Kepemimpinan dan Perubahan

KEPEMIMPINAN & PERUBAHAN “DUNIA INI SELALU DIRUBAH HANYA OLEH PEMIMPIN, TIDAK PERNAH OLEH KETUA, MANAJER, APALAGI OLEH KEPALA” Dalam lintasan sejarah telah terbuktikan, bahwa pemimpinlah yang menentukan jatuh bangunnya kelompok. Kelompok terbesar bangs'a negara, Kelompok terkecil adalah satuan kerja atau keluarga. Jatuh bangun itu bisa berupa turun naiknya semangat kerja/hidup, tinggi rendahnya kualitas kerja, puas tidaknya dalam kerja/hidup, kompak tidaknya kelompok, dan tinggi-¬rendahnya hasil kinerja. Maka masalah dasarnya adalah, bagaimana membangun/menegakkan kepemimpinan. Pemimpin adalah seseorang yang mampu membawa (to lead, leading to) (sese)orang lainnya ke arah tertentu (somewhere, bukan anywhere=sembarang arah). Pemimpin adalah orang pilihan bukan sembarang orang, Membawa seseorang tertentu (someone, bukan anyone = sembarang orang), yang sesungguhnya dipercayakan kepadanya, yang karena itu tidak disebut sebagai bawahan tetapi anak buah. Maka masalahnya sudah jelas, bagaimana orang yang terpilih itu. bisa membuktikan, bahwa. dirinya memang pantas dipilih, pantas dipercaya, mengetahul dengan jelas ke mana tujuannya, dan tahu betul bagaimana cara membawa orang tertentu mampu dan mau mencapai tujuan itu, apa pun peluang dan halangannya. Perlu dicatat, bila kita diangkat menjadi kepala, manajer, ketua, tidak secara otomatis menjadi pemimpin, perlu perjuangan mental, ketekunan, kesabaran, luar biasa Untuk menjadi (becoming) pemimpin. PEMIMPIN, BAKATATAU DAPAT DIPELAJARI? Pasti ada orang tertentu yang dianugerahi bakat kepernimpinan. Apakah bakat itu muncul begitu saja tanpa, proses pembelajaran? Tentu tidak, karena benih yang paling bagus pun tidak mungkin bisa tumbuh begitu saja apalagi berkembang di atas batu wadas. Menurut psikologi, bakat seseorang memang tidak bisa. diukur secara kuantitatif kecuali dikatakan, bahwa bakat itu berderajat, dari rendah sampai tinggi.Karena kesadaran dan keyakinan, bahwa, kepernimpinan bisa dipelajari, maka ada pengetahuan dan pelatihan mengenal kepernimpinan. Bahkan, ada sekolah yang didirikan untuk menyiapkan kader kader. Jadi mereka yang "kurang" bakatnya tetapi mau mempelajari dengan keras, tentu akan memetik buah kepernimpinannya. FUNGSI KEPEMIMPINAN Fungsi kepemimpinan adalah mempermudah tumbuhnya kinerja, dan membuat rasa kerasan anak buah. Karena itu, seluruh pikiran, sentuhan, perasaan, tutur kata, usulan, perintah, pernaharrian terhadap anak buah, bahkan teguran, yang ditakukan oleh pernimpin adalah agar kinerja anak buah berlangsung dengan semakin mudah, dan rasa kerasannya lebih mudah tercipta dan relatif langgeng. MEREKA ADALAH ANAK BUAHKU, BUKAN BAWAHANKU Karena itu perlulah ditegaskan kembali, mulailah hari ini tolong dibuang konsep "hawahan". Gantilah dengan konsep "anak buah". Perubahan konsep ini akan membuat perubahan mendasar dalam perilaku kepemimpinan dan ini betul betul terkait dengan hal paling mendasar, yaitu makna manusia bagi kita Mereka harus diperlakukan sebagai anak, dan anda harus menempatkan diri sebagai "ibu atau Gyne". Tidak ada ibu yang tidak terusmenerus (tanpa pemah henti, tanpa pernah jera) untuk mengasihi anaknya, betapapun pada suatu saat sang anak berlaku negatif Tidak ada ibu yang normal berfikir selintaspun uatuk menyingkirkan (apalagi "mengamputasi") anaknya sendiri. Sebaliknya tidak ada anak yang tidak mencintai ibunya darlpada ayahnya . Dalam peristiwa perceraian, anak cenderung memilih Ibu, dan hakim pun cenderung menyerahkan anak kepada ibu. Mereka juga terus diperlukan sebagai "buah". Ingat, tidak ada buah yang jatuhnya jauh dari pohonnya.* Maka bila mereka * misaInya tidak disiplin, itu adalah pantulan ganibaran tentang diri anda sendiri. Lagi, bila anda "ngrasani" mereka pada orang lain (pantaskah anda disebut pemimpin/ibu yang baik, bila menjelek jelekkaiianak anda sendiri ?), dalam hal ini berarti anda telah membuka wajah hati anda sendiri. Hendaklah nama baik, harga diri, semangat hidup anak buah dijaga kuat kuat betapapun mereka "nakal". Sabarlah dan tekunlah mengarahkan dan membimbing mereka. Kepemimpinan teruji justru ketika dihadapkan pada kondisi yang kurang baik, yaitu ketika anak buah kita malas, menjengkelkan, seenakriya sendirl, bahkan mengkhianati. Karena itu tantangan yang terbesar adalah teguhnya semangat untuk terus "hirau/caring", dan lebih dari itu tekun mengembangkan daya anak buah, human development, sedini mungkin (in earliest time), dan setinggi mungkin (at ceiling), dan sementara itu tetap tekun memperkecil factor-faktor negativ yang bercokol dalam diri anak buah. Siapa sih yang tidak bisa menjadi pemimpin, bila ketika menjadi pemimpin bisanya hanya menyingkirkan anak buah yang baginya kurang disenangi, bisanya hanya mendiskriminasikan anak buah yang dianggapnya "berbeda". Nah, kenalilah dan kasihilah anak buah anda, apa pun halangannya, sampai kapan pun. Tak kenal maka tak sayang anda. AKU BEKERJA DENGAN TARGET Telah diketahui, betapa pentingnya tujuan, yang dalam konteks kepemimpinan. berarti, membentuk orang tertentu ke menjadi manusia tertentu yang semakin tinggi nilainya.. Maka anda harus dapat menetapkan tujuan atau target, dan gairah untuk mencapainya. Tiap hari bila anda datang ke tempat kerja, tidak ada semangat lain kecuali rnengerjakan target, bukan sekedar yang tangible, tampak, fisik, tetapi juga yang berkenaan dengan perkembangan diri manusia. Kemajuan lembaga terletak pada pencapaian tujuannya. Bila target tidak tercapai, berarti anda tidak mengalami kemajuan Tujuan atau target haruslah: 1. Jelas; 2. Realistis untuk dicapai; 3. Terukur; 4. Menantang potensi (motivasional); 5. Berdimensi waktu. AKU MEMBUAT ANAk BUAHKU MAMPU Anak buah harus mampu. Kalau tidak mampu, pekerjaannya tidak bisa diselesaikan dengan baik. Membuat mereka mampu adalah kewajiban, tanggungjawab, tugas anda. Karena itu, adalah keliru dan sekaligus tidak bijaksana bila ketika mereka tidak mampu, anda hanya mengeluhkan ketidakmampuannya, apalagi membodohkannya. Maka, kenalilah seberapa jauh tingkat kemampuan setiap anak buah. Berbagai cara membuat anak buah menjadi mampu adalah: 1. Doronglah dia mencoba; 2. Suruhlah dia mengulang; 3. Pasoklah dia dengan informasi tugas; 4. Ajarilah dia secara rutin; 5. Suruhlah rekan kerianya membantu mengajari dia; 6. Awasi kehadirannya dan berikan koreksi segera. Yang lebih mendasar, anak buah harus ditanami budaya "suka belaJar" bila ingin maju. AKU INGIN MEMBUAT ANAK BUAHKU BAHAGIA DAN MAU BEKERJA BlIa orang mampu bekeda tapi tidak mau bekerja, tentu saja suatu tugas tidak terlaksana. Maka menumbuhkan kemauan sangat penting. Kemauan kerja tidak ditumbuhkan hanya sesaat, khususnya pada saat anak buah tengah turun semangat atau bahkan malas, tapi ditumbuhkan setiap hari, setiap jam, bahkan setiap saat, kapan dan dimanapun. Kernauan kerja manusia sebenarnya berkenaan dengan kepuasan kerja Yang pada dasarnya adalah kebahagiaan hidup dalarn kerja. Sumber utarna kepuasan kerja adalah terpenuhinya sejumlah kebutuhan hidup. Sebagai patokan : Enarn kebutuhan utama manusia adalah kebutuhan untuk mendapat 1. Eksistensi / hidup; 2. Rasa aman; 3.Pergaulan sosial / pengakuan sosial; 4. Harga dirl; 5. Otonoml / kemandirian; 6. Kompetensi (memilih sejumlah keahlian/ketrampilan) dan berprestasi. Anda sebagai manajer wajib hukumnya untuk ikut mernuaskan kebutuhan ltu. Bila mereka puas, maka mereka bahagia, sehingga kemauan keria mereka terjamin untuk muncul dan berkembang. Menurut Herzberg, kebutuhan itu dibagi ke dalarn dua macarn: Hygiene / maintenance / dissatisfier , dan. motivator / satisfier . Kebutuhan Hygiene (seperti gaji) adalah selalu di daerah ketidakpuasan. Kebutuhan hygiene bila tidak dipenuhi akan "memberontak", tetapi bila dipenuhi tidak menimbulkan kepuasan kecuali ke ketidakpuasannya berkurang. Kalaupun mendorong semangat kerja, dorongan itu seperti nyala Illin yang sebentar lagi redup.. Adapun kebutuhan "motivator" (seperti ingin maju) selalu ada di daerah kepuasan. Bila kebutuhan ini dipenuhi, maka akan puas, dan pasti mendorong kerja. Sifat dorongan ini laksana sumber air yang tidak henti niengalir. Itulah sebabnya kebutuhan "motivator' disebut "higher order need, kebutuhat i pada peringkat yang lebih tinggi (lebih bermartabat). Hendaknya anda mendidik anak *buah lebih ke budaya "higher order need.dengan cara memberi dia:  Pengakuan, perlakuan sebagai layaknya manusia, bukan pekeda belaka yang hanya ditimpall sejumlah tugas, bukan hanya sebaga.* alat produksi.  Perlakuan yang adil dan pantas.  Jaminan kerja. .  Kondlsi kerja yang memadai; jadwal kerja yang masuk akal,  Didengar dan diperhatikan.  Kebanggan kerja, perasaan bahwa dirinya berguna.  Pengetahuan, memahami tugas, menambah wawasan, mendapatkan instruksi yang jelas.  Bantuan kepemimpinan, mendapatkan bimbingan ketika tengah memerlukan.  Tantangan, kesempatan untuk membuktikan diri, untuk bisa lebih bertanggungiawab, untuk semakin maju.  Rasa keanggotaan, diterima orang orang disekitamya. PUNYAILAH "'POWER" DAN DAYA GUNAKANLAH Apa artinya seorang Kepala tanpa daya pengaruh. Tidak ada artinya seorang kepala yang hanya bisa menjadi pernimpin bila mempunyai pengaruh. Pengaruh inilah yang disebut "power". Ada dua macam "power", yaitu: 1. Positional power pengaruh yang yang.dipunyai karena pemilikan kedudukan. Bentuknya legitimasi (wewenang) untuk mengatur, memerintah, membuat kete*tapan yang harus ditaati. Bentuk lainnya adalah berhak menghukum dan mengganjar. 2. Personal power pengaruh yang dipunyai karena aspek pribadi. Bentuknya adalatikeahlian /expertise, kharisma, kelebihan phisik, pernilikan informasi, akses politik, akses ekonomi. Jika kedudukan anda dalam hierarki lebih rendah, amat disarankan agar lebih mengembangkan "personal power". Itu tidak berarti, bahwa mereka yang kedudukannya lebih. tinggi dianjurkan menggunakan lebih "positional power", kecuall terpaksa (baru jalan terakhir), tetapi selalulah sebisa mungkin mendaya gunakan "personal power". Tolong diingat, bahwa bawahan tidak mempunyai "positional power", tetapi mungkin saja mempunyai "pc rsonal power" bahkan bisa saja lebih kLiat). Itulah sebabnya hubungan yang terjadi dengan anak buah selalu saling mempengaruhl dimana anak buah bisa berpengaruh lewat "personal power"nya.. Akan tetap] anda t1dak usah khawatir kalah pengaruh. Caranya? Dekati baik balk mereka, lalu dayagunakan pengaruhnya. SYARAT SYARAT KEPEMIMPINAN. Syarat syarat ini biasa dipakal sebagai ukuran untuk menilai berhasil tidaknya suatu kepernimpinan. Ada 5 syarat kepernimpinan: 1. Keyakinan. 2. Kebranian. 3. KeJujuran. 4. Kelincahan. 5. Kebebasan. Keyakinan : a. Yakin bahwa missionnya penting, berguna dan bermanfdat bagi sesama tanpa pilih pilih. b. Sadar bahwa cita cita missionnya bisa lewat jalan panjang atau pendek, sukar atau mudah. Bahkan mungkin dirinya sendiri tidak melihat hasilnya. Tapi harus yakin bahwa cita citanya pasti akan tercapai, walau hasilnya baru dikenyarn oleh orang orang kemudian. c. Optimistis dalarn segala kesulitan. Terus menerus mencari titik terang dalam melanjutkan; usahanya deingan gigih. Jangan I'Upa melakukan strategi dan taktik tapi tanpa melupakan prinsip dan konsens us yang telah disepakati bersama. Keberanian : a. Tabah dan berani melihat kenyataan dan mengarahkannya cita cita yang telah digariskan. b. Berani menghadapi kritik betapapun pedasnya. Ingat ktitlk apapun mengandung butir butir kebenaran walau. mungkin pengkritik asal.omong, pun j1ka kritik itu merupakan "pemberontakan" tanpa program nyata. c. Berani berkonsultasi banyak kepala, bwiyak pertimbangan. d. Berani bekeria sama kegembiraan jika ditanggung bersama akan lebih mengembirakan. Kesusalian j1ka ditanggung bersama akan terasa lebih ringan. Kejujuran. a. Dalam hal oral tidak dapat ditawar tawar b. Berpihak pada peraturan, hukum dan norma, serta wewenang. c. Keuangan harus dipertanggungjawahkan rutin, teliti, rinci. d. Iklas melayani, sepi ing pamrih, tanpa vested inteiest. e. Tidak pandang bulu : benar adalah benar, salah adalah salah. f. Sederhana, terus terang, tidak licik Kelincahan. a. Pandai bergaul dengan berbagal lapisan, tanpa diskriminasi. b. Sopan santun. Tahu tempat. Tahu batas (ugahari). c. Jika marah, terkendaii,,tidak sampai, merugikan pihak lain. d. Bisa menyimpan rahasia dan menjaga narna baik orang lain. e. Gemar belaiar, mengembangkan diri. Kebebasan. Menimbulkan situasi kebebasan berpikir dan bertindak secara bertanggungiawab bagi bawahannya, dan itu antara lain dengan memberikan kebutuhan kebutuhan mereka yang seyogyanya ada. Kebebasan ini diberikan guna merangsang daya perkembangan mereka. Namun hendaknya bisa diciptakan kebebasan semacarn itu dari dalam diri mereka sendiri, sehingga lebih mengakar dan menjadi self resilience (ketahanan diri). PENUTUP. Tampak ada sederet pemikiran, kiat, dan syarat yang perlu diperhatikan oleh seseorang yang menjadi pernimpin agar kepemimpinannya berdaya dan berhasil guna secara produktip bagi kelompoknya. Sernuanya tidak teriadi sekali pukul, tetapf lewat proses kependidikan/pelatihan dirinya, dari satu "achievement" ke "achievement" berikutnya tidak bisa loncat pagar atau pengkarbitan.

Fungsi dan Peran Pemimpin dalam Organisasi Dakwah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemimpin merupakan faktor penentu dalam meraih sukses bagi sebuah organisasi. Sebab pemimpin yang sukses akan mampu mengelola organisasi, dapat memengaruhi orang lain secara konstruktif, dan mampu menunjukkan jalan serta tindakan benar yang harus dilakukkan secara bersama-sama. Seorang pemimpin mutlak harus ada dalam sebuah organisasi, karena organisasi tidak akan bisa berjalan dengan sendirinya tanpa adanya seorang pemimpin yang menggerakkan organisasi tersebut. Peran pemimpin juga sangat memengaruhi dalam menentukan nasib organisasi tersebut, apakah organisasi tersebut akan sukses atau tidak salah satunya tergantung pada peran pemimpin sebagai pengendali dalam sebuah organisasi. B. RUMUSAN MASALAH Dari uraian di atas akan menimbulkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah fungsi pemimpin dalam organisasi dakwah? 2. Bagaimana peran pemimpin dalam organisasi dakwah ? C. MAKSUD DAN TUJUAN PENULISAN Makalah yang berjudul Peran dan Fungsi Pemimpin dalam Organisasi Dakwah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Dasar-dasar Manajemen Dakwah. Selain itu dengan penyusunan makalah ini diharapkan agar mahasiswa mampu memahami makna dan maksud serta mengambil kesimpulan dari materi yang dijelaskan dalam makalah ini. BAB II PEMBAHASAN 1. PENGERTIAN PEMIMPIN Dalam bahasa Indonesia “pemimpin” sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua-tua, dan sebagainya. Pemimpin adalah suatu lakon atau peran dalam sistem tertentu, karenanya seorang dalam peran formal belum tentu memiliki keterampilan kepemimpinan dan belum tentu mampu memimpin. Pengertian pemimpin menurut sudut pandang Islam adalah sebuah amanah yang harus di emban dengan sebaik-baiknya, dengan penuh tanggung jawab, professional, dan keikhlasan. Sebagai konsekuensinya pemimpin harus mempunyai sifat amanah, professional dan juga memiliki sifat tanggung jawab. Sebagaimana dalam al-Qur’an Q.S al-Mu’minun: 8-11:                   •     8. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. 9. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. 10. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, 11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya. Definisi pemimpin menurut para ahli dan dalam beberapa kamus modern, diantaranya: 1. Robert Tanembaum Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasikan, mengarahkan dan mengontrol para bawahan yang bertanggungjawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasikan demi mencapai tujuan perusahaan. 2. Miftha Thoha dalam bukunya perilaku organisasi (1983: 255) Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya urukemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya. 3. Kartini Kartono (1994. 33) Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan disatu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. 4. Drs. H. Malayu S.P Hasibuan Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan. 5. Menurut Pancasila Seorang pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain beberapa asas utama dari Kepemimpinan Pancasila adalah: Ing ngarsa sung tuladha: seorang pemimpin harus mampu dengan sifat dan dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Ing madya magun karsa: seorang pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang dibimbingnya. Tut wuri handayani: seorang pemimpin harus mampu mendorong orang-orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab. 2. FUNGSI PEMIMPIN DALAM ORGANISASI DAKWAH Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu : a. Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanaan administrasi dan menyediakan fasilitasnya. b. Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb. Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi memiliki dua dimensi yaitu: 1. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktifitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinya. 2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksnakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin. Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu: 1. Fungsi Instruktif Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah. 2. Fungsi konsultatif Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya. 3. Fungsi Partisipasi Dalam menjaiankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing. 4. Fungsi Delegasi Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuay atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan ssorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri. 5. Fungsi Pengendalian Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Selain itu, fungsi pemimpin dalam mempengaruhi dan mengarahkan individu atau kelompok bertujuan untuk membantu organisasi bergerak kearah pencapaian sasaran. Dengan demikian, inti kepemimpinan bukan pertama-tama terletak pada kedudukannya daiam organisasi, melainkan bagaimana pemimpin melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin. Fungsi kepemimpinan yang hakiki adalah : 1. Selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha untuk pencapaian tujuan 2. Sebagai wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak luar. 3. Sebagai komunikator yang efektif. 4. Sebagai integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral. Fungsi pokok pimpinan adalah: 1. Memberikan kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan oleh anggotanya. 2. Mengawasi, mengendalikan dan menyalurkan perilaku anggota yang dipimpin. 3. Bertindak sebagai wakil kelompok dalam berhubungan dengan dunia luar. Fungsi kepemimpinan itu pada pokoknya adalah menjalankan wewenang kepemimpinan, yaitu menyediakan suatu sistem komunikasi, memelihara kesediaan bekerja sama dan menjamin kelancaran serta keutuhan organisasi atau perusahaan. Fungsi-fungsi kepemimpinan meliputi kegiatan dan tindakan sebagai berikut: a. Pengambilan keputusan b. Pengembangan imajinasi c. Pendelegasian wewenang kepada bawahan d. Pengembangan kesetiaan para bawahan e. Pemrakarsaan, penggiatan dan pengendalian rencana-rencana f. Pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya g. Pelaksanaan keputusan dan pemberian dorongan kepada para pelaksana h. Pelaksanaan kontrol dan perbaikan kesalahan-kesalahan i. Pemberian tanda penghargaan kepada bawahan yang berprestasi j. Pertanggungjawaban semua tindakan 3. PERAN PEMIMPIN DALAM ORGANISASI DAKWAH Peranan dimaksudkan sebagai suatu rangkaian perilaku yang teratur, yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu, atau karena adanya suatu f aktor yang mudah dikenal. Kepribadian seseorang amat memengaruhi bagaimana suatu organisasi atau lembaga akan dijalaninya. Peranan timbul karena seorang pemimpin atau manager memahami, bahwa ia sendiri tidak sendirian. Dia memiliki lingkingan yang setiap saat untuk berinteraksi dengan para anggotanya. Menurut Ichak Adizes, ada tiga peran seorang pemimpin dalam tugasnya, yaitu Pertama, peran hubungan antar pribadi [Interpersonal Role]; Kedua, peran yang berhubungan dengan informasi [Informational Role]; dan Ketiga, peran yang berhubungan dengan membuat keputusan [Decisional Role]. Oleh karena itu, pemimpin lembaga dakwah memiliki peran yang signifikan dalam pengembangan para da’i. Sikap dan ekspektasi mereka akan menciptakan suasana baik menumbuhkan profesionalisme, maupun melemahkannya. Pemimpin dakwah yag cerdas melihat in servis development sebagai proses pengembangan untuk para da’i agar belajar untuk melakukan pekerjaannya dengan lebih baik. Dan para pemimpin dakwah harus mampu menumbuhkan kekuatan dan meningkatkan kapabilitas para anggotanya. Pemimpin dalam lembaga dakwah harus mampu menciptakan sebuah inovasi dan perubahan dalam lembaganya agar tidak berjalan secara monoton. Namaun hal ini tidak berarti setiap pemimpin dakwah selalu melakukan inovasi, yang kadang kala justru dapat menghambat proses perubahan. Karena terjadi atau tidaknya pengembangan para da’i ini tergantung pada positifdn negatifnya pemimpin dakwah itu sendiri. Ada beberapa cara positif yang dilakukan oleh pemimpin dakwah untuk mengembangkan kemampuan para da’i, diantaranya Pertama, pemimpin dakwah harus memiliki waktu yang cukup untuk melakukan perencanaan dan pelatihan, Kedua, menghadiri program pelatihan dakwah tersendiri, Ketiga, menyediakan resources dan bantuan logistik serta prasrana lainnya, dan Keempat, adalah membuat kebijakan-kebijakan untuk mengenali dan menghargai individu-individu yang ingin berkembang. Namun cara yang terpenting untuk menunjukkan komitmen pada pengembangan para da’i adalah pemimpin dakwah itu sendiri harus menjadi figur yang kreatif dan inovatif dan selalu berusaha untuk belajar ilmu dan keterampilan yang kemudian dibuktikan dalam sebuah aktualisasi realistis. Di samping menunjukkan sebuah dukungan pada pengembangan anggotanya, pemimpin dkwah juga harus menganggap kesalahan-kesalahan sendiri atau orang lain merupakan peluang untuk kemajuan, bukan malah menyalahkannya sebagai hambatan. Para pemimpin organisasi dakwah juga harus menciptakan sebuah climate yang kondusif untuk pertumbuhan melalui proses perumusan dan menilai setiap perkembangan dan kemajuan. Peran pemimpin itu meliputi mengarahkan, mempengaruhi, dan memotivasi karyawan untuk melaksanakan tugas yang penting. Para manajer memimpin untuk membujuk orang lain supaya mau bergabung dengan mereka dalam mengejar masa depan yang muncul dari langkah merencanakan dan mengorganisasikan. Dengan menciptakan yang tepat, manajer membantu para karyawannya untuk bekerja sebaik mungkin. Menurut James A.F Stoner, tugas utama dan peran seorang pemimpin adalah: 1. Pemimpin bekerja dengan orang lain Seorang pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang diluar organisasi. 2. Pemimpin adalah tanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (akontabilitas). Seorang pemimpin bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi, untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan stafnya tanpa kegagalan. 3. Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan dan prioritas Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan menyelesaikan masalah secara efektif. 4. Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual Seorang pemimpin harus menjadi seorang pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain. 5. Manajer adalah seorang mediator Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang mediator (penengah). 6. Pemimpin adalah politisi dan diplomat Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus dapat mewakili tim atau organisasinya. 7. Pemimpin membuat keputusan yang sulit Seorang pemimpin harus dapat memecahkan masalah. Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah : 1. Peran hubungan antar perorangan, dalam kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih, direktur, mentor konsultasi. 2. Fungsi Peran informal sebagai monitor, penyebar informasi dan juru bicara. 3. Peran Pembuat keputusan, berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan negosiator. DAFTAR PUSTAKA James A.F Stoner, R. Edward Freeman dan Daniel R. Gilbert. J.R, Manajemen, Jakarta: Prenhallindo, 1996. Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, Jakarta: Bumi Aksara, 2009. M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2006.

Manfaat Manajemen Pelatihan Dakwah


MANFAAT PELATIHAN DAKWAH


Menurut Robinson ( 1981: 19) Pelatihan dakwah merupakan alat untuk memperbaiki penampilan kemampuan da’I atau organisasi dakwah dengan harapan memperbaiki performan organisasi dakwah. Contoh : seorang da’I yang pertama melakukan kesalahan dalam berdakwah, missal tidak tepat dalam menyampaikan pesan dakwah dengan mad’u yang menjadi obyek dakwah. Dakwah di lingkungan orang miskin, tapi temanya  tentang hidup sederhana. Seharusnya da’I memberikan dakwah yang dibutuhkan oleh mad’u, missal tema tentang wirausaha atau hal – hal yang berkaitan motivasi, maka diharapkan setelah adanya pelatihan maka dapat dipetik manfaat pelatihan dakwah tersebut untuk mendukung aktifitas dakwah.

Ketrampilan berdakwah diajarkan agar para da’I dapat melaksanakan dakwah sesuai dengan standar yang diinginkan. Contoh : da’I yang mendapat pelatihan dakwah dapat meningkatkan pengetahuan yang dia miliki dan menumbuhkan semangat untuk mencapai da’I professional.

Pelatihan dakwah juga dapat memperbaiki sikap- sikap  terhadap tugas dakwah, terhadap masyarakat atau sesame da’, sikap – sikap yang tidak produktif timbul dari salah pengertian yang disebabkan oleh informasi yang tidk cukup, dan informasi yang membingungkan. Sehingga manfaat adanya pelatihan dakwah ditujukan pada penjelasan tentang fakta – fakta secara jujur. Contoh : ketika berdakwah ada kecurigaan mad’u terhadap da’I karena kurangnya informasi yang cukup tentang da’I tersebut. 

Manfaat pelatihan dakwah oleh Richard B, Johnson dalam Organisasi and Management of Trining ( 1976), yang merumuskan manfaat pelatihan dakwah dengan pertanyaan What problem can Trining Solve? Sehingga dari pertanyaan tersebut dapat diambil manfaat pelatihan dakwah antara lian:
1        Menambah produktifitas para da’I
Contoh : dengan adanya pelatihan dakwah, maka da’I lebih produktif dalam berdakwah
2        Memperbaiki kualitas da’I dan menaikkan semangat dakwah
3         Mengembangkan keterampilan, pengetahuan, pengertian, dan sikap – sikap baru dalam berdakwah.
4        Dapat memperbaiki cara penggunaan yang tepat alat – alat, mesin, proses, metode dan lain – lain dalam berdakwah
5        Mengurangi pemborosan, kecelakaan, keterlambatan, kelalaian, biaya berlebihan, dan ongkos-ongkos yang tidak diperlukan dalam  berdakwah
6        Melaksanakan perubahan dan pembaruan kebijakan atau aturan- aturan baru dalam berdakwah
7        Memerangi kejenuhan atau keterlambatan dakwah skill, teknologi, metode, produksi, pemasaran, modal dan manajemen
8        Meningkatkan pengetahuan agar sesuai dengan standar performance sesuai dengan aktivitas dakwah
9        Mengembnagkan, menempatkan, dan menyiapkan da’I untuk maju, memperbaiki pendayagunaan tugas da’I dan meneruskan dakwah( menjamin kelangsungan dakwah
10    Menjamin ketahanan dan pertumbuhan organisasi dakwah

Kesimpulan : Tujuan akhir dari pelaksanaan dakwah adalah untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas da’I. sehingga mereka lebih professional dalam melaksanakan tugas, sesuai dengan standar dakwah yang sudah ditentukan oleh suatu organisasi atau lembaga dakwah.

Sedangkan sasaran yang ingin dicapai oleh penyelenggaraan pelatihan dakwah adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap baik seorang da’I dalam melaksanakan dakwah secara terus- menerus. Selanjutnya para da’I yang kemampuannya sudah meningkat , diharapkan akan dapat memberikan pelayanan dakwah yang lebih bermutu. Mutu merupakan tanggung jawab semua da’I terutama da’I yang menduduki jabatan structural dalam organisasi dakwah.

Negara dan Pendidikan: Sentralisasi dan Desentralisasi Pendidikan dan Manajemen Berbasis Sekolah


A.      Konsep Sentralisasi Pendidikan
Sentralisasi adalah seluruh wewenang terpusat pada pemerintah pusat. Daerah tinggal menunggu instruksi dari pusat untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah digariskan menurut Undang-Undang. Menurut ekonomi manajemen sentralisasi adalah memusatkan semua wewenang kepada sejumlah kecil manager atau yang berada di suatu puncak pada sebuah struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pemerintah sebelum otonomi daerah. Kelemahan sistem sentralisasi adalah dimana sebuah kebijakan dan keputusan pemerintah daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat sehingga waktu untuk memutuskan suatu hal menjadi lebih lama.
Indonesia sebagai negara berkembang dengan berbagai kesamaan ciri sosial budayanya, juga mengikuti sistem sentralistik yang telah lama dikembangkan pada negara berkembang. Konsekuensinya penyelenggaraan pendidikan di Indonesia serba seragam, serba keputusan dari atas, seperti kurikulum yang seragam tanpa melihat tingkat relevansinya bagi kehidupan anak dan lingkungannya.
Konsekuensinya, posisi dan peran siswa cenderung dijadikan sebagai objek agar yang memiliki peluang untuk mengembangkan kreatifitas dan minatnya sesuai dengan talenta yang dimilikinya. Dengan adanya sentralisasi pendidikan telah melahirkan berbagai fenomena yang memperhatikan seperti :
  • Totaliterisme penyelenggaraan pendidikan
  • Keseragaman manajemen, sejak dalam aspek perencanaan, pengelolaan, evaluasi, hingga model pengembangan sekolah dan pembelajaran.
  • Keseragaman pola pembudayaan masyarakat
  • Melemahnya kebudayaan daerah
  • Kualitas manusia yang robotic, tanpa inisiatif dan kreatifitas.
Dengan demikian, sebagai dampak sistem pendidikan sentralistik, maka upaya mewujudkan pendidikan yang dapat melahirkan sosok manusia yang memiliki kebebasan berpikir, mampu memecahkan masalah secara mandiri, bekerja dan hidup dalam kelompok kreatif penuh inisiatif dan impati, memiliki keterampilan interpersonal yang memadai sebagai bekal masyarakat menjadi sangat sulit untuk di wujudkan.

B.  Konsep Desentralisasi
Desentralisasi di Indonesia sudah ada cukup lama, dimulai sejak tahun 1973, yaitu sejak diterbitkannya UU no. 5 tahun 1973 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah otonomi dan pokok-pokok penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi tugas pusat dan daerah. Dan terdapat pula pada PP No. 45 tahun 1992 dan dikuatkan lagi melalui PP No. 8 tahun 1995. Menurut UU No.22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, desentralisasi dikonsepsikan sebagai penyerahan wewenang yang disertai tanggung jawab pemerintah oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom.
Beberapa alasan yang mendasari perlunya desentralisasi :
  • Mendorong terjadinya partisipasi dari bawah secara lebih luas.
  • Mengakomodasi terwujudnya prinsip demokrasi.
  • Mengurangi biaya akibat alur birokrasi yang panjang sehingga dapat meningkatkan efisiensi.
  • Memberi peluang untuk memanfaatkan potensi daerah secara optimal.
  • Mengakomodasi kepentingan politik.
  • Mendorong peningkatan kualitas produk yang lebih kompetitif.
Desentralisasi Community Based Education mengisyaratkan terjadinya perubahan kewenangan dalam pemerintah antara lain :
  • Perubahan berkaitan dengan urusan yang tidak diatur oleh pemerintah pusat, secara otomatis menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, termasuk dalam pengelolaan pendidikan.
  • Perubahan berkenaan dengan desentralisasi pengelolaan pendidikan. Dalam hal ini pelempahan wewenang dalam pengelolaan pendidikan dari pemerintah pusat ke daerah otonom, yang menempatkan kabupaten/kota sebagai sentra desentralisasi.
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakan kepada orang-orang pada level bawah ( daerah ). Pada sistem pendidikan yang terbaru tidak lagi menerapkan sistem pendidikan sentralisasi, melainkan sistem otonomi daerah atau otda yang memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan yang tadinya diputuskan seluruhnya oleh pemerintah pusat.
Dari beberapa pengalaman di negara lain, kegagalan desentralisasi di akibatkan oleh beberapa hal :
  1. Masa transisi dari sistem sentralisasi ke desentralisasi memungkinkan terjadinya perubahan secara gradual dan tidak memadai serta jadwal pelaksanaan yang tergesa-gesa.
  2. Kurang jelasnya pembatasan rinci kewenangan antara pemerintah pusat, propinsi dan daerah.
  3. Kemampuan keuangan daerah yang terbatas.
  4. Sumber daya manusia yang belum memadai.
  5. Kapasitas manajemen daerah yang belum memadai.
  6. Restrukturisasi kelembagaan daerah yang belum matang.
  7. Pemerintah pusat secara psikologis kurang siap untuk kehilangan otoritasnya.
Selain dampak negatif tentu saja desentralisasi pendidikan juga telah membuktikan keberhasilannya antara lain,
  1. Mampu memenuhi tujuan politis, yaitu melaksanakan demokratisasi dalam pengelolaan pendidikan.
  2. Mampu membangun partisipasi masyarakat sehingga melahirkan pendidikan yang relevan, karena pendidikan benar-benar dari oleh dan untuk masyarakat.
  3. Mampu menyelenggarakan pendidikan dengan memfasilitasi proses belajar mengajar yang kondusif, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas belajar siswa.

C.       Manajemen Berbasis Sekolah
Istilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari school-based management. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat. MBS merupakan paradigma baru dalam dunia pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan, serta lebih tanggap dengan kebutuhan setempat.
Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan sebagai berikut.
  1. Kebijakan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang tua dan guru.
  2. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal
  3. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah.
  4. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancang ulang sekolah, dan perubahan perencanaan.
Tujuan MBS
MBS yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respon pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi antara lain diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu dapat diperoleh antara lain melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya sistem insentif dan disinsentif. Peningkatan pemerataan antara lain diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu.
Manfaat MBS
MBS memberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategis MBS sesuai dengan kondisi setempat, sekolah dapat lebih meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugas. Selain itu, MBS mendorong profesionalisme guru dan kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.
Prinsip MBS
Menurut Usman (2009:624), prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan MBS antara lain:
  1. Komitmen, kepala sekolah dan warga sekolah harus mempunyai komitmen yang kuat dalam upaya menggerakkan semua warga sekolah untuk ber-MBS
  2. Kesiapan, semua warga sekolah harus siap fisik dan mental untuk ber-MBS.
  3. Keterlibatan, pendidikan yang efektif melibatkan semua pihak dalam mendidik anak.
  4. Kelembagaan, sekolah sebagai lembaga adalah unit terpenting bagi pendidikan yang efektif.
  5. Keputusan, segala keputusan sekolah dibuat oleh pihak yang mengerti tentang pendidikan
  6. Kesadaran, guru-guru harus memiliki kesadaran untuk membantu dalam pembuatan keputusan program pendidikan dan kurikulum
  7. Kemandirian, sekolah harus diberi otonomi sehingga memiliki kemandirian dalam membuat keputusan pengalokasian dana.
  8. Ketahanan, perubahan akan bertahan lebih lama apabila melibatkan stake holder sekolah.
Menurut Usman (2009:629), indikator bahwa MBS sudah berhasil di sekolah ditunjukkan oleh beberapa hal:
  1. Adanya kemandirian sekolah yang kuat
  2. Adanya kemitraan sekolah yang efektif
  3. Adanya partisipasi yang kuat dari masyarakat
  4. Adanya keterbukaan yang bertanggung jawab dan meluas dari pihak sekolah dan masyarakat
  5. Adanya akuntabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan oleh sekolah.
Daftar Rujukan
Usman, Husaini. 2009. Manajemen: Teori Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi 3. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyasa, E. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya