BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan
dakwah Islam di Indonesia, pada dasarnya sejalan dengan masuknya Islam di
Indonesia pada sekitar abad 7 M. Adapun kajian tentang dakwah di Indonesia
masih relatif baru. Pembahasan dakwah bermula dari pembahasan khutbah dan
dakwah dalam pengertian yang relatif terbatas. Dakwah pada ketika itu dipahami
sebagai kegiatan khutbah dan tablig dalam arti sempit.
Aktivitas-aktivitas
dakwah banyak dilakukan oleh organisasi keagmaan yang lebih berorientasi kepada
pengembangan agama Islam di berbagai kalangan masyarakat. Dimana keterlibatan
organisasi-organisasi dakwah dalam pengembangan ilmu dakwah juga dapat
dirasakan pengaruhnya. Banyak sekali didirikan organisasi-organisasi keagamaan
di Indonesia pada saat itu. Organisasi yang paling menonjol hingga kini adalah
Muhammadiyah dan NU.
Setiap organisasi memiliki misi dan tujuan yang berbeda-beda. Begitu pula dengan organisasi Muhammadiyah dan NU. Di dalam makalah ini akan dibahas tentang proses dakwah dan pendekatan unsur-unsur dakwah pada masing-masing organisasi tersebut.
Setiap organisasi memiliki misi dan tujuan yang berbeda-beda. Begitu pula dengan organisasi Muhammadiyah dan NU. Di dalam makalah ini akan dibahas tentang proses dakwah dan pendekatan unsur-unsur dakwah pada masing-masing organisasi tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah diantaranya
sebagai berikut.
1.
Bagaimana pendekatan unsur-unsur dakwah pada organisasi Muhammadiyah?
2.
Bagaimana pendekatan unsur-unsur dakwah pada organisasi NU?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui pendekatan unsur-unsur dakwah pada organisasi Muhammadiyah.
2.
Untuk mengetahui pendekatan unsur-unsur dakwah pada organisasi NU.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pendekatan Unsur-unsur Dakwah Pada
Organisasi Muhammadiyah
Muhammadiyah
adalah sebuah organisasi Islam yang didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di
Yogyakarta, pada tanggal 18 November 1912 M. Organisasi ini dibentuk sebagai
bentuk kepedulian terhadap kondisi umat yang dikonsentrasikan pada perbaikan
praktik kehidupan umat dan kesejahteraan mereka. Struktur dakwah pada
organisasi Muhammadiyah meliputi unsur-unsur dakwah sebagai berikut.
a.
Da’i
Pendiri
organisasi Islam Muhammadiyah adalah KH. Ahmad Dahlan. Beliau menjabat sebagai
pemimpin organisasi dari tahun 1912-1923. Beliau ini selain sebagai pemimpin
organisasi juga sebagai ulama yang ikut menyebarkan dakwah Islam. Jadi, beliau
bersifat al-ulama wa al-umara. Setelah KH. Ahmad Dahlan, posisi pemimpin
digantikan oleh beberapa ulama diantaranya yaitu: KH. Ibrahim (1923-1932), KH.
Hisyam (1932-1936), KH. Mas Mansur (1936-1942), Ki Bagoes Hadikoesoemo
(1942-1953), Buya AR Sutan Mansur (1953-1959), KH. M. Yunus Anis (1959-1962),
KH. Ahmad Badawi (1962-1968), KH. Faqih Usman (1968-1971), KH. AR Fachruddin
(1971-1990), KH. A. Azhar Basyir (1990-1995), Prof.Dr.H. Amien Rais
(1995-2000), Prof.Dr.H. Ahmad Syafi’i Ma’arif (2000-2005), dan Prof.Dr.H. Din
Syamsuddin memimpin dua periode. Periode pertama (2005-2010) dan periode kedua
(2010-2015). Ketigabelas orang ini ada yang hanya sebagai ulama saja, dan ada
pula yang merangkap sebagai pemimpin. Sehingga corak da’i pada organisasi
Muhammadiyah bercorak al-ulama, dan al-ulama wa al-umara.
b.
Mad’u
Kondisi
mad’u pada masa sebelum didirikannya Muhammadiyah dan organisasi Islam lainnya
sudah termasuk mad’u ijabah, karena pada saat itu sudah banyak umat yang telah
memeluk Islam. Namun, masih banyak pula mad’u yang menganut agama Hindu/Budha.
Sehingga corak mad’u pada masa ini adalah mad’u ijabah dan ummah.
c.
Materi
Materi
dakwah yang diterapkan pada organisasi Muhammadiyah meliputi akidah, syari’ah
dan muamalah. Akidah yaitu dengan mentauhidkan (meng-Esa-kan) Allah. Adapun
syari’ah dengan diajarkannya tentang ilmu fiqih, nahwu, shorof dan ilmu
qira’at. Sedangkan muamalah dengan diterapkannya zakat bagi orang muslim yang
diserahkan ke Baitul Mal.
d.
Metode
Ada
bermacam metode yang digunakan dalam berdakwah pada organisasi Muhammadiyah
diantaranya sebagai berikut.
1)
Metode Kelembagaan
Muhammadiyah
mendirikan banyak lembaga diantaranya lembaga pendidikan (mulai dari TK sampai
perguruan tinggi), rumah sakit, balai kesehatan, rumah bersalin, panti asuhan,
panti jompo, dan lembaga ekonomi. Ada pula lembaga pendidikan lain seperti
pondok pesantren. Selain itu, dibentuk pula lembaga otonom Khusus Aisyiyah
(organisasi wanita), Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), dan macam-macam lembaga
lainnya.
2)
Metode Pendidikan
Muhammadiyah
telah berkiprah dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya di bidang pendidikan.
Muhammadiyah mendirikan banyak lembaga pendidikan, mulai dari TK, SD, SMP, SMA,
MI, MTs sampai perguruan tinggi.
3)
Metode Ceramah
Untuk
menyebarkan dakwah Islam, para ulama berdakwah dengan berceramah di
masjid-masjid.
4)
Metode Propaganda
Metode
propaganda jelas digunakan untuk mempengaruhi massa untuk masuk dan memeluk
agama Islam. Selain itu, di dalam metode ceramah juga terdapat unsur
propaganda, yaitu mengajak orang untuk senantiasa berbuat kebajikan.
5)
Metode Tanya-Jawab
Metode
ceramah biasanya disertai dengan tanya jawab. Mad’u dapat mengajukan pertanyaan
mengenai materi yang belum dikuasai atau dimengerti oleh mad’u dan da’i
langsung menjawab pertanyaan mad’u tersebut, sehingga akan terjadi hubungan
timbal balik antara da’i dan mad’u.
6)
Metode Keteladanan
Salah
satu metode yang digunakan dalam berdakwah adalah metode dakwah bil hal atau melalui
keteladanan para ulama.
7)
Metode Diskusi
Pemimpin
dan pengurus organisasi selalu bertukar pikiran atau berdiskusi tentang
bagaimana memajukan dan mensukseskan usaha dakwah atau untuk membahas
program-program yang terstruktur dalam lembaga Muhammadiyah.
8)
Metode Bimbingan Konseling
Para
da’i atau ulama memberikan bimbingan kepada umatnya tentang tata cara shalat
ataupun berwudhu terutama bagi mad’u yang masih awam atau mualaf.
9)
Metode Silaturahmi
Untuk
mempererat tali silaturahmi sesama muslim, maka diadakan perkumpulan atau
kajian-kajian rutin yang telah diatur sesuai jadwal.
10) Metode
Karya Tulis
Metode
karya tulis pada organisasi Muhammadiyah yaitu dengan diterbitkannya buku-buku
bernuansa islami, seperti majalah yang membahas tentang fiqih dan buku khusus
yang menjelaskan tentang organisasi Muhammadiyah.
11) Metode
Ekspansi
Metode
ekspansi merupakan cara dakwah dalam menyebarluaskan pengajaran agama Islam
kepada seluruh umat.
12) Metode
Missi (Bi’tsah)
Untuk
memperlancar gerakan dakwah, maka diadakan program khusus pengadaan atau
pengiriman da’i-da’i di daerah dan korps mubaligh.
13) Metode
Korespondensi
Sebelum
para da’i dikirim ke daerah-daerah, terlebih dahulu diberi surat pengantar ke
daerah-daerah yang akan didakwahi.
14) Metode
Pemberdayaan Masyarakat
Aspek
kehidupan yang ditanamkan Muhammadiyah selain pendidikan dan kesehatan adalah
pemberdayaan masyarakat.
e.
Media
Media
dakwah yang digunakan pada oragnisasi Muhammadiyah diantaranya adalah:
1)
Masjid
Salah
satu media yang digunakan dalam berdakwah adalah masjid. Masjid selain sebagai
tempat ibadah juga berfungsi sebagai tempat perkumpulan atau halaqah dan
kajian-kajian.
2)
Lembaga/kantor pemerintahan
Muhammadiyah
memiliki kantor pemerintahan sebagai pusat segala kegiatan organisasi. Segala
aktivitas dakwah yang telah terorganisir berlangsung di kantor ini.
3)
Lembaga pendidikan
Media
dakwah dalam lembaga pendidikan yaitu pesantren dan sekolah-sekolah.
4)
Lembaga Kesehatan
Lembaga
kesehatan yaitu dengan didirikannya rumah sakit, balai kesehatan, dan rumah
bersalin.
5)
Media cetak
Media
cetak yaitu dengan dicetak dan diterbitkannya buku-buku bernuansa islami dan
buku khusus tentang keorganisasisan Muahmmadiyah.
2.
Pendekatan Unsur-unsur Dakwah Pada
Organisasi NU
Nahdlatul
Ulama (NU) artinya kebangkitan ulama, adalah organisasi massa Islam yang
didirikan oleh para ulama pesantren di bawah pimpinan KH. Hasyim Asy’ari, di
Surabaya pada tanggal 31 Januari 1926. Organisasi ini didirikan dengan maksud
untuk mewujudkan masyarakat demokratis dan berakhlakul karimah. Struktur dakwah
pada organisasi NU meliputi unsur-unsur dakwah sebagai berikut.
a.
Da’i
Pemimpin
pertama organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) adalah KH. Hasyim Asy’ari. Beliau
selain sebagai pemimpin juga ikut aktif berperan menyebarkan dakwah Islam,
sehingga beliau bersifat al-ulama wa al-umara. Tokoh ulama yang ikut mendirikan
NU adalah KH. Wahab Hasbullah, KH. Bisri Syamsuri, dan KH. Ma’shum Lasem. Para
tokoh ulama ini hanya bersifat al-ulama saja, karena mereka tidak merangkap
jabatan sebagai pemimpin.
b.
Mad’u
Kondisi
mad’u pada masa sebelum didirikinnya NU sudah termasuk mad’u ijabah, karena
pada saat itu sudah banyak umat yang telah memeluk Islam. Namun, masih banyak
pula mad’u yang menganut agama Hindu/Budha. Sehingga corak mad’u pada masa ini
adalah mad’u ijabah dan ummah.
c.
Materi
Materi
dakwah yang diterapkan pada organisasi NU meliputi akidah, syari’ah dan
muamalah. NU menanamkan akidah dan mengukuhkan syari’ah, mazhab-mazhab fikih,
serta praktek sufi yang merupakan inti spiritualitas mereka. Sedangkan muamalah
dengan diterapkannya zakat bagi orang muslim, baik itu zakat fitrah maupun
zakat mal. Pada organisasi NU ada sebuah lembaga yang khusus menangani masalah
zakat yaitu Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah NU (LAZIS NU).
d.
Metode
Ada
bermacam metode yang digunakan dalam berdakwah pada organisasi NU diantaranya
sebagai berikut.
1)
Metode Ceramah
Untuk
menyebarkan dakwah Islam, para ulama berdakwah dengan berceramah di
mesjid-mesjid.
2)
Metode Propaganda
Metode
propaganda jelas digunakan untuk mempengaruhi massa untuk masuk dan memeluk
agama Islam. Selain itu, di dalam metode ceramah juga terdapat unsur
propaganda, yaitu mengajak orang untuk senantiasa berbuat kebajikan.
3)
Metode Pendidikan
Lapangan
usaha NU meliputi bidang pendidikan, seperti pendidikan di pesantren dan
sekolah-sekolah formal seperti MI, MTs, MA, SD, SMP, SMA sampai perguruan
tinggi.
4)
Metode Kelembagaan
NU
sendiri merupakan sebuah lembaga atau wadah yang menampung aspirasi-aspirasi
tokoh agama yang terbentuk dalam sebuah organisasi politik. Selain itu juga ada
lembaga pendidikan seperti pesantren dan sekolah-sekolah. Selain itu, dibentuk
pula lembaga-lembaga otonom yang berfungsi melaksanakan kebijakan-kebijakan NU,
seperti Lembaga Dakwah NU (LDNU), Lembaga Pendidikan Ma’arif NU (LP Ma’arif
NU), dan lembaga otonom lainnya. Telah dibentuk pula kelompok-kelompok
pengajian yang dibina oleh para ulama yang tersebar di daerah Pangkep terutama
daerah kepulauan Maros, Polmas, (sekarang Sulawesi Barat) dan beberapa tempat
lainnya.
5)
Metode Keteladanan
Para
ulama memiliki sifat dan kepribadian yang baik dan patut dicontoh. Seperti
tokoh NU, KH. Abdurrahman Wahid yang pernah menjadi presiden RI keempat. Beliau
dikenal sebagai pribadi yang baik, ramah, bertoleransi tinggi terhadap agama
lain, dan menyelesaikan masalah dengan sangat bijaksana. Karena kepribadian
beliaulah, maka banyak orang dari berbagai suku dan agama simpatik terhadapnya.
6)
Metode Kesenian
Metode
kesenian dengan dibentuknya Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (LESBUMI).
Metode kesenian ini dengan cara mengadakan lomba qira’at, seni musik qasidah,
tarian Islam seperti tari samrah, dan bermacam seni lainnya,
7)
Metode Pemberdayaan Masyarakat
Para
ulama ikut serta membantu perekonomian masyarakat dan membantu mengolah sumber
daya alam yang mereka miliki. Hal ini diwujudkan dengan dibentuk Lembaga
Pengembangan Pertanian NU (LP2NU), serta Lembaga Kajian dan Pengembagan Sumber
Daya Manusia (LAKPESDAM NU).
8)
Metode Diskusi
Pemimpin
dan pengurus organisasi selalu berdiskusi atau mengadakan rapat kerja tentang
bagaimana memajukan dan mensukseskan usaha dakwah atau untuk membahas
program-program yang terstruktur dalam lembaga NU.
9)
Metode Tanya-Jawab
Metode
ceramah biasanya disertai dengan tanya jawab. Mad’u dapat mengajukan pertanyaan
mengenai materi yang belum dikuasai atau dimengerti oleh mad’u dan da’i
langsung menjawab pertanyaan mad’u tersebut, sehingga akan terjadi hubungan
timbal balik antara da’i dan mad’u.
10) Metode
Bimbingan Konseling
Para
da’i atau ulama memberikan bimbingan kepada umatnya tentang tata cara shalat
ataupun berwudhu terutama bagi mad’u yang masih awam atau mualaf.
11) Metode
Karya Tulis
Metode
karya tulis pada organisasi NU yaitu dengan diterbitkannya buku-buku bernuansa
islami, seperti majalah yang membahas tentang fiqih dan buku khusus yang
menjelaskan tentang keorganisasian NU.
12) Metode
Missi (Bi’tsah)
Penyebaran
agama Islam ke berbagai wilayah dilakukan dengan cara mengutus para da’i ke
daerah-daerah pelosok atau daerah yang membutuhkan seorang tokoh agama untuk
meluruskan berbagai tindakan penyimpangan agama.
13) Metode
Korespondensi
Sebelum
para da’i dikirim ke daerah-daerah, terlebih dahulu diberi surat pengantar ke
daerah-daerah yang akan didakwahi. Surat juga digunakan untuk mengundang para
anggota organisasi untuk menghadiri suatu forum acara misalnya, rapat kerja
atau undangan lainnnya.
14) Metode
Silaturahmi
Untuk
mempererat tali silaturahmi sesama muslim, maka diadakan perkumpulan atau
kajian-kajian rutin yang telah diatur sesuai jadwal.
e.
Media
Media
dakwah yang digunakan pada oragnisasi NU diantaranya adalah:
1)
Masjid
Masjid
selain sebagai tempat ibadah juga berfungsi sebagai tempat perkumpulan atau
halaqah dan kajian-kajian.
2)
Lembaga/kantor pemerintahan
NU
memiliki kantor pemerintahan sebagai pusat segala kegiatan organisasi. Segala
aktivitas dakwah yang telah terorganisir berlangsung di kantor ini.
3)
Lembaga pendidikan
Media
dakwah dalam lembaga pendidikan yaitu pesantren dan sekolah-sekolah.
4)
Media cetak
Adanya
percetakan yang mencetak dan menerbitkan buku-buku bernuansa islami dan buku
khusus tentang keorganisasisan NU.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Da’i
pada organisasi Muhammadiyah bersifat al-ulama, dan al-ulama wa al-umara.
Sedangkan mad’unya bercorak ijabah dan ummah. Materi dakwah yang dibawakan
meliputi akidah, syari’ah dan muamalah. Dan metode dakwah yang digunakan
diantaranya yaitu: kelembagaan, pendidikan, ceramah, propaganda, tanya-jawab,
keteladanan, diskusi, bimbingan konseling, silaturahmi, karya tulis, ekspansi,
missi (bi’tsah), korespondensi dan pemberdayaan masyarakat. Sedangkan media
yang digunakan adalah masjid, lembaga/kantor pemerintahan, lembaga pendidikan,
lembaga kesehatan dan media cetak.
Da’i
pada organisasi NU bersifat al-ulama, dan al-ulama wa al-umara. Sedangkan
mad’unya bercorak ijabah dan ummah. Materi dakwah yang dibawakan meliputi
akidah, syari’ah dan muamalah. Dan metode dakwah yang digunakan diantaranya
yaitu: ceramah, propaganda, pendidikan, kelembagaan, keteladanan, kesenian,
pemberdayaan masyarakat, diskusi, tanya-jawab, bimbingan konseling, karya
tulis, missi (bi’tsah), korespondensi dan silaturahmi. Sedangkan media yang
digunakan adalah masjid, lembaga/kantor pemerintahan, lembaga pendidikan dan
media cetak.
B.
Saran
Demikianlah
makalah ini dibuat. Mudah-mudahan isi dalam makalah ini bermanfaat bagi penulis
dan umumnya para pembaca makalah ini. Semoga setelah membaca makalah ini,
pembaca dapat termotivasi untuk mempelajari sejarah dakwah Islam. Dalam
pembuatan makalah ini, masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
dibutuhkan untuk memperbaiki makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Samsul
Munir Amin, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009
Wahyu Ilaihi & Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta: Kencana, Cet.I, 2007
Wahyu Ilaihi & Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, Jakarta: Kencana, Cet.I, 2007
www.google.com,
Sejarah Organisasi Muhammadiyah Diakses pada tanggal 7 Mei 2011
Pemimpin Pusat Muhammadiyah, Berita Resmi Muhhamdiyah, Yogyakarta:Surya Sarana Utama, 2007
Pemimpin Pusat Muhammadiyah, Berita Resmi Muhhamdiyah, Yogyakarta:Surya Sarana Utama, 2007
www.google.com,
Metode Dakwah Muhammadiyah Diakses pada tanggal 7 Mei 2011
Arifuddin Ismail, dkk., Potensi Organisasi Sosial Keagamaan, Makass
Arifuddin Ismail, dkk., Potensi Organisasi Sosial Keagamaan, Makass
"
Kami tidak mengutus seorang rasulpun kecuali dengan bahasa kaumnya supaya ia
dapat memberikan penjelasan dengan terang kepada mereka... (surah Ibrahim ayat
4) "