakwah Islam dari segi konteksnya mengharuskan terjadinya ketumpangtindihan dalam fokus dan pemokusan dalam ketumpangtindihan.

definisi dakwah


[12]DEFINISI DAKWAH

Dakwah secara bahasa (etimologi) merupakan sebuah kata dari bahasa Arab dalam bentuk masdar. Kata dakwah berasal dari kata: دعا־يدعو־دعوة (da’a, yad’u, da’watan) yang berarti seruan, panggilan, undangan atau do’a.  Menurut Abdul Aziz, secara etomologis dakwah berarti: memanggil, menyeru, menegaskan atau membela sesuatu, perbuatan atau perkataan untuk menarik manusia kepada sesuatu, memohon dan meminta, atau do’a.1 Artinya proses penyampaian pesan-pesan tertentu berupa ajakan, seruan, undangan, untuk mengikuti pesan tersebut atau menyeru dengan tujuan untuk mendorong seorang supaya melakukancita-cita tertentu.2 Oleh karena itu, dalam kegiatanya ada proses mengajak, disebut da’i dan orang yang diajak disebut mad’u.
Sedangkan pengertian dakwah secara istilah (terminologi) diantaranya dapat mengambil isyarat dari surat al-Nahl (16): 125, al-Baqarah (2): 208, al-Maidah (5): 67, al-Ahzab (33): 21, dan al-Imran (3): 104 dan 110. yaitu: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. al-Nahl: 125).
Berdasarkan ayat-ayat di atas, dipahami bahwa dakwah adalah mengajak manusia kepada jalan Allah (sistem Islam) secara menyeluruh. Baik dengan lisan, tulisan, maupun dengan perbuatan secara ikhtiar (upaya) muslim mewujudkan ajaran-ajaran Islam dalam realitas kehidupan pribadi (syahsiyah), keluarga (usrah) dan masyarakat (jama’ah) dalam semua segi kehidupan secara menyeluruh sehingga terwujud khairul ummah (masyarakat madani).
Selain pengertian di atas, ada pula beberapa pengertian dakwah yang disampaikan oleh para pakar ilmu dakwah, yang tentunya memiliki ragam penjelasan dalam bentuk rumusan redaksional yang berbeda-beda. Perbedaan yang terdapat pada setiap penjelasan para pakar dan cendikiawan itu kelihatanya lebih pada aspek orientasi dan penekanan [13] bentuk kegiatanya bukan pada aspek essensinya. Di antara aneka ragam penjelasan mengenai rumusan dakwah yang disampaikan oleh para pakar adalah:
Pertama, definisi dakwah yang menekankan pada proses pemberian motivasi untuk melakukan pesan dakwah (ajaran Islam) , tokoh penggagasnya adalah syekh Ali Mahfudz. Menurutnya dalam Hidayat adari perl-Mursyidin bahwa dakwah adalah sebagai upaya membangkitkan kesadaran manusia di atas kebaikan dan bimbingan, menyruh berbuat ma’ruf dan mencegah kepada perbuatan munkar supaya mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.3
Definisi dari Ali Mahfudz menawarkan penjelasan bahwa dakwah sebagai proses mendorong manusia agar melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh mereka berbuat kebaikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.4 Akan tetapi, definisi ini nampaknya belum dapat menjawab persoalan apa itu dakwah, sebagai pernyataan ontologis (hakikat) dakwah, sebab definisi tersebut belum memperlihatkan kejelasan tentang apa yang di cari, yaitu menemukan hakikat dari pertanyaan mengenai ke-apa-an dakwah. Sebab dari pernyataan nya baru mengungkapkan tentang dakwah sebagai sebuah proses komunikasi atau tabligh ajaran Islam. Untuk melengkapi nya mari kia lihat penjelasan dari Sayyed Qutb. Ia mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak atau mendorong orang untauk masuk ke dalam sabilillah, bukan yntuk mengikuti da’i atau bukan pula untuk mengikuti sekelompok orang.5
Sayyed Qutb dengan pernyataan nya, seakan-akan ingin meyakinkan bahwa dalam dakwah islamiyah terdapat nilai-nilai yang universal. Definisi Sayyed Qutb tentang dakwah ini memiliki kesamaan makna dengan definisi yang di ungkapkan oleh Masdar F. Mashudi yang mengartikan dakwah islamiyah sebagai suatu proses penyadaran untuk mendorong manusia agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrah nya.6

[14]Kedua, definisi dakwah yang lebih menekankan pada proses penyebaran pesan dakwah dengan mempertimbangkan penggunaan metode, media, dan pesan yang di sesuaikan dengan situasi mad’u (khalayak atau sasaran dakwah). Dalam arti seorang da’i menyampaikan pesan dakwah yang sesuai dengan kondisi mad’unya, mempertimbangkan sesuai metode dan media yang di gunakan relevan dengan kondsi mad’unya, dalam ha ini tingkat budayanya. Pakar dakwah yang menjadi penggagasnya adalah Ahmad Ghalwusy, menurutnya bahwa dakwah adalah menyampaikan pesan Islam kepada manusia di setiap waktu dan tempat dangan metode-metode dan media-media yang sesuai dengan kondisi para penerima pesan dakwah (khalayak dakwah).7
 Ketiga, definisa dakwah yang lebih menekankan pada pengorganisasian dan pemberdayaan sumber daya manusia dalam melakukan berbagai petunjuk ajaran Islam, menegakan norma sosial budaya dan membebaskan kehidupan manusia dari berbagai penyakit sosial. Definisi ini di antara lain di kemukakan oleh Sayyid Mutawakil. Menurutnya bahwa dakwah adalah mengorganisasikan kehidupan manusia dalam menjalankan kebaikan, menunjukannya ke jalan yang benar dalam menegakkan norma sosial budaya dan menghindarkannya dari penyakit sosial.8
Keempat, definisi dakwah yang lebih menekankan pada sistem dalam menjelaskan kebenaran, kebaikan, petunjuk ajaran, menganalisis tantangan problema kebathilan dengan berbagai macam pendekatan, metode dan media agar mad’u mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Definisi dakwah yang demikian antara lain di kemukakan oleh Al-Mursyid. Menurutnya bahwa dakwah adalah sistem dalam menegakkan penjelasan kebenaran, kebaikan, petunjuk ajaran, memerintahkan perbuatan ma’ruf, mengungkap media-media kebathilan dan metode-metodenya dengan macam-macam pendekatan, metode dan media dakwah.9
Kelima, kategori definisi dakwah yang lebih menekankan pada urgensi pengamalan aspek pesan dakwah sebagai tatanan hidup manusia hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi. Definisi ini di kemukakan oleh Ibnu Taimiyah(1398 H).
[15]Keenam, definisi dakwah yang lebih menekankan pada profesionalisme dakwah, yakni dakwah di pandang sebagai kegiatan yang memerlukan keahlian, dan memerlukan penguasaan pengetahuan. Dengan demikian, da’i-nya adalah ulama atau sarjana yang memiliki kualifikasi dan persyaratan akademik serta keterampilan dalam melaksanakan kewajiban dakwah. Definisi ini diajukan oleh Zakaria yang menyatakan bahwa dakwah adalah aktifitas para ulama dan orang-orang yang memiliki pengetahuan agama Islam dalam memberi pengajaran kepada orang banyak hal-hal yang berkenaan dengan urusan-urusan agama dan keduniannya sesuai dengan realitas dan kemampuannya.10
            Berdasarkan beberapa kategori definisi dakwah di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa dakwah Islam pada dasarnya merupakan: (1) perilaku muslim dalam menjalankan Islam sebagai agama dakwah, yang dalam prosesnya melibatkan unsur da’i, pesan dakwah, metode dakwah, media dakwah, mad’u (sasaran dakwah) dalam tujuannya melekat cita-cita ajaran Islam yang berlaku sepanjang zaman dan di setiap tempat; dan (2) proses transmisi, transformasi, dan difusi serta internalisasi ajaran Islam.

ILMU DAKWAH
Ilmu dalam konteks bahasa Arab adalah seluruh pengetahuan, menyangkut seluruh ilmu, baik yang ilmiah ataw yang tidak ilmiah, termasuk ilmu laduni, pelet, teluh, syaifi dan lain-lain. Sedangkan dalam konteks bahasa Indonesia, ilmu artinya sains, bagian dari ilmu dalam konteks bahasa Arab.
            Ilmu dalam arti sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah11 atau metode keilmuan, karakteristik yang baku adalah rasional dan empiris. Metode keilmuan inilah yang membedakan ilmu dengan buah fikiran atau pengetahuan lainya.12 pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui sebagai kesan yang terdapat dalam pikiran manusia sebagai hasil sentuhan dengan objek tertentu. Ketika pengetahuan ini diperoleh melalui proses keilmuan maka akan disebut ilmu. Dengan kata lain ilmu adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis (diantaranya memiliki objek dan metode keilmuan yang jelas), logis (dalam artti rasional), empiris (dapat diverifikasi), dan objektif (bersifat universal).
            [16]Dakwah sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah mengajak atau menyeru kepada umat manusia menuju kepada jalan Allah (jalan kebaikan), memerintah yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, baik secara lisan, tulisan atau perbuatan dalam rangka memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Jadi secara sederhana ilmu dakwah adalah ilmu yang mengkaji tentang ilmu mengajak manusia kepada jalan Allah (sistem Islam), dengan demikian diperlukan ilmu yang dibangun dan dikembangkan dengan menggunakan metode ilmiah sehingga dapat berfungsi dalam rangka memahami, memprediksi, menjelaskan, dan mengontrol berbagai fenomena dan persoalan yang terkait dengan dakwah.
Selain pengertian diatas dikemukakan juga oleh para pakar ilmu dakwah.
1. Syukriadi Sambas mengatakan: "ilmu dakwah adalah ilmu yang membahas tentang
tata cara dakwah islam yang dikembangkan dengan pendekatan ilmiah diantaranya  
istimbat, iqtibas dan istiqra, untuk menegakan kebenaran dan keadilan".13
2. Jalaludin Rahmat menyatakan: "ilmu dakwah adala h ilmu yang membahas tentang  
proses penerimaan, pengolahan dan penyampaian ajaran islam untuk merubah prilaku
individu sesuai ajaran agama islam".
3. Toha Yahya Umar "ilmu pengetahuan yang berisi tata cara dan tuntunan , bagaimana
seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, dan
melaksanakan suatu ideologi, pendapat atau pekerjaan tertentu”.
4. Hamzah Yakub; "suatu pengetahuan yang mengajarkan seni dan teknik menarik
perhatian orang atau mempengaruhi alam pikiran manusia guna mengikuti ideologi
atau pekerjaantertentu".
5. Ahmad Subandi; "suatu pengetahuan mengenai alternatif dan sarana-sarana yang  
terbuka bagi terlaksananya komunikasi mengajak dan memanggil umat manusia
kepada agama islam”.



1.              Abdul Aziz, Islah al-Wakhudu al-Diniy, (Mesir: Attiqarah al-Kubra, 1997), hlm.26.
2.      Ahmad Subandi, Ilmu Dakwah Pengantar Kearah Metodologi, (Bandung: Yayasan Syahida, 1994), cet. Ke I, hlm. 10.
3.       Syaikh Ali Mahfudz, Hidayat al-Mursidin, lihat juga Abdul Kadir Sayid Abd Rauf, Dirasat fi da’wah al-Islamiyah, (Kairo: Dar al-Tiba’ah al-Mahmadiyah, 1987), hlm. 10.
4.      Hamzah Ya’qub, Publistik Islam, Teknik dakwah dan leadership, (Jakarta: Diponegoro, 1992), hlm. 12-20.
5.      Sayyed Quth, Fii DhilalilQuran, (Beirut, Ihyaut Turatsi al-Araby, 1976), jilid V, hlm. 110.
6.      Masdar Mashudi, Dakwah Islam Mencari Paradigma Baru, Makalah yang disampaikan pada seminar sehari tentang Politik Dakwah, di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, Desember 1991, hlm. 1.
7.          Lihat Ahmad Subandi dan Syukriadi Sambas, Dasar-dasar Bimbingan Dalam Dakwah Islam, (Bandung: KP HADID, 1999), hlm. 18.
8.     Lihat Ali Bin Shalih Al-Mursyid, Mustalzamat al-Da’wah fi al-‘Ashr al-Hadhir, (Beirut, Dar al-Fikr, 1989), hlm. 21
9.     Al-Mursyid, Ibid, hlm. 21.
10.                   Lihat Ahmad Subandi dan Syukriadi Sambas, Op-Cit., hlm. 21.
11.          Enjang AS. Materi Kuliah Filsafat Ilmu. Makalah. tt. Hlm. 6.
12.          Syamsuddin, RS. Ilmu Dakwah. Diklat, hlm. 2.
13.         Syukriadi Sambas, Matan Wilayah Kajian Dakwah Islam (Ushul al-Itsna al-‘Asyiriyah), Bandung: Hadid Fakultas Dakwah IAIN SGD Bandung, 1998), hlm. 5.  

definisi dakwah


[12]DEFINISI DAKWAH

Dakwah secara bahasa (etimologi) merupakan sebuah kata dari bahasa Arab dalam bentuk masdar. Kata dakwah berasal dari kata: دعا־يدعو־دعوة (da’a, yad’u, da’watan) yang berarti seruan, panggilan, undangan atau do’a.  Menurut Abdul Aziz, secara etomologis dakwah berarti: memanggil, menyeru, menegaskan atau membela sesuatu, perbuatan atau perkataan untuk menarik manusia kepada sesuatu, memohon dan meminta, atau do’a.1 Artinya proses penyampaian pesan-pesan tertentu berupa ajakan, seruan, undangan, untuk mengikuti pesan tersebut atau menyeru dengan tujuan untuk mendorong seorang supaya melakukancita-cita tertentu.2 Oleh karena itu, dalam kegiatanya ada proses mengajak, disebut da’i dan orang yang diajak disebut mad’u.
Sedangkan pengertian dakwah secara istilah (terminologi) diantaranya dapat mengambil isyarat dari surat al-Nahl (16): 125, al-Baqarah (2): 208, al-Maidah (5): 67, al-Ahzab (33): 21, dan al-Imran (3): 104 dan 110. yaitu: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S. al-Nahl: 125).
Berdasarkan ayat-ayat di atas, dipahami bahwa dakwah adalah mengajak manusia kepada jalan Allah (sistem Islam) secara menyeluruh. Baik dengan lisan, tulisan, maupun dengan perbuatan secara ikhtiar (upaya) muslim mewujudkan ajaran-ajaran Islam dalam realitas kehidupan pribadi (syahsiyah), keluarga (usrah) dan masyarakat (jama’ah) dalam semua segi kehidupan secara menyeluruh sehingga terwujud khairul ummah (masyarakat madani).
Selain pengertian di atas, ada pula beberapa pengertian dakwah yang disampaikan oleh para pakar ilmu dakwah, yang tentunya memiliki ragam penjelasan dalam bentuk rumusan redaksional yang berbeda-beda. Perbedaan yang terdapat pada setiap penjelasan para pakar dan cendikiawan itu kelihatanya lebih pada aspek orientasi dan penekanan [13] bentuk kegiatanya bukan pada aspek essensinya. Di antara aneka ragam penjelasan mengenai rumusan dakwah yang disampaikan oleh para pakar adalah:
Pertama, definisi dakwah yang menekankan pada proses pemberian motivasi untuk melakukan pesan dakwah (ajaran Islam) , tokoh penggagasnya adalah syekh Ali Mahfudz. Menurutnya dalam Hidayat adari perl-Mursyidin bahwa dakwah adalah sebagai upaya membangkitkan kesadaran manusia di atas kebaikan dan bimbingan, menyruh berbuat ma’ruf dan mencegah kepada perbuatan munkar supaya mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan akhirat.3
Definisi dari Ali Mahfudz menawarkan penjelasan bahwa dakwah sebagai proses mendorong manusia agar melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh mereka berbuat kebaikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.4 Akan tetapi, definisi ini nampaknya belum dapat menjawab persoalan apa itu dakwah, sebagai pernyataan ontologis (hakikat) dakwah, sebab definisi tersebut belum memperlihatkan kejelasan tentang apa yang di cari, yaitu menemukan hakikat dari pertanyaan mengenai ke-apa-an dakwah. Sebab dari pernyataan nya baru mengungkapkan tentang dakwah sebagai sebuah proses komunikasi atau tabligh ajaran Islam. Untuk melengkapi nya mari kia lihat penjelasan dari Sayyed Qutb. Ia mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak atau mendorong orang untauk masuk ke dalam sabilillah, bukan yntuk mengikuti da’i atau bukan pula untuk mengikuti sekelompok orang.5
Sayyed Qutb dengan pernyataan nya, seakan-akan ingin meyakinkan bahwa dalam dakwah islamiyah terdapat nilai-nilai yang universal. Definisi Sayyed Qutb tentang dakwah ini memiliki kesamaan makna dengan definisi yang di ungkapkan oleh Masdar F. Mashudi yang mengartikan dakwah islamiyah sebagai suatu proses penyadaran untuk mendorong manusia agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrah nya.6

[14]Kedua, definisi dakwah yang lebih menekankan pada proses penyebaran pesan dakwah dengan mempertimbangkan penggunaan metode, media, dan pesan yang di sesuaikan dengan situasi mad’u (khalayak atau sasaran dakwah). Dalam arti seorang da’i menyampaikan pesan dakwah yang sesuai dengan kondisi mad’unya, mempertimbangkan sesuai metode dan media yang di gunakan relevan dengan kondsi mad’unya, dalam ha ini tingkat budayanya. Pakar dakwah yang menjadi penggagasnya adalah Ahmad Ghalwusy, menurutnya bahwa dakwah adalah menyampaikan pesan Islam kepada manusia di setiap waktu dan tempat dangan metode-metode dan media-media yang sesuai dengan kondisi para penerima pesan dakwah (khalayak dakwah).7
 Ketiga, definisa dakwah yang lebih menekankan pada pengorganisasian dan pemberdayaan sumber daya manusia dalam melakukan berbagai petunjuk ajaran Islam, menegakan norma sosial budaya dan membebaskan kehidupan manusia dari berbagai penyakit sosial. Definisi ini di antara lain di kemukakan oleh Sayyid Mutawakil. Menurutnya bahwa dakwah adalah mengorganisasikan kehidupan manusia dalam menjalankan kebaikan, menunjukannya ke jalan yang benar dalam menegakkan norma sosial budaya dan menghindarkannya dari penyakit sosial.8
Keempat, definisi dakwah yang lebih menekankan pada sistem dalam menjelaskan kebenaran, kebaikan, petunjuk ajaran, menganalisis tantangan problema kebathilan dengan berbagai macam pendekatan, metode dan media agar mad’u mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Definisi dakwah yang demikian antara lain di kemukakan oleh Al-Mursyid. Menurutnya bahwa dakwah adalah sistem dalam menegakkan penjelasan kebenaran, kebaikan, petunjuk ajaran, memerintahkan perbuatan ma’ruf, mengungkap media-media kebathilan dan metode-metodenya dengan macam-macam pendekatan, metode dan media dakwah.9
Kelima, kategori definisi dakwah yang lebih menekankan pada urgensi pengamalan aspek pesan dakwah sebagai tatanan hidup manusia hamba Allah dan khalifah-Nya di muka bumi. Definisi ini di kemukakan oleh Ibnu Taimiyah(1398 H).
[15]Keenam, definisi dakwah yang lebih menekankan pada profesionalisme dakwah, yakni dakwah di pandang sebagai kegiatan yang memerlukan keahlian, dan memerlukan penguasaan pengetahuan. Dengan demikian, da’i-nya adalah ulama atau sarjana yang memiliki kualifikasi dan persyaratan akademik serta keterampilan dalam melaksanakan kewajiban dakwah. Definisi ini diajukan oleh Zakaria yang menyatakan bahwa dakwah adalah aktifitas para ulama dan orang-orang yang memiliki pengetahuan agama Islam dalam memberi pengajaran kepada orang banyak hal-hal yang berkenaan dengan urusan-urusan agama dan keduniannya sesuai dengan realitas dan kemampuannya.10
            Berdasarkan beberapa kategori definisi dakwah di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa dakwah Islam pada dasarnya merupakan: (1) perilaku muslim dalam menjalankan Islam sebagai agama dakwah, yang dalam prosesnya melibatkan unsur da’i, pesan dakwah, metode dakwah, media dakwah, mad’u (sasaran dakwah) dalam tujuannya melekat cita-cita ajaran Islam yang berlaku sepanjang zaman dan di setiap tempat; dan (2) proses transmisi, transformasi, dan difusi serta internalisasi ajaran Islam.

ILMU DAKWAH
Ilmu dalam konteks bahasa Arab adalah seluruh pengetahuan, menyangkut seluruh ilmu, baik yang ilmiah ataw yang tidak ilmiah, termasuk ilmu laduni, pelet, teluh, syaifi dan lain-lain. Sedangkan dalam konteks bahasa Indonesia, ilmu artinya sains, bagian dari ilmu dalam konteks bahasa Arab.
            Ilmu dalam arti sains adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metode ilmiah11 atau metode keilmuan, karakteristik yang baku adalah rasional dan empiris. Metode keilmuan inilah yang membedakan ilmu dengan buah fikiran atau pengetahuan lainya.12 pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui sebagai kesan yang terdapat dalam pikiran manusia sebagai hasil sentuhan dengan objek tertentu. Ketika pengetahuan ini diperoleh melalui proses keilmuan maka akan disebut ilmu. Dengan kata lain ilmu adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis (diantaranya memiliki objek dan metode keilmuan yang jelas), logis (dalam artti rasional), empiris (dapat diverifikasi), dan objektif (bersifat universal).
            [16]Dakwah sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah mengajak atau menyeru kepada umat manusia menuju kepada jalan Allah (jalan kebaikan), memerintah yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, baik secara lisan, tulisan atau perbuatan dalam rangka memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Jadi secara sederhana ilmu dakwah adalah ilmu yang mengkaji tentang ilmu mengajak manusia kepada jalan Allah (sistem Islam), dengan demikian diperlukan ilmu yang dibangun dan dikembangkan dengan menggunakan metode ilmiah sehingga dapat berfungsi dalam rangka memahami, memprediksi, menjelaskan, dan mengontrol berbagai fenomena dan persoalan yang terkait dengan dakwah.
Selain pengertian diatas dikemukakan juga oleh para pakar ilmu dakwah.
1. Syukriadi Sambas mengatakan: "ilmu dakwah adalah ilmu yang membahas tentang
tata cara dakwah islam yang dikembangkan dengan pendekatan ilmiah diantaranya  
istimbat, iqtibas dan istiqra, untuk menegakan kebenaran dan keadilan".13
2. Jalaludin Rahmat menyatakan: "ilmu dakwah adala h ilmu yang membahas tentang  
proses penerimaan, pengolahan dan penyampaian ajaran islam untuk merubah prilaku
individu sesuai ajaran agama islam".
3. Toha Yahya Umar "ilmu pengetahuan yang berisi tata cara dan tuntunan , bagaimana
seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, dan
melaksanakan suatu ideologi, pendapat atau pekerjaan tertentu”.
4. Hamzah Yakub; "suatu pengetahuan yang mengajarkan seni dan teknik menarik
perhatian orang atau mempengaruhi alam pikiran manusia guna mengikuti ideologi
atau pekerjaantertentu".
5. Ahmad Subandi; "suatu pengetahuan mengenai alternatif dan sarana-sarana yang  
terbuka bagi terlaksananya komunikasi mengajak dan memanggil umat manusia
kepada agama islam”.



1.              Abdul Aziz, Islah al-Wakhudu al-Diniy, (Mesir: Attiqarah al-Kubra, 1997), hlm.26.
2.      Ahmad Subandi, Ilmu Dakwah Pengantar Kearah Metodologi, (Bandung: Yayasan Syahida, 1994), cet. Ke I, hlm. 10.
3.       Syaikh Ali Mahfudz, Hidayat al-Mursidin, lihat juga Abdul Kadir Sayid Abd Rauf, Dirasat fi da’wah al-Islamiyah, (Kairo: Dar al-Tiba’ah al-Mahmadiyah, 1987), hlm. 10.
4.      Hamzah Ya’qub, Publistik Islam, Teknik dakwah dan leadership, (Jakarta: Diponegoro, 1992), hlm. 12-20.
5.      Sayyed Quth, Fii DhilalilQuran, (Beirut, Ihyaut Turatsi al-Araby, 1976), jilid V, hlm. 110.
6.      Masdar Mashudi, Dakwah Islam Mencari Paradigma Baru, Makalah yang disampaikan pada seminar sehari tentang Politik Dakwah, di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, Desember 1991, hlm. 1.
7.          Lihat Ahmad Subandi dan Syukriadi Sambas, Dasar-dasar Bimbingan Dalam Dakwah Islam, (Bandung: KP HADID, 1999), hlm. 18.
8.     Lihat Ali Bin Shalih Al-Mursyid, Mustalzamat al-Da’wah fi al-‘Ashr al-Hadhir, (Beirut, Dar al-Fikr, 1989), hlm. 21
9.     Al-Mursyid, Ibid, hlm. 21.
10.                   Lihat Ahmad Subandi dan Syukriadi Sambas, Op-Cit., hlm. 21.
11.          Enjang AS. Materi Kuliah Filsafat Ilmu. Makalah. tt. Hlm. 6.
12.          Syamsuddin, RS. Ilmu Dakwah. Diklat, hlm. 2.
13.         Syukriadi Sambas, Matan Wilayah Kajian Dakwah Islam (Ushul al-Itsna al-‘Asyiriyah), Bandung: Hadid Fakultas Dakwah IAIN SGD Bandung, 1998), hlm. 5.  

makalah yang baik


 PEDOMAN PENULISAN MAKALAH UNTUK PUBLIKASI
TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FTI ITS
(Judul Makalah = Judul Tugas Akhir, uppercase, 12pt, bold)

Mahasiswa, Dosen Pembimbing I, dan Dosen Pembimbing II (11pt, bold)
Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email: bhilaldt@gmail.com

Abstrak (11 pt, bold)

Abstrak berisi uraian singkat tentang ide dasar problematik yang muncul, tujuan penelitian, metodologi, hasil penelitian dan kesimpulan. Sedapat mungkin tidak berisi formula dan referensi, serta tidak lebih dari 300 kata. Hendaknya abstrak memungkinkan untuk dimengerti oleh berbagai pihak baik peneliti maupun praktisi. (10 pt, italic, indentasi kanan dan kiri 1 cm dari batas margin, dalam satu alinea/paragraf)

 

Kata kunci (10pt, bold, italic): berisi sekitar 4 – 6 kata kunci (10pt)


ABSTRACT

In this paper, we describe the formatting requirements for final project ready to publish and offer a number of suggestions on writing style.

 

Keywords: Guides, instructions, author’s kit, conference publications




1.        Pendahuluan (Judul bab dan sub bab ditulis 11pt, bold, Title case, spacing before 6pt)

Penulisan makalah Tugas Akhir ini merupakan suatu bentuk lain dari Tugas Akhir yang siap dipublikasikan pada berbagai media ilmiah baik untuk kepentingan kalangan akademisi maupun praktisi. Oleh karena itu, disyaratkan pada mahasiswa untuk mengikuti beberapa pedoman penulisan makalah yang disesuaikan dengan beberapa referensi jurnal yang sudah terbit. Singkatnya, mahasiswa diharapkan membuat makalahnya persis seperti dokumen ini. Cara paling mudah adalah dengan men-down-load file pedoman sebagai template, kemudian mengganti isinya dengan tulisan sendiri.

2.        Isi Makalah

Makalah sebaiknya ditulis dalam beberapa bab (tidak harus sama dengan bab pada Tugas Akhir) yaitu pendahuluan, metodologi penelitian (bukan gambar metodologi melainkan uraian pendekatan pemecahan masalah) atau formulasi model, pengumpulan data, analisis, kesimpulan, dan daftar pustaka.
Pendahuluan berisi uraian singkat tentang latar belakang, permasalahan, dan tujuan penelitian. Penempatan asumsi dan batasan disesuaikan dengan kebutuhan, artinya dapat diberikan pada bagian pendahuluan ini atau pada saat formulasi model / algoritma.

3. Ukuran halaman

Makalah dicetak dengan tinta hitam pada kertas HVS 80 gram berukuran A4 (21,0 x 29,7 cm), dengan marjin atas, kiri, dan kanan 2,5 cm sedang margin bawah 3,0 cm.

4. Pengetikan Naskah

Makalah ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, diketik dengan menggunakan Microsoft Word, font Times New Roman ukuran 11pt kecuali judul, abstrak dan alamat instansi, alignment justified, spasi tunggal, dalam dua kolom dimana jarak antar kolom 0,85 cm (0,33”).

4.1 Normal atau Body Text

Anda diperbolehkan menggunakan font lain untuk keperluan khusus misalnya untuk membedakan source code suatu program komputer dengan text pada materi pokok.

4.2 Judul dan Penulis

·      Judul ditulis 12 pt, bold, centered, dengan model uppercase (huruf besar semua)
·      Nama penulis ditulis lengkap tanpa gelar
·      Nama subsistem, institusi/instansi, alamat surat, dan alamat e-mail semua penulis ditulis 10 pt

4.3 Abstrak dan Kata Kunci

Abstrak ditulis dalam dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Kata kunci merupakan kata yang mewakili keseluruhan penelitian dan sekaligus dapat digunakan sebagai patokan dalam pencarian tugas akhir.

4.4 Halaman-halaman Berikutnya

Untuk halaman kedua dan seterusnya lanjutkan menggunakan dua kolom.

4.5 Referensi

Penggunaan referensi seperti pada Pedoman Umum Penulisan TA. Contoh:
-          Yoo dan Young (1998) telah mengembangkan data base statistik …..
-          Pendekatan ini dikembangkan oleh Shaphiro et al. (1999)
Semua referensi yang digunakan dicantumkan pada Daftar Pustaka sesuai urutan abjad nama penulis pertama sesuai ketentuan pada Pedoman Teknis Penulisan TA.

4.6 Nomor Halaman

Halaman dicantumkan pada kanan bawah tanpa footer dan header.

5. Judul Bab dan Sub Bab

Judul dari suatu bab, sub bab, atau sub-sub bab  ditulis 11pt, bold, title case, spacing before 6pt.

5.1 Sub bab

5.1.1.Sub Sub Bab

penulisan sub bab hingga 3 sub level, contoh :

Teknik Optimasi Programa Linear

Asumsi Model Programa Linear

6. Gambar dan Tabel

Tabel dan gambar disajikan centered (pada batas margin halaman). Judul tabel ditulis di atas tabel, judul gambar di bawah gambar, keduanya dengan 10 pt.

7. Persamaan

Persamaan dituliskan justified dan diberi nomor sesuai urutan pemunculan yang dituliskan pada ujung marjin kanan dengan nomor arab dan berkurung. Contoh:
                               (1)

8. Kesimpulan

Jumlah halaman dibatasi 10-15 halaman. Tidak diperkenankan terdapat lampiran. Dikumpulkan sebanyak 1 eksemplar dalam bentuk softcopy.

9. Daftar Pustaka

Anderson, R.E. Social impacts of computing: Codes of professional ethics. Social Science Computing Review 10, 2 (Winter 1992), 453-469.
TIMP 2002 Conference Format. Available at http://www.forumtimp.com/seminar
Conger., S., and Loch, K.D. (eds.). Ethics and computer use. Commun. ACM 38, 12 (entire issue).
Mackay, W.E. Ethics, lies and videotape, in Proceedings of CHI '95 (Denver CO, May 1995), ACM Press, 138-145.
Schwartz, M., and Task Force on Bias-Free Language. Guidelines for Bias-Free Writing. Indiana University Press, Bloomington IN, 1995