PERKEMBANGAN POLA PIKIR MANUSIA YANG BERLANDASAN PADA MITOS


Manusia sebagi mahluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, serta berusaha untuk memecahmasalah yang di hadapi. Dari dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah menyebabkan manusia dapat engumoulkan pengetahuan.Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas pada hasil pengamatan tehadap gejala alam yang ada, kemudian semakin bertambah dengan pengetahuan yag diperoleh dari hasil pemikirannya. Setelah manusia mampu memadukan kemampuan penalaran dengan eksperimentasi ini lahirlah ilmu pengetahuan yang mantap.Jadi, perkembangan ala pikiran manusia sampai dengan kelahiran ilmu pengetahuan alam sebagai ilmu yang mantapmelalui 4 tahap, yaitu tahap mitos, tahap penalaran, tahap pengamalan dari percobaan, dan akhirnya tahap metode keilmuan.
  1. Perkembangan pemikiran manusia
Manusia sebagai mahluk mempunyai ciri-ciri.
  1. Memiliki organ tubuh yang kompleks dan sangat khusus terutama otaknya.
  2. Mengadakan pertukaran zat, yakni adanya zat yang masuk dan keluar.
  3. Memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar.
  4. Memiliki potensi berkembang biak.
  5. Tumbuh dan bergerak
  6. Berinteraksi dengan lingkungannya
  7. mati
Bila dibandingkan dengan hewan, maka tubuh manusia lemah, sedangkan rohaninya, yaitu akal budi dan kemauannya sangat kuat.Manusia tidak dapat terbang seperti burung, tidak dapa berenag seperti buaya, tidak mampu mengangkat benda seperti gajah, dan sebagainya, tetapi dengan akal budinya dan kemauannya, manusia dapat menjadi mahluk yang lebih dari mahluk lain.
Kelebihan anusia itu karena memiliki akal budi dan kemauan yang keras sehingga dapat mengendalikan jasmaninya.
Manusia sebagi mahluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda dan peristiwa yang terjadi disekitarnya termasuk juga ingin tahu tentang dirinya sendiri. Rasa ingin tahu inilah mendorong manusia untuk memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi. Dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi, menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan yang terkumpul semakin banyak, dissebabkan rasa ingin tahu dari manusia yang selalu berkembang, juga daya pikirannya, Hewan tidak tidak memiliki rasaingin tahu seperti manusia, melainkan hanya terbatas pada instink ,pada hewan, usaha untuk eksplorasi ke alam sekitar didorong oleh instink, yang terpusat pada usaha untuk mempertahankan dan melangsungkan kehidupanya.
Pengetahuan yang diperoleh ini akhirnya tidak hanya terbatas pada objek yang dapatdiamati dengan pana indra saja, tetapi juga masalah-masalah lain, misalnya yang berhubungan dengan baik atau buruk, indah atau tidak indah. Kalau suatu masalah dapat dipecahkan, timbul masalah lain menunggu pemecahannya: manusia bertanya terus setelah tahu apa-nya, mereka ingin tahu bagaimana dan mengapa, Manusia mampu menggunakan pengetahuannya yang terdahulu untuk dikombinasikan dengan pengetahuannya baru menjadi pengetahuan yang lebih baru. Hal demikian telah berlangsung berabad-abad, sehingga terjadi penumpukan pengetahuan.
Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perpendaharaan pengetahuan manusia. Hal ini tidak saja meliputi pengetahuan tentang atau lembbing yang efektif untuk berburu, tetapi juga berkembang sampai kepada hal-hal yang menyangkut keindahan atau seni.

Rasa ingin tahu yang terdapat pada manusia ini menyebabkan pengetahuan mereka menjadi berkembang. Setiap hari mereka berhubungan dengan mengamati benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam sekitarnya. Pengamatan-pengamatan yang ditangkap melalui pancaindranya merupaka objek rasa ingin tahunya. Manusia tidak akan merasa puas jika belum memperoleh jawaban mengenai hal-hal yang diamatinya. Mereka berusaha mencari jawabannya dan untuk itu mereka harus berpikir. Rasa ingin tahunya terus berlanjut. Bukan hanya apanya saja yang ingin diketahui jawabannya, tetapi juga jawaban daribagaimana dan kemudian berlanjut mengapa tentang hal-hal yang bersangkutan dengan benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang diamatinya.


Rasa ingin tahu semacam itu tidak dimiliki oleh hewan . rasa ingin tahu hewan terbatas pada rasa ingin tahu yang tetap, yang tida berubah dari zaman ke zaman. Hewan dari suatu tempat ke tempat lain terutama didorong oleh rasa ingin tahu-nya yang bersangkutan erat dengan nalurinya saja. Mereka hanya sekedar ingin tahu, apakah ditempat lain terdapat makanan, atau mungkin juga apakah di tempat lain aman dari bahaya yang mengancam dirinya dan anak-anaknya atau tidak. Hewan memerlukan tempat tinggal (sarang) yang dapat melindungi dri dan tempat berkembang biak, membesarkan anak-anaknya. Berbeda dengan manusia, pengetahuan hewan mengenai makanan atau tempat tinggal (sarang) sepanjang zaman selalu tetap.
Kemampuan berpikir anusia menyebabkan rasa ingin tahunya selalu berkembang. Dengan kemampuannya mengingat dengan berpikir, manusia dapat mendayagunakan pengetahuannya yang terdahulu dan kemudian menggabungkan dengan pengetahuannya yang diperoleh hingga menghasilkan pengetahuan yang baru. Proses demikian ini terus berlangsung. Akibatanya, terjadi akumulasi pengetahuan separti yang kita rasakan dewasa ini.

TUJUAN MANUSIA
Setiap manusia pasti memiliki tujuan, berikut akan diuraikan mengenai tujuan hidup manusia yang membedakannya dengan makhluk lain, yaitu :
  1. Spiritual non material)
Manusia sebagai makhluk sudah pasti ada yang menciptakan. Manusia hidup di dunia ini tujuannya secara non material adalah mencari ridha Tuhannya, mau tidak mau merekatidak dapat mengelak dari fakta bahwa mereka memiliki tujuan spiritual. Karena tidak hanya kebutuhan materi saja, tidak semua hal di dunia ini bisa diselesaikan dengan materi ada hal yang tidak butuh itu. Materi tidak dapat menyelesaikan semua permasalahan.
  1. Tujuan Sosial
Menurut seorang filosofis Yunani mengatakan bahwa manusia adalah sebagai “zoon politicon” artinya manusia tidak bisa hidup sendiri. Dalam menjalankan perannya sebagai makhluk sosial manusia dalam memnuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari membutuhkan bantuan dari orang lain. Manusia harus menjalin hubungan baik dengan lingkungannya, supaya mereka juga mendapat perlakuan yang baik dari alam (lingkungan). Harus memberi pelayanan yang baik tehadap manusia, agar terjlin hubungan yang baik pula. Walaupun manusia itu pada hakikatnya sebagai makhluk individu, tapi pada kenyataannya mereka tidak bisa dipisahkan dari kehiudpan sosia. Sebagaimana kita ketahui, ada pekerjaan yang harus dilakuka oleh sendiri tanpa harus bantuan orang lain. Conto dala kehidupan sehari-hari : mandi, makan ,mencuci, shalat, dan sebagainya. Ada kegiatan/pekerjaan yang harus dilakukan secara bersama-sama/gotong royong, contoh :membangun mesjid, memperbaiki saluran air, memperbaiki jalan dan sebagainya
3. Melintasi ruang ligkup dan waktu
Kehidupan manusia memiliki batasan. Allah menciptakan manusia sudah disesuaikan dengan ketentuan hidupnya. Sekeras apapun manusia berusaha unutk memperluas dan memperpanjang kontraknya. Perjuangan manusia telah memiliki batasan-batasannya. Yang dimaksud batasan-batasan itu adalah “kematian”. Ruang gerak manusia terbatas oleh waktu.

SEJARAH PERKEMBANAGAN PEMIKIRAN MANUSIA
Sesuai dengan perkembangan zaman maka pemikiran manusia pun ikut mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan tersebut. Berikut adalah susunan pemikiran manusia sesuai dengan perkembangan zaman :
  1. Mitos
Yang dimaksud dengan mitos adalalh suatu kepercayaan yang tidak berdasarkan pada ilmiah, rasional, hanya sebatas jawaban yang ditujukan untuk kepuasaan.Orang terdahulu banyak mengembangkan mitos, karena tidak berdasarkan pada pemikiran yang rasionalistis. Zaman dulu banyak pertanyaan yang timbul mengenai kejadian-kejadian yang sedang masyarakat alami maka mereka banyak menimbulkan/mengajukan pertanyaan-pertnyaan, akhirnya muncullah jawaban-jawaban yang hanya diorientasikan pada jawaban sementara.
Ciri-ciri mitos :

  1. Hanya manjawab keingin tahuan manusia tanpa dikaitkan dengan kebenarannya
  2. Hanya memuaskan pertanyaan yang bertanya
  3. Tanpa dikaitkan dengan “betul” atau “salah”
Mitos yang disertai dengan bukti yang menguatkan itu adalah yang banyak dipakai oleh masyarakat, sedangkan sebaliknya mitos yang tidak disertakan dengan bukti yang kuat tidak banyak dipercayai atau dipake oleh masyarakat dan bahkan bisa lenyap atau melebur dengan sendirinya.
Orang dulu menjawab tantangan alam hanya menggunakan mitos.
Objek Mitos
Kebanyakan (dominan) objek mitos ini anak-anak kecil. Artinya banyak sekali ketika mereka di usia masih kecil, orang tua mereka menyebutkan atau mmeberi perintah yang dikait-kaitkan dengan sesuatu yang membuat mereka ketakutan. Misal, Kalau hari sudah mulai gelap jangan diam di luar, masuk ke dalam, takut nanti ada “sanekala”. Maka anak-anak menuruti karena takut, padahal mereka sendiri belum pernah melihatnya. Ini adalah salah satu contoh kejadian yang sebenarnya belum pernah terjadi, akhirnya dinamakan sebagai mitos.Tidak selamanya juga mitos bersifat buruk.
  1. Coba-coba
Manusia zaman dulu hidup di hutan-hutan, yang belum mampu menyediakan alat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.Untuk itu mereka berusaha untuk memanfaatkan media yang sudah tersedia artinya apa adanya. Misal, untuk menyediakan makanan mereka butuh alat untuk digunakan memasak. Mereka menemukan batu, lalu mereka mancoba untuk menghasilkan api dari batu itu, kemudian mereka coba-coba menggesekan batu-batu yang akhirnya menghasilkan percikan api dan mereka gunakan untuk memasak. Kalau mereka tidak melaksanaka itu, mereka tidak mampu bertahan hidup.
Maka bisa disimpulkan tujuan dari coba-coba ini adalah Untuk memenuhi naluri kebutuhan untuk hidup.


  1. Zaman Mesir Kuno
Pada zaman ini sudah mulai ada ilmu pengetahuan sederhana. Contoh: Piramida, sping, Tulisan-tulisan Hiligraf dan banyak lagi contoh yang lainnya.Walaupun di masa ini sudah ada pengetahuan sederhana namun secara keilmuan belum sistematis artinya belum sesuai dengan syarat-syarat sebuah keilmuan, tidak sesuai prosedur, dan tidak tetrstruktur. Seperti pembangunan Piramid yang ada d Mesir yang bisa kita jumpai saat ini, masyarakat dulu dalam proses pembangunannya tidak sesuai dengan pembangunan pada masa sekarang. Piramid tersusun dari beberapa bogkahan batu-batu besar, yang kemudian tersusun menjadi sebuah bangunan. Bukti ini sudah cukup membuktikan bahwa manusia pada zaman ini sudah mulai ada kemajuan pengetahuan walaupun secara sederhana.
  1. Rasional (Yunani)
Ciri-ciri manusia pada zaman rasional ini adalah manusia sudah mengedepankan rasio (akal) untuk mendapatkan suatu kebenaran. Banyak kita temui di dalam buku teori-teori yang dicetuskan oleh para filosifis Yunani. Untuk menjawab apa yang ingin mereka ketahui, mereka sudah memakai akal. Yang akhirnya timbul teori yang sistematis jadilah sebuah keilmuan. Seperti kita ketahui para filosof Yunani,diantaranya: Plato, Aristoteles, Karl Mark, Archimedes, dan masih banyak.Ini merupakan cara yang didasarkan pada rasio, artinya paham yang dikembangkan disebut dengan rasionalisme.
Dalam menyusun penetahuannya, kaum rasionalis merupakan metode deduktif. Dasar pikiran yang digunakan dalam penalarannya diperoleh dari ide yang menurut anggapannya sudah jelas, tegas, dan pasti dalam pikiran manusia. Masalah utama yang terdapat rasionalisme adalah evaluasi teradap kebenaran dasar-dasar pemikiran atau alasan-alasan yang digunakan dalam penalarn deduktif. Dasar-dasar penalaran tersebut semuanya bersumber kepada penalaran rasional bersifat abstrak, terlepas ari segala pengalaman. Dalam hal ini maka pemikiran rasional bersifat subjektif dan solipsistik, ialah hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang berbeda dalam otak orang yang berpikir tersebut.




  1. Wahyu
Wahyu adalah pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan lewat Nabi yang diutus-Nya. Dengan wahyu, manusia memperoleh pengetahuan dengan keyakinan (kepercayaan) bahwa yang diwahyukan tersebut benar. Hidup mereka sudah mulai memakai wahyu sebagai pedoman bagi kehidupan mereka. Pengembangan rasa keingin tahuan mereka sudah memakai petunjuk (wahyu). Sehingga mereka punya batasan-batasan dalam mengkaji, menjawab tantangan alam yaitu dengan wahyu tadi.
Wahyu , Filsafat, Ilmu Pengetahuan
Artinya sudah ada keterpaduan antara ketiganya. Sudah mulai berkembang dengan baik.

  1. Modern
Artinya manusia sudah bangyak mengalami kemajuan, ilmu pengetahuan, dan tehlologi, sudah berkembang pesat.


MANUSIA SEBAGAI PUSAT KOSMOS
Manusia adalah kata yang sering kita dengar bukan hanya sekedar mendengar saja tapi kita selaku mahluk hidup yang tinggal di suatu tempat yang di sebut bumi ini. Di bumi ini banyak sekali mahluk hidup yang tinggal di bumi ini semua sama ciptaan Allah SWT. Tapi, ada beberapa hal yang membedakan manusia dengan mahluk hidup yang lainnya. Dengan di berinya akal dan pikiran oleh Allah SWT, kita sebagai manusia di sebut mahluk yang paling mulia di bumi ini.
Maka dari itu manusia di sebut sebagai pusat kosmos karena, kita sebagai manusia bisa berfikir dengan akal kita bagaimana cara mengolah bumi ini agar menjadi lebih baik dengan kata lain manusia memegang kendali penuh atas semua kehidupan yang ada di bumi ini.
Pada awalnya manusia juga masih belum bisa mengolah alam ini dengan baik, pada saat itu manusia pemikirannya masih primitif, semakin lama manusia akhirnya bisa mengembangkan fikiran mereka, karena rasa ke ingin tahuan itulah manusia akhirnya berkembang menjadi lebih maju dan lebih modern. Teori ini sering kita sebut sebagai teori evolusi yang memakan waktu yang sangat lama. Seperti yang saya katakan tadi manusia di sebut sebagai pusat kosmos karena mereka memiliki akal di bandingkan mahluk hidup yang lainnya, tapi bukan hanya itu manusia juga bisa menghasilkan sebuah peemuan yang baru yang belum pernah ada sebelumnya. Lalu manusia juga bisa menciptakan ilmu pengetahuan contohnya seperti:

  1. Ilmu kedokteran
  2. Ilmu pertanian
  3. Ilmu perikanan. Dll.

itu adalah sebagian contoh ilmu pengetahuan yang di ciptakan oleh manusia kalau saya sebutkan satu persatu maka akan banyak sekali.
Manusia di sebut sebagai pusat kosmos karena manusia adalah pemimpin di dunia ini kalau bukan manusia siapa lagi masa kita mau di pimpin oleh hewan.
Ada juga hak dan kewajiban yang harus di lakukan oleh manusia diantaranya:
  1. Hak kepada tuhan
hak kepada tuhan itu urusannya langsung dengan yang maha kuasa jadi apapun yang di perintahkan oleh tuhan kita mau tidak mau harus mematuhinya.
Contohnya: yang rukun islam ja yang lima
  1. Hak kepada diri sendiri

Hak kepada diri sendiri yaitu hak yang hubungannya dengan jasad kita baik jasmani maupun rohani.
Contoh hak terhadap jasmani:
-Makan
-Minum
-Tidur , dsb.


  1. Hak terhadap orang lain
Yang di maksud dengan hak terhadap orang lain yaitu kita harus menghormati orang lain meskipun orang itu beda kepercayaan dengan kita selam orang itu tidak mengganggu kita.
  1. Hak atas harta yang di berikan oleh Tuhan
Yaitu bagaimana cara kita untuk memanfaatkan rezeki yang telah di berikan oleh Tuhan.
Ada juga yang membedakan antara manusia dengan mahluk hidup yang lainnya yaitu:
-Manusia mempunyai tujuan spiritual
Biasanya tujuan spiritual itu lebih condong ke agama.
-Manusia mempunyai tujuan social
Yang di maksud dengan tujuan social yaitu tujuan untuk hidup secara bersosialisasi dengan manusia yang lainnya. Karena, manusia tidak bisa hidup sendiri.
-Manusia mempunyai tujuan melintasi ruang dan waktu
Yang di maksud dengan melintasi ruang dan waktu yaitu bagaimana kehidupan mereka di masa mendatang.

Pengembangan pemikiran manusia dalam menyikapi fenomena alam
Dalam pemikiran manusia ada beberapa macam, yaitu:
  1. Mitos
  2. Coba-coba
  3. Zaman mesir kuno
  4. Zaman filsafat
  5. Wahyu+filsafat+dan ilmu pengetahuan
  6. Zaman modern/zaman sekarang.

Mitos adalah cerita yang di ceritakan secara turun temurun yang masih belum terbukti kebenarannya.
Coba-coba ialah melakukan sesua merekatu tanpa di dasari oleh pemikiran yang logis. Pemikiran coba-coba ini terjadi pada saat jaman primitive.
Zaman mesir kuno ialah zaman dimana pemikiran manusia sudah sedikit lebih maju. Pada zaman ini manusia sudah bisa berfikir secara rasional dan mulai membangun sesuatu. Contohnya: piramida yang ada di mesir.
Zaman pemikiran yang rasional ialah zaman dimana manusia sudah mulai mengeluarkan pernytaan untuk kehidupan mereka. Pada zaman ini mulailah bermunculan para filsafat yang berasal dari yunani.
Wahyu,filsafat,dan ilmu pengetahuan yaitu zaman dimana wahyu,filsafat dan ilmu pengetahuan di satukan menjadi satu pemikiran.
Zaman modern zaman dimana manusia sudah sangat maju sehingga menciptakan sesuatu yang baru yang belum pernah ada.


Empat Kiat mengatasi Bibir kering dan Pecah-Pecah



Jika Anda tinggal di kota yang udaranya dingin, atau menghabiskan banyak waktu di tempat ber-AC, bibir pecah-pecah adalah salah satu masalah yang kerap muncul. Tapi jangan khawatir, kami tahu cara mengatasinya.


1. Jangan menjilat bibir
Air liur menguap denga cepat dari bibir, dan ini akan menyebabkan bibir kita menjadi semakin kering. Jika Anda memiliki kebiasaan menjilat bibir, hindari penggunaan lipbalm rasa buah. Pilihlah yang pahit agar Anda tak tergoda.

2. Selalu sedia lip balm
Jangan pernah tinggalkan lip balm alias pelembab bibir. Bawalah ke mana pun Anda pergi, dan oleskan ke bibir dan sekitarnya saat sudah mulai terasa kering. Pelembab bibir yang paling baik adalah yang mengandung beeswax, shea butter, dan SPF untuk melindungi bibir dari paparan sinar matahari.

3. Ritual sebelum tidur
Jangan hanya menggosok gigi, mencuci muka, dan memakai pelembab sebelum tidur. Agar bibir tetap sehat, indah, dan terhindar dari kekeringan, biasakan melakukan ritual ini setiap malam sebelum tidur. Ambil handuk kecil, dan basahi dengan air hangat. Lalu gosokkan handuk basah tersebut perlahan-lahan pada bibir untuk mengelupas kulit mati penyebab bibir pecah-pecah. Setelah terasa halus, oleskan pelembab bibir. Pelembab ini akan bekerja menutrisi bibir selama kita tidur.

4. Banyak minum
Anda pasti sudah tahu bahwa kita harus minum setidaknya delapan gelas air putih setiap hari, kan? Bibir yang kering adalah salah satu cara tubuh memberi sinyal bahwa ia kekurangan cairan. Jadi, jangan hanya melembabkan dari luar (dengan cara mengoles lip balm), tapi lembabkan juga dari dalam dengan bantuan air mineral.

Trik Memotong Poni oleh Sendiri


Terkadang kita malas pergi ke salon hanya untuk memotong atau merapikan poni. Daripada buang-buang uang, lebih baik potong sendiri poni Anda. Tapi ingat, jangan asal potong. Bentuk poni yang salah malah akan mengacaukan penampilan Anda secara keseluruhan. Lebih baik ikuti kiat berikut ini.


1. Pertama-tama pisahkan seluruh poni Anda dari rambut, agar tidak salah potong. Anda bisa memisahkannya dengan sisir bentuk apa pun.

2. Anda bisa memotong poni dalam keadaan rambut basah atau kering. Namun jika Anda memilih melakukannya dalam keadaan rambut yang basah, jangan lupa untuk memotongnya lebih panjang dari hasil yang dimaksud. Karena dalam keadaan kering, rambut akan mengembang sehingga terlihat lebih pendek.

3. Pelintir poni Anda dan letakan di tengah dahi. Hal ini akan membuat panjang poni merata dengan sendirinya. Poni di bagian pinggir dahi dengan sendirinya akan memiliki ukuran lebih panjang dari bagian tengah, sehingga hasilnya terlihat natural.

4. Untuk melihat bentuk poni yang sempurna, cobalah untuk mengeringkan rambut Anda dengan mesin pengering rambut. Jika hasilnya kurang maksimal, Anda bisa kembali merapikannya dengan mengulangi langkah-langkah di atas.

Selamat mencoba!

Rotorua Kebudayaan Suku Maori

Selandia Baru adalah negara termuda di muka bumi – dataran terakhir yang ditemukan. Suku Maori adalah orang pertama yang pindah ke Selandia Baru pada seribu tahun lalu. Sejak itu, orang-orang berdatangan dari seluruh dunia untuk menetap di sini.

Selandia Baru punya sejarah yang kaya dan menakjubkan, yang mencerminkan baik warisan Maori dan Eropa.
Salah satu patung totem khas Maori. Kredit foto: ThinkStock

Rotorua yang terletak di North Island adalah magnet bagi para wisatawan, yang datang untuk melihat fenomena vulkanik dan mempelajari kebudayaan suku Maori di Selandia Baru. Rotorua akan memikat Anda dengan keajaiban panas bumi dan pengalaman mengenai budaya yang unik – dari geyser dan kolam lumpur panas hingga tempat tinggal marae, pesta hangi, sebuah desa pra-Eropa asli Maori. Rotorua memiliki petualangan budaya yang telah dikembangkan dengan baik, dari terjun payung ke zorbing.

Tenggelam Dalam Sejarah dan Budaya

Lebih dari sepertiga penduduk Rotorua adalah orang Maori, sehingga daerah itu adalah tempat terbaik untuk menceburkan diri dalam budaya asli Selandia Baru. Rotorua memiliki sejarah yang luar biasa, yang akan dengan senang hati dibagi penduduk lokal Maori sehingga memperkaya pengalaman Anda. Kisah-kisah mereka sangat menawan.

Kembalilah ke masa Tamaki Maori Village. Di kedalaman hutan, Anda akan mendapatkan gambaran yang jelas mengenai bagaimana gaya hidup dan tradisi Maori, dari masa pra-Eropa hingga saat ini. Lihat dan pelajarilah seni tradisional Maori yang terpelihara di New Zealand Maori Arts and Crafts Institute. Anda bisa bicara dengan ahli pahat dan tenun serta belajar sejarah dan proses yang terlibat dalam setiap bentuk seni.
 Motif kesenian khas Maori. Kredit foto: ThinkStock
Jangan lupa mandi di spa panas yang jernih di Baths Blue, yang menampilkan bangunan masa lalu yang penuh warna. Lalu, nikmati hidangan di lantai atas dan nikmati pemandangan dari Government Gardens yang cantik.

Kunjungi pula situs penggalian di Te Wairoa, sebuah desa yang terkubur oleh letusan Gunung Tarawera pada 1886. Nikmatilah makanan hangi dan sebuah konser Maori di Mokoia Island atau di salah satu hotel di kota itu.


Keindahan Alam

Danau Rotorua, meski terlihat indah dan damai, memiliki sejarah yang kejam. Gunung berapi besar di kawasan itu meletus sekitar 200 ribu tahun yang lalu, menciptakan kaldera bergaris tengah 16 km. Kaldera itu kemudian terisi air dan menjadi danau terbesar kedua di North Island. Rotorua dan 15 danau lainnya di daerah itu terhubung dengan kaldera Rotorua dan Gunung Tarawera.


Kawah Gunung Tarawera. Kredit foto: ThinkStock

Menurut legenda, orang Eropa menemukan geyser dan kolam lumpur Rotorua pada tahun 1880-an, yang sekarang menjadi pemikat terbesar kota itu. Air mancur panas Pohutu yang terkenal, serta geyser lain yang berada di tempat lain di kawasan itu, adalah atraksi yang harus dilihat. Mata air panas Pohutu, di Whakarewarewa Thermal Valley, meletus beberapa kali sehari, menyemburkan air panas hingga 30 m ke udara.

Yang tak boleh dilewatkan juga adalah terapi spa musim semi, serta berendam di kolam termal. Anda bisa pula mandi lumpur, yang akan membuat kulit Anda terasa sehalus sutra.

Rotorua adalah salah satu spa kesehatan terbaik di New Zealand. Hell's Gate merupakan air terjun air panas satu-satunya di Belahan Bumi Selatan. Nikmatilah pengalaman berendam sekeluarga di Spa Polynesian.
 Kolam lumpur di Rotorua. Kredit foto: ThinkStock

Ketegangan Maksimal

Rotorua menjanjikan kepuasan bagi para pecandu adrenalin — bahkan yang tingkatnya parah sekali pun. Banyak petualangan yang akan memacu sensasi dan adrenalin Anda, dengan pemandangan terbaik khas Selandia Baru.

Atasi ketakutan Anda dan rasakan terjun payung tandem dari ketinggian 4500 meter. Meloncat dari atas pesawat adalah pengalaman sekali dalam seumur hidup yang harus Anda coba. Meluncur jatuh dari 4500 meter memberikan Anda kesempatan memandang danau dan hutan di Rotorua yang tak tertandingi.

Anda bisa pula meluncur di atas scree – lereng curam yang penuh kerikil – di Gunung Tarawera atau Gunung Ngongotaha, dan dengarkan jeritan peluncur lain di udara.

Anda berada di tempat sempurna untuk arung jeram di Selandia Baru. Ini adalah kegiatan yang populer sepanjang tahun. Anda bisa menantang arus di Sungai Kaituna (tingkat lima), Wairoa (tingkat lima) dan Rangitaiki (tingkat empat). Di Sungai Kaituna Anda akan menghadapi air terjun Tutea setinggi 7 m – air terjun tertinggi yang secara komersial diarungi.

Hiburan Keluarga

Rotorua adalah tempat liburan petualangan keluarga yang menyenangkan. Selalu ada kegiatan untuk semua orang, berapa pun umur mereka. Misalnya berkendara dengan mobil feri  dan mencukur domba, hingga berputar-putar dengan perahu jet.

Kunjungi Hobbiton Movie Set & Farm Tour, yang dibuat berdasarkan lokasi asli Hobbiton dalam trilogy "The Lord of the Rings". Anda akan dipandu menjelajahi situs seluas 4 hektare dan diceritakan rincian menarik seputar pembuatan film itu.


Kredit foto: ThinkStock

Kegiatan di pertanian tak kalah menyenangkan, misalnya mencukur dan memberi makan domba, atau memerah susu sapi. Ada pula demonstrasi menggiring domba serta lelang domba.  Saat mengunjungi kebun buah kiwi organik, Anda bisa berhenti untuk mencicipi anggur buah kiwi dan madu.

Ingin melihat singa, ikan, belut raksasa, unggas air, rusa dan lainnya? Paradise Valley Springs tempatnya.

Untuk beberapa sensasi turunan, zorbing merupakan petualangan gila lainnya yang ditemukan oleh para Kiwi. "Zorbonauts" berputar ke bawah lereng bukit yang curam di dalam sebuah bola karet besar yang berisi udara.

Naiklah ke atas perahu jet untuk menyusuri sungai Waikato melalui ngarai Tutukau yang spektakuler. Temukan flora dan fauna asli dan salah satu atraksi paling populer di Selandia Baru yaitu panas bumi dalam safari Riverjet termal.


Kerajinan suku Maori. Kredit foto: ThinkStock

Untuk pengalaman bersantap yang tak terlupakan, ikuti petualangan Indigenous Food Trail. Ini merupakan jejak makanan di hutan yang bertujuan untuk mendidik para tamu mengenai masakan asli Maori dan tumbuh-tumbuhan asli dan tanaman yang digunakan, dan dipimpin oleh seorang ahli setempat Charles Royal. Charles, menciptakan tur ini khusus untuk Treetops Lodge and Wilderness Estate, yang telah memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun mengenai makanan Maori.

Selandia Baru memiliki empat musim: musim gugur (Maret sampai Mei), musim dingin (Juni sampai Agustus) dan musim semi (September-November), Musim panas (Desember-Februari).    

Etika Dakwah

BAB I
PENDAHULUAN
Dakwah adalah upaya merubah dan mentranformasi manusia dari dzulumat (non Islam) kepada nur (Islam) agar mereka menjadi hamba Allah dalam ranah kehidupan individual dan komunalnya (keluarga, masyarakat dan negara). Tentu hal ini merupakan pekerjaan yang cukup berat sehingga wajar jika pahala orang yang berdakwah di jalan Allah sangat istimewa1 dibanding dengan amal- amal lain karena memang dakwah merupakan amal yang memerlukan ilmu dan amal sekaligus ijtihad dalam menentukan arah dakwah agar tetap berada di atas jalan kebenaran.
Terlebih tantangan dakwah dari masa ke masa semakin akseleratif, baik dari sisi kualitas ataupun kuantitasnya, masih kurang sepadan dengan para da’iyah yang terjun ke medan dakwah dengan segala kapasitas ilmu yang dimilikinya dimana jika saja dihadapkan dengan problematika dakwah maka sikap yang muncul seringkali mengedepankantasahul dantathorruf, kurang mempertimbangkan fiqh wahyi (al-Qur’an dan al-Sunnah) dan atau
fiqh waqi’ (realitas dakwah mad’u)2.
Sikaptasahul dalam dakwah artinya menganggap gampang segala permasalahan dakwah tanpa mengindahkan niali-nilai kemaslahatan sebagai tujuan dari syari’at agama Islam, dilakukan sambil lalu tanpa managemen sama sekali. Sementaratathorruf artinya sikap berlebihan dalam melihat permasalahan dakwah sehingga kemaslahatan syari’atpun menjadi sempit maknanya. Hal ini terjadi karena para da’iyah tidak memahami fiqh wahyi atau fiqh waqi’ dengan baik. Upaya memadukan fiqh wahyidan fiqh waqi’ inilah sebenarnya yang dalam lapangan dakwah disebut fiqh dakwah3 dimana kaidah-kaidahnya dapat ditarik dari ushul fiqh sebagai kaidah yang menjadi rambu-rambu dalam fiqih sebagai amaliah praktis.
Bertolak dari hal inilah, penulis melihat bahwa para da’i perlu untuk mengembangkan kaidah-kaidah fiqh yang menjadi acuan para ahli fiqh (fuqaha) dalam berijtihad dapat diselaraskan dengan lapangan amal dakwah karena keduanya merupakan dua sisi yang ekleptis satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.


BAB II
PEMBAHASAN
  1. Pengertian Kaidah Dakwah
Kaidah dakwah terdiri dari dua kata yaituk a ida h danda k wa h. Menurut bahasa kaidah adalah serapan dari bahasa Arab yang artinya “al-asas” (dasar dan asal, baik bersifat materil ataupun immateril)4. Ia adalah ism mufrad (kata benda tunggal) dan bentuk jamaknya adalahqawa’id. Pengertian ini dapat kita lihat dalam firman Allah Swt :
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar- dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan Kami terimalah daripada Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui"5.
Sedangkan menurut istilah al-Jurjani menjelaskan bahwa kaidah adalah hukum-hukum umum yang berlaku pada bagian- bagiannya6. Hukum umum tersebut diletakan untuk membatasi hukum-hukum pada bagian-bagian khususnya agar tidak terlepas dan keluar darinya. Batasan ini hampir sama seperti yang disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mendefinisikan kaidah sebagai rumusan asas yg menjadi hukum atau aturan, patokan dan dalil yg sudah pasti7.
Sementara dakwah, menurut bahasa adalah masdar marroh dari kata da’a yad’u da’watan yang artinya berkutat seputar permohonan, ajakan, seruan serta anjuran terhadap suatu perkara8. Dalam al-Qur’an kata “dakwah” disebutkan untuk ajakan kepada kebaikan (haq) dan keburukan(batil). Dakwah yang digunakan untuk ajakan kepada kebaikan kita dapatkan dalam ayat al-Qur’an yang artinya:
Hanya bagi Allah-lah (hak mengabulkan) doa yang benar. dan berhala-berhala yang mereka sembah selain Allah tidak dapat memperkenankan sesuatupun bagi mereka, melainkan seperti orang yang membukakan kedua telapak tangannya ke dalam air supaya sampai air ke mulutnya, padahal air itu tidak dapat sampai ke mulutnya dan doa (ibadat) orang-orang kafir itu, hanyalah sia-sia belaka”9.
Sedangkan kata dakwah yang digunakan untuk ajakan kepada keburukan adalah :
Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh10."
Penggunaan kata dakwah dalam dua pengertian ini juga kita dapatkan dalam sabda Rasulullah Saw yang artinya:
Barang siapa menyeru kepada petunjuk (Allah), maka baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya, pahala tersebut sedikitpun tidak mengurangi pahala mereka, dan barang siapa menyeru kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya, dosanya tersebut sedikitpun tidak mengurangi dosa-dosa mereka “11.
Sedangkan menurut istilah, dakwah adalah upaya seorang da’iyah atau beberapa da’iyah dalam mengajak manusia kepada Islam dengan cara-cara tertentu sehingga mereka mengingkari thagut dan beriman kepada Allah12.
Merujuk kepada dua pengertian di atas, dapat didefinisikan bahwa kaidah dakwah adalah hukum atau aturan yang menjadi pedoman bagi da’i dalam mengajak manusia melakukan kebaikan dan menjauhkan dari keburukan.
B. Urgensi kaidah Dakwah
Karena objek dakwah itu manusia, tentu selaiknya ia dipahami secara utuh dikarenakan dakwah adalah aktifitas mengajak manusia baik umat istijabah (umat seagama) ataupun umat dakwah (umat beda agama)13. Dengan dakwah diharapkan umat istijabah dapat berubah dari kondisi buruk kepada baik atau dari baik kepada yang lebih baik. Sedangkan dakwah kepada umat dakwah diharapkan mereka dapat mengimani Allah Swt dengan sebanar-benar iman dan meninggalkan unsur-unsur syirik yang akan dapat membatalkan keimananannya .
Memahami dakwah dengan utuh ini tidak akan tercapai jika para da’i tidak mengetahui rambu-rambu yang harus dipatuhi selama berlangsungnya aktifitas dakwah tersebut. Dakwah yang dilakukan setiap da’i sejatinya dibatasi dengan kaidah-kaidah agar tercipta keselarasanwasilah (perantara) danghoyah (tujuannya), jangan sampai dakwah yang dilakukan termasuk kategori “al- Ghoyah tubarrir al-Wasilah” sebagai derivasi kaidah ushul fiqh “lil wasa’il hukm al-maqashid”14, yang dalam bahasa dakwah artinya demi tujuan dakwah segala perantara menjadi sah dilakukan meski secara hukum dilarang. Hal ini menuntut upaya penyelarasan antara kaidah-kaidah ushul fiqh dengan lapangan dakwah. Seluruh upaya dakwah harus dikoridori kaidah-kaidah dakwah yang secara substansial dapat ditarik derivasinya dari kaidah-kaidah ushul fiqh sebagai kumpulan kaidah-kaidah umum yang digunakan untuk melakukanistinbath (mengambil kesimpulan) hukum-hukum syari’at dari dalil-dalil al-Qur’an dan al-Sunnah yang terperinci.
Sebagaimana seorang Ulama Fiqih tidak dapat berijtihad dalam beberapa amaliah praktis yang dihadapinya jika ia tidak memiliki kecakapan khusus terkait dengan kaidah-kaidah ushul fiqh, begitupun dengan seorang da’iyah tidak dapat melakukan dakwah dengan baik jika seandainya ia tidak memiliki ilmu tentang kaidah- kaidah dakwah yang dapat menyelamatkan perahu dakwahnya kepada tujuan yang dikehendakinya. Syaikh Jum’ah Amin berkata : “Kita harus mengembangkan kaidah-kaidah ushul fiqh dari lingkup hukum-hukum syari’at yang bersifat amaliah ke lingkup dakwah secara umum, agar setiap da’i mampu membekali diri dengan kaidah-kaidah dan tolok ukur yang menentukan dakwahnya, sehingga tidak menyimpang dari manhaj yang benar”15.
Singkatnya, urgensi kaidah-kaidah dakwah adalah sebagai batasan atau rambu-rambu baku yang dapat menjadi pedoman dakwah bagi setiap da’i agar dakwahnya tetap berada dalam manhaj yang benar tidak “tasahul” dan atau “tathoruf” apalagi masuk pada kategori “dakwah ‘ala bab jahanam” yang disebut dalam hadis Khudzaifah ibn Yaman16 yang terkadang tidak disadari bahwa dakwahnya justru akan merugikan Islam yang berujung pada dakwah yang gagal dan tidak menuai hasil gemilang17.

C. Kaidah-Kaidah Dakwah
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa kaidah-kaidah dakwah dibangun di atas kaidah-kaidah ushul fiqh agar dapat bersesuaian dengan tuntutan-tuntutan amal ibadah praktis, karena dakwah dilakukan agar madl’u dapat melakukan tuntutan-tuntutan agama di atas dasar pemahaman aqidah yang benar.Tuntutan-tuntutan agama (takalif syar’iyah) tersebut tujuan akhirnya adalah terwujudnya kemaslahatan (hayatan thoyyibah), yaitu kemaslahatan manusia dengan menjamin kebutuhan pokoknya (dharuriyah) dan memenuhi kebutuhan sekunder (hajiyah) serta kebutuhan pelengkap ( tahsiniyah)18. Kemaslahatan ta hs iniy a h tidak dipelihara jika dalam pemeliharaannya terdapat kerusakan bagihajiyah.Hajiyah dan tahsiniyah tidak berarti dipelihara jika dalam pemeliharaan salah satunya terdapat kerusakan bagi dha ruriy a h. Kemaslahatan inilah yang menjadi tujuan syariat-syari’at Islam secara keseluruhan, dan fatwa-fatwa hukum yang mucul dari para mufti pun harus selalu mengacu kepada konsep masalahat ketiganya, dengan tetap memperhatikan ketepatan dalam menghukumi suatu perkara amaliah praktis tersebut19. Ada beberapa kaidah Ushul fiqih20 yang dapat di- implementasikan dalam lapangan dakwah yaitu sebagai berikut:
1. Al-Dhararu Yuzalu Syar’an (bahaya itu menurut syara harus dilenyapkan).
2. Al-Dhararu La Yuzalu Bi Al-Dharari ( Suatu bahaya tidak boleh dilenyapkan dengan bahaya yang sama).
3. Yuhtamalu al-Dhararu Al-Khash li Daf’i al-Dharar al-‘Am (bahaya yang bersifat khusus boleh dilakukan untuk mencegah bahaya yang bersifat umum) .
4. Yurtakabu Akhoff al-Dhararain li Ittiqa’i Asyaddihima ( Yang lebih ringan diantara dua bahaya boleh dilakukan untuk menjaga dari yang lebih membahayakan).
5. Daf’u al-Madharri Muqaddamun ‘ala Jalb al-Manafi’ (menolak bahaya itu harus didahulukan dari pada menarik manfaat).
6. Al-Dharuratu Tubihu al-Mahdhurat (keterpaksaan membolehkan dilakukannya hal-hal yang dilarang).
7. Al-Dharuratu Tuqaddaru Biqadariha ( keterpaksaan diukur dengan tingkat keadaannya). direspon madl’u tidak berarti gagal. Berbeda jika dakwah yang dilakukan kurang maksimal dalam mempertimbangkan wasa’il dan maqashidnya maka kegagalan dakwah dapat terjadi karenanya.
8. Al-Masyaqqatu Tajlib al-Taisir ( Kesulitan membawa kemudahan).
9. Al-Haraju Syar’an Marfu’ ( menurut syara’ kesulitan itu harus dihilangkan).
10. Al-Hajatu Tanzilu Manzilat al-Dharurati Fi Ibahat Mahdhurat ( Kebutuhan-kebutuhan dapat menempati posisi keterpaksaan dalam kebolehan melakukan yang haram). Dan kaidah-kaidah lain yang dapat kita baca dalam buku-buku ushul fiqih dimana semuanya dapat kita kembangkan untuk kemudian menjadi pedoman atau standar dalam berdakwah.
Syaikh Jum’ah Amin mencoba mengembangkan kaidah-kaidah ushul fiqih tersebut dalam kerangka dakwah setelah sebelumnya mengaplikasikan kaidah-kaidah tersebut dalam lapangan dakwah, beliau merumuskan sepuluh (10) kaidah yang dapat kita pedomani saat berdakwah sebagai berikut :
  1. Al-Qudwah Qabl al-Dakwah (Menjadi Teladan Sebelum Berdakwah) Pepatah Arab mengatakan “Lisan al-Hal Afshah Min Lisan Al-Maqal” (bahasa kenyataan lebih fasih daripada bahasa lisan)21. Dalam lingkup dakwah kenyataan ini benar adanya, hal itu dikarenakan dakwah adalah upaya mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan sesuai petunjuk agama. Tentu hal ini akan cepat mendapatkan respon atau pengaruh besar ketika kepribadian positif seorang da’i dan keluarganya lebih dulu mewujud sebelum orang lain.
Untuk itulah al-Qur’an menyindir setiap da’i yang sering mengajak orang lain untuk berbuat baik, namun dirinya tidak melakukan kebaikan tersebut sebagai sesuatu yang aneh, bahkan Allah menyebut orang tersebut sebagai tidak berakal. Allah berfirman yang artinya:
(mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?22.
Oleh karena itu, Allah Swt sangat benci terhadap orang- orang seperti ini, Allah berfirman yang artinya:
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan”23.
Berkaca kepada da’i pertama, Nabi Saw, sebelum berdakwah ia telah menunjukkan kepribadian baik kepada orang-orang kafir quraisy sehingga dikenal sebagaial-Amin (jujur dan terpercaya), termasuk kepribadian baik istri dan anak-anaknya, sehingga wajarlah jika dakwahnya mendapatkan sambutan bagus dari banyak pihak dalam jangka waktu yang relatif singkat, Beliau mampu merubah kiblat peradaban manusia yang sebelumnya kepada Romawi dan Persia menjadi berkiblat ke Arab. Untuk itulah Al-Qur’an menyuruh kita untuk mengambil qudwah (teladan) kepada Nabi Saw :
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”24.
2. Al-Ta’lif Qabla al-Ta’rif (Mengikat Hati Sebelum Mengenalkan)
Objek dakwah adalah manusia dimana sikap dan perbuatannya ditentukan oleh kondisi hatinya. Hati adalah penentu fisik untuk dapat bergerak merespon pihak luar. Nabi Saw bersabda:
Ketahuilah, sesungguhnya pada setiap jasad terdapat segumpal daging. Jika segumpal daging itu baik, maka baiklah seluruh jasad itu. Tapi jika segumpal daging itu buruk, maka buruk pulalah seluruh jasad itu. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati”25.
Ustadz Hidayat Nurwahid berkata : Da’watuna Hubb, Wa bihi naftah al-Qulub. Idza Fatah al-Qulub fatah al-Uqul wa al-Juyub ( landasan dakwah kita cinta, dengan cinta itulah kita membuka hati manusia, jika hati manusia itu telah terbuka maka terbukalah akal pikiran dan kantong-kantong)26. Artinya seorang da’i harus berusaha menumbuhkan simpati, empati dan selalu menjalin hubungan saling mencintai dengan mad’unya, bahkan hal ini merupakan keniscayaan dakwah.
Jika kita amati dakwah Nabi Saw akan kita dapati bahwa beliau selalu mengedepankan empati, simpati, persuasi, lemah lembut dan tidak kasar dalam berinteraksi dengan orang-orang beriman. Allah berfirman yang artinya:
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin”27.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa keberhasilan dakwah Nabi Saw adalah karena sikap empati yang cukup besar dari Nabi kepada orang-orang kafir, sehingga mereka sangat familiar dengannya. Al-Qur’an menggambarkannya dalam firman-Nya yang artinya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”.28
3. Al- Ta’rif Qabla Al-Taklif (Mengenalkan Sebelum Membebani)
Kesalahan dakwah terbesar adalah membebankan suatu amalan kepada madh’u sebelum diajarkan dengan baik. Baik beban suatu amal yang hukumnya wajib ataupun sunat. Karena dakwah itu tegak di atas landasan ilmu dan dalil yang jelas, dan bukan doktrin-doktrin yang membabi buta. Allah berfirman yang artinya:
Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik"29.
Ketika seorang da’i membebankan suatu amalan sebelum dipahamkan, maka akan muncul konsekuensi penolakan terhadap dakwahnya dan atau menjadikan madh’u selalu ta qlid, menerima apa adanya meski mereka belum mengetahui dasar amalan tersebut hingga akhirnya mereka menjadi orang yang taqlid buta (muqallid a’ma).
Di samping itu, mengenalkan Islam secara utuh akan menangkal setiap kesalahan ajaran yang dikembangkan oleh orang-orang yang fobi terhadap Islam dan akan menjadikan madh’lu selalu beramal atas dasar ilmu, sbegaimana disebut imam Al-Bukhari al-ilmu qabla al-qauli wa al-amal30.
4. Al-Tadarruj fi Al-Taklif(Bertahap Dalam Membebankan Suatu Amal)
Manusia memiliki tingkatan yang berbeda-beda, baik dari sudut latar belakang pendidikan ataupun kondisi sosial yang melahirkannya. Oleh karena itu, dakwah kepada manusia dengan ragam tipologinya itu tentu mengonsekuensikan perbedaan dakwah yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Saw :
Kami diperintah untuk berbicara kepada manusia sesuai dengan tingkat berfirkir mereka“31.
Karena manusia itu bertingkat dan berkelas-kelas, maka dakwah yang dilakukan kepada masing-masing kelas itu juga harus sesuai, dengan cara itu maka tidak ada dakwah yang disajikan kepada semua orang dengan cara dan model yang hantam kromo (disamaratakan) karena hal itu akan membuat madh’u menjadi malas dan bahkan kemudian ia tidak lagi tertarik dengan Islam.
Dasar yang menjadi dalil kaidah ini adalah bahwa al- Qur’an turun kepada Nabi Saw dengan bertahap (tadarruj)32, disesuaikan dengan kondisi madh’u yang belum memiliki kesiapan penuh untuk menerima ajaran Islam. Di samping itu, tadarruj dalam suatu gerak kehidupan adalah sunnatullah pada semua mahluk33.
5. Al-Taisir La al-Ta’sir (Memudahkan Bukan Menyulitkan)
Salah satu karakteristik agama Islam adalah mudah, tidak menyulitkan. Demikian firman Allah Swt yang artinya:
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”34.
Di samping itu Nabi Saw bersabda :
Permudahlah dan jangan kamu persulit, gembirakanlah dan jangan membuat mereka berlari ”35.
Setiap da’i harus mengetahui bahwa setiap hukum dalam syari’at Islam – baik perintah ataupun larangan- bertingkat-tingkat. Ada perintah ibadah yang hukumnya wajib ‘ain yaitu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap individu dan ada juga perintah yang hukumnya wajib kifayah dimana cukuplah sebagian orang untuk melakukan kewajiban tersebut36. Di samping itu ada perintah lain tapi tidak sampai kepada batasan wajib yaitu sunnat saja. Sunnat pun ada yangmu’akadah yang ditekankan untuk dapat dilakukan, menyerupai hukum wajib, dan ada pula yang ghoir mu’akkadah yang tidak terlalu ditekankan. Demikian juga terkait dengan larangan, ada yang hukumnya haram sebagai larangan keras, ada pula larangan yang tidak terlalu keras yang disebut dengan ma k ruh37.
Perintah dan larangan ibadah dalam Islam dapat dipastikan mudah untuk dilakukan, dan jika berada dalam kondisi yang sulit maka perintah tersebut menetapkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan sebagai penggantinya. Namun, bukan berarti perintah ibadah tersebut dapat se- enaknya diganti dan dirubah atas dasar kaidah ini, karena yang dimaksud adalah bahwa agama ini meski ia sebagai perintah ibadah namun tetap didasarkan kepada kemampuan manusia sebagai mukallafnya. Allah berfirman yang artinya:
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”38.
Da’i yang tidak mengetahui tingkatan hukum syari’ah dapat dipastikan dakwahnya akan membuat mad’u lari dan merasa sulit untuk dapat melakukan suatu amalan, karena semuanya dianggap sama dalam tingkatan hukum.
6. Al-Ushul Qabla Al-Furu ( Perkara Pokok Sebelum Perkara Cabang)
Yang dimaksud dengan a l-Us hul dalam Islam adalah masalah-masalah pokok yang terkait dengan keimanan dan komitmen dengan “syahadatain” (Laa Ilaaha Illa Allah, Muhammad Rasulullah) yang akan merubah cara pandang dan sikap hidup seorang muslim secara total. Masalah ushul inilah yang menjadi sentral bahasan Nabi pada peroide dakwah di Mekah selama + 13 tahun39. Dan tugas pokok setiap Nabi dan Rasul yang diutus Allah kepada manusia adalah untuk memahamkan ushul ini, demikian Allah berfirman:
Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", Maka di antara umat itu ada orang- orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)40.
Sedangkan yang dimaksud dengan a l-furu’ adalah masalah-masalah cabang yang bersifat amaliah praktis dimana ikhtilaf seringkali terjadi karena terdapat pandangan fiqih yang berbeda terhadap nash, baik dari sisi kualitas ataupun kuantitas orang yang memahaminya. Berbeda dengan ushul, ia adalah masalah-masalah pokok agama yang sebagian besar temanya tidak diperselisihkan41.
Rasulullah Saw ketika mengutus Mu’adz bin Jabal untuk berdakwah kepada penduduk Yaman, Nabi Saw bersabda :
Hendaklah materi pertama yang disampaikan kepada mereka adalah syahadatain”42
Dakwah yang dilakukan mesti memegang kaidah ini, jangan sampai isu-isu agama yang sifatnya furu’ menjadi ushul, atau yang sifatnya furu’ merusak ushul hanya karena perbedaan pandangan. Inilah yang dimaksud dengan fiqh aulawiyat dalam dakwah dimana seorang da’i harus selalu memahami masalah-masalah ushul dan furu’ dalam agama agar ia mampu mengarahkan umat secara proporsional.
Da’i yang tidak memahami masalah-masalah ushul dan furu’ ini akan menjadikan dakwah tidak lagi menuai maslahat, bahkan ia akan melahirkan kontra produktif bagi dakwah itu sendiri. Karena ushul harus lebih didahulukan dari pada furu’ karena furu’ akan dapat dilaksanakan dengan baik dan benar ketika ia berpijak pada ushul yang baik dan benar pula.
7. Al-Targhib Qabla Al-Tarhib (Memberi Harapan Sebelum Ancaman)
Islam memuatta rghib (harapan) danta rhib (ancaman), hanya saja ada beberapa madh’u yang bisa lari dari dakwah ketika selalu dihadapkan oleh da’i kepada t a rhib, sehingga dakwahnya terlihat menakutkan. Padahal dakwah itu selaiknya menjadikan mad’u akrab dengan Islam, dan salah satu pedoman untuk dapat mengakrabkan da’i kepada Islam adalah mengarahkan mad’u untuk dapat memahami hal-hal targhib (kabar gembira dan harapan) sebelum tarhib. Mengambil teladan dari dakwah Nabi Saw yang selalu mempedomani kaidah ini secara proporsional, memperlakukan para sahabat dengan penuh kasih sayang dan memberikan motivasi kuat agar bersemangat dalam beramal dan tidak berputus asa karena Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Seperti cerita seorang pembunuh yang telah membunuh 99 manusia yang ingin bertaubat yang cerita hidupnya diakhiri dengan kesalehan meski ia belum sempat beramal43.
Seorang da’i harus selalu memberikan semangat kepada mad’unya untuk dapat beramal, dan jika ia melakukan dosa harus diberi harapan besar bahwa Allah selalu membuka pintu tobat bagi siapa saja, dengan cara itu dakwah – insya Allah- akan menuai hasil yang diharapkan.
8. Al-Tafhim La al-Talqin(Memberikan Pemahaman Bukan Mendikte)
Dakwah adalah upaya merubah dan mentransformasi manusia untuk dapat melakukan tuntutan ajaran Islam. Untuk dapat merealisasikan itu, seorang da’i harus selalu memahamkan ajaran Islam itu secara baik agar dapat diamalkan atas dasar kepahaman dan bukan keterpaksaan. Itulah makna dakwah ‘ala bashirah” dan hujjah44.
Dakwah ini harus dapat memahamkan mad’u terlebih dahulu dengan ajaran Islam yang benar, memperhatikan kondisi mad’unya dengan baik dari sisi latarbelakang pemahamannya. Dakwah yang mendikte mad’u untuk melakukan suatu amalan tanpa ada proses pemahaman sebelumnya, akan menyebabkan dakwah menjadi kurang atau bahkan tidak direspon dengan baik. Hal itu dikarenakan Islam adalah ajaran yang memerintahkan umatnya untuk beramal atas dasar ilmu. Allah Swt berfirman yang artinya:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”45.
9. Al-tarbiyah La Al-Ta’riyah (Mendidik Bukan Menelanjangi)
Menjaga kehormatan adalah termasuk dari tujuan syari’at Islam, oleh karena itu dakwah harus selalu berupaya memberikan didikan yang baik kepada mad’unya, tidak menelanjangi setiap ada hal-hal yang tidak bersesuaian dengan agamanya. Tapi bukan berarti seorang da’i diam di hadapan kemaksiatan mad’unya yang melakukan kemaksiatan, karena kemaksiatan harus selalu dihilangkan, hanya saja cara menghilangkan kemaskiatan itu tidak sampai menelanjangi mad’u, terlebih dilakukan dihadapan khalayak. Dalam hal ini Nabi Saw bersabda :
Siapa yang menutupi aib seorang muslim, Allah akan menutupi aibnyua di dunia dan di akhirat “46.
Al-Qur’an memberikan petunjuk cara meniadakan kemungkaran denganhikmah (arip dan bijaksana), mau’idzah hasanah (nasihat-nasihat yang baik) dan jika seandainya harus berdebat, maka ia dilakukan dengan cara yang baik (mujadalah bi al-husna), Allah Swt berfirman yang artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk “47.
10.Tilmidzu Imam La Tilmidzu Kitab (muridnya Guru bukan Muridnya buku)
Guru adalah nara sumber ilmu pengetahuan yang menjadi ayah psikologis, syaikh dalam tarbiyah, komandan dalam hal kebijakan-kebijakan dalam lapangan dakwah48.
Ada banyak hal khusus yang dapat kita harapkan dari guru yang tidak didapatkan dari buku, yaitu berkah dan do’a. Berkah karena keikhlasan hubungan antara murid dan guru diikat dalam kebutuhan keilmuan dan akhlak. Di samping itu guru akan membentuk kepribadian murid secara maksimal. Tentu hal ini berbeda dengan buku yang hanya bersikap diam dengan orang yang membacanya.
Dalam bahasa Ulama Qiroat al-Qur’an dan Hadits “talaqqy” adalah salah satu cara belajar yang baik, karena pemahaman seseorang dibatasi oleh kondisi-kodisi tertentu sebelumnya, sementara buku yang telah dikaji sebelumnya oleh seseorang dihadapan guru, pasti lebih utuh dipahami. Cara belajar seperti ini, dapat dilihat dari cara yang dilakukan oleh para sahabat yang belajar al-Qur’an kepada Nabi Saw, meski mereka orang Arab asli yang bahasanya belum banyak terkontaminasi, namun tetap saja mereka berguru kepada Nabi untuk memahami ayat-ayat al-Qur’an dan cara yang benar dalam membacanya49.


BAB III
PENUTUP
Kaidah-kaidah dakwah di atas adalah merupakan ijtihad dari Syaikh Jum’ah Amin yang diambil dari kaidah-kaidah ushul fiqih, kemudian pemahaman terhadap kaidah ushul fiqih itu dipadukan dengan pengalaman dakwahnya di lapangan. Sebagai ijtihad seorang da’i tentu akan dihadapkan dengan ijtihad lain yang kontra terhadapnya.
Terlepas dari kaidah-kaidah yang antitesif dengannya, sesungguhnya dakwah yang dilakukan setiap da’i harus selalu mengacu kepada kaidah-kaidah dasar dakwah yang nilai-nilai dasarnya telah ditetapkan Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Hal itu dilakukan agar dakwah yang dilakukan tidak kabur dan malah menghantarkan dakwahnya menjadi ta t h orru f danta sa hul.
Kenyataan di lapangan dakwah, ada beberapa da’i yang melakukan dakwah dengan tidak memperhatikan kaidah-kaidah dakwah ini, dilakukan seadanya, saklek tanpa memadukan antara materi dakwahnya sebagai fiqih wahyu dengan materi lain yang secara substantif tidak kontradiksi dengan nilai-nilai yang ditetapkan dalam nash-nash aL-Qur’an dan al-Sunnah, yaitu fiqih al-waqi’. Karena dakwah yang dilakukan Nabi juga tidak terlepas dari perpaduan antara kebenaran wahyu dengan ketepatan strategi dalam melakukan transformasi individual dan sosial menuju keadaan yang lebih baik. Wallahu A’lam

DAFTAR PUSTAKA
1. Al-Qur’an dan Terjemahnya, DEPAG RI, 2000
2. Abu Abdullah al-Qazwiny, “Sunan Ibn Majah”, Beirut : Dar el-Fikr, 1424 H
3. Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Mesir : Dar Thauq an-najah, 1422 H
4. Ali al-Jurjani, “a l- Ta ’rifa t ”, Beirut : Dar al-Kitab al-Araby, cet. Ke-1
5. Al-Nawawi, Riyad al-Shalihin, Cairo : Dar al-Taqwa, 1428 H
6. Al-Syatibi,”a l-M uwa fa qa t” , tahqiq Abu Ubaidah Ali Salman, Dar Ibn Affan: Riyad, 1427/1997
7. Al-Raghib al-Asfahani, al-Mufrodat fi Gharib al-Qur’an, hlm 406 dalam Maktabah Syamilah, versi 3.2
8. Hasan al-Atthor, “ Hasyiah al-‘Athhor ‘ala Jam’i al-Jawa’mi’”, Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1420/1999
9. KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA dalam
10. Miswan Thahadi, Quantum Dakwah dan Tarbiyah, Jakarta: Al- I’Tishom, 2008
11. Misbach Malim,Lc.Msc, Shibghah Dakwah, Jakarta: Dewan Dakwah Islamiyah Indoensia,2008
12. Muhamad bin Abd al-Wahab, “al-Qaul al-Sadid Syarh Kitab al-Tauhid”, Saudi Arabia: Kementerian: Departemen Agama dan Dakwah Saudi, 1421H
13. Muhamad Rasyid Ridha, “Majalah Al-Manar “ (dalam Bab al-Mas’alah al-Syarqiyyah), Juz 14
14. Muhamad Fu’ad Abd Al-Baqy, al-Lu’lu’ Wa al-Marjan, Beirut : Dar el-Fikr, 2001,
15. Muhamad Amin Jum’ah, Al-Dakwah Qawa’id Wa Ushul”, Cairo : Maktabah misriyah, 1997
16. Muhamad al-Jizani, Ma’alim Ushul al-Fiqh ‘Inda Ahl al-Sunnah Wa al-Jama’ah, Madinah:Dar Ibn al-Jauzi, 1427 H
17.Muhamad Al-Razi, “Mukhtar al-Shihah”, Maktabah Libnan : Beirut, 1415/1995
18. Shafy al-Rahman al-Mubarakfury, al-Rahiq al-Makhtum, Madinah: Dar Ibn al-Jauzi, 1427 HTaj al-Din Al-Subki, Al-Asybah wa al-Nadza’ir, Syria : Dar al-Kutub al-ilmiyah, 1411/1991
19. Zakaria al-Bakistany, “Min Ushul al-Fiqh ‘Ala manhaj ‘Ahl al-Hadits”, Madinah : Dar al-Kharraz, 1423/2002


1 Hadis tersebut adalah “ seseorang diberi hidayah oleh Allah karenanmu (pahalanya) lebih baik dari unta merah (unta terbaik dan termahal)”H.R. Bukhari. Lihat Muhamad Fu’ad Abd Al-Baqy, al-Lu’lu’ Wa al-Marjan, Beirut : Dar el-Fikr, 2001, Juz 1, hlm.757. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa pahalanya adalah lebih baik dari dunia dan seisinya, Lihat dalam ‘Ala al-din Faury, Kanz al-Umal Fi Sunan Al-al-Aqwal wa al-‘Af’al, Mu’asasah al-Risalah: Damascus, 1401/1981,juz 15, hlm. 344
2 Terkait fiqh al-Waqi (fiqih realitas) dapat dibaca dalam Dr.Nashir bin Sulaiman al-Umar dengan judul Fiqh al-Waqi’ ; muqawwimatuh, atsaruh, mashadiruh.
3 Demikian Ust Anis Mata Lc mengemukakan dalam beberapa tausiyahnya
4 Al-Raghib al-Asfahani, al-Mufrodat fi Gharib al-Qur’an, hlm 406 dalam Maktabah Syamilah, versi 3.2
5 Q.S. al-Baqarah : 127. Kata “qawa’id” dalam bentuk jamak juga dapat dilihat dalam
Q.S.al-Nahl : 26
6 Lihat Ali al-Jurjani,“ al -Ta’ ri fat”, Beirut : Dar al-Kitab al-Araby, cet. Ke-1, hlm 171
7 Lihat KAMUS BESAR BAHASA INDONESIA dalam http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php
8 Lihat Muhamad Al-Razi, “Mukhtar al-Shihah”, Maktabah Libnan : Beirut, 1415/1995, hlm.218
9 Q.S.al-Ra’d : 14. Lihat juga firman-Nya dalam Q.S.al-Hajj : 67
10 Q.S. Yusuf : 33. Lihat juga dalam Q.S.al-Baqarah : 221
11 H.R.Muslim dari Abu Hurairah. Lihat dalam al-Nawawi, Riyad al-Shalihin dalam Bab fi al- Dalalah ala khoir wa al-Du’a ila Hudan au al-Dholalah, Cairo : Dar al-Taqwa, 2001
12 Miswan Thahadi, Quantum Dakwah dan Tarbiyah, Jakarta: Al-I’Tishom, 2008, hlm 12.
13 Drs.H. Misbach Malim,Lc.Msc, Shibghah Dakwah, Jakarta: Dewan Dakwah Islamiyah Indoensia,2008, hlm 4
14 Lihat dalam Muhamad al-Jizani, Ma’alim Ushul al-Fiqh ‘Inda Ahl al-Sunnah Wa al- Jama’ah, Madinah:Dar Ibn al-Jauzi, 1427 H, cet.5.hlm.297
15 Muhamad Amin Jum’ah, Al-Dakwah Qawa’id Wa Ushul”, Cairo : Maktabah misriyah, 1997, hlm 18
16 H.R. Bukhari, no. 7084. Lihat dalam Al-Bukhari, Al-Jami’ al-musnad al-Shahih al- mukhtashar Min Umur Rasulillah Wa Ayyamihi (Shahih Bukhari), Dar Thauq an-Najah : Mauqi al-Islam, 1422 H, juz 9 hlm 51.
17 Dalam batasan Islam selama dakwah dilakukan dengan baik dan benar, yakni berpedoman pada wasa’il dan maqashid yang benar, maka meski dakwah kurang
18 Al-Syatibi, al -Muw afaq at” , tahqiq Abu Ubaidah Ali Salman, Dar Ibn Affan: Riyad, 1427/1997 M, Juz 2, hlm.17
19 Miswan Thahadi, ibid, hlm 21
20 Lihat dalam: Taj al-Din Al-Subki, Al-Asybah wa al-Nadza’ir, Syria : Dar al-Kutub al- ilmiyah, 1411/1991, Juz 1 , hlm.57
21 Muhamad Rasyid Ridha, “Majalah Al-Manar “ (dalam Bab al-Mas’alah al-Syarqiyyah), Juz 14, hlm. 833
22 Q.S. Al-Baqarah : 44
23 Q.S.As-Shaff: 2-3
24 Q.S. Al-Ahzab : 21
25 H.R. Al-Bukhari no. 52. Lihat dalam “ Shahih Bukhari” Bab Fadhl Man Istabro’a Lidinihi, Mesir: Dar Thauq al-najat, 1422 H, Juz 1, hlm 20
26 Miswan Thahadi, Ibid, hlm. 24
27 Q.S.Al-Taubah : 128
28 Q.S. Ali imran: 159
29 Q.S. Yusuf : 108
30 Lihat dalam Al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Mesir : Dar Thauq an-najah, 1422, juz. 1 hlm.24
31 H.R.Al-Dailami dari Ibnu Abbas. Lihat dalam al-Burhan Faury dalam “Kanz al-Ummal fi Sunan al-Aqwal wa Al-Af’al, Syria : Mu’asasah Al-Risalah, 1402/1981, Juz 10. hlm.242
32 Lihat Q.S.al-Isra :106
33 Muhamad Amin Jum’ah, ibid, hlm. 34
34 Q.S. Al-Baqarah : 185
35 Muttafaq ‘Alaih. Lihat Al-Nawawi, Riyad al-Shalihin, Cairo : Dar al-Taqwa, Juz 1, hlm 367.
36 Lihat dalam Zakaria al-Bakistany, “Min Ushul al-Fiqh ‘Ala manhaj ‘Ahl al-Hadits”, Madinah : Dar al-Kharraz, 1423/2002, Juz 1, hlm. 153
37 Lihat dalam Hasan al-Atthor, “ Hasyiah al-‘Athhor ‘ala Jam’i al-Jawa’mi’”, Beirut : Dar al- Kutub al-Ilmiyah, 1420/1999, Juz.1 hlm.116
38 Q.S. Al-Baqarah : 286
39 Shafy al-Rahman al-Mubarakfury, al-Rahiq al-Makhtum, Madinah: Dar Ibn al-Jauzi, hlm.49
40 Q.S. Al-Nahl : 36
41 Sebagian besar tema-tema pokok aqidah Islam tidak diperselisihkan, kecuali beberapa tema saja, seperti dalam masalah iman dan kufur antara beberapa madzhab dan takdir yang melahirkan beberapa sekte dalam Teologi Islam. Meski demikian, dalam masalah yang prinsif, yaitu syahadatain mereka sepakat.
42 H.R.Bukhari-Muslim, lihat dalam Muhamad bin Abd al-Wahab, “al-Qaul al-Sadid Syarh Kitab al-Tauhid”, Saudi Arabia: Kementerian: Departemen Agama dan Dakwah Saudi, 1421H. hlm. 31
43 H.R. Al-Bukhari dan Muslim
44 Q.S. Yusuf : 108
45 Q.S. Al-isra: 36
46 H.R. Ibnu Majah, no. 2544, lihat dalam Abu Abdullah al-Qazwiny, “Sunan Ibn Majah”, Beirut:Dar el-Fikr, 1424
47 Q.S. An-Nahl : 125
48 Miszan Thahadi, hlm 37
49 Muhamad Jum’ah Amin, hlm.229