Makalah Sistem Komunikasi Manajemen dakwah


KATA PENGANTAR
Puji yang menjadi penganut hati dilantunkan kepada Allah Rabbul Izzati. Puja yang menjadi penganut jiwa dilantunkan kepada Allah Azza Wajalla, yang mana atas berkat curahan kasih sayang-Nya dengan memberinya kesehatan sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas Sistem Komunikasi Manajemen Dakwah.
Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurah limpahkan kepada habib tertinggi, manusia termulia, pengkikis habib segala ajaran komunis dan kapitalis, penghancur perbuatan najis, pembawa ahklak yang mukhlis. Siapakah dia kalau bukan pimpinan kita yang idealis yakni Nabi besar Muhammad SAW.
Dalam penulisan makalah ini, penyusun perlu menyadari sepenuhnya sebagai insane yang dianugerahi kelebihan disamping keterbatasan diri. Oleh Karena itu makalah ini tidak akan selesai tanpa pengarahan dari berbagai pihak. Tak lupa pula, penyusun mohon saran dan kritiknya kepada pembaca makalah ini apabila dalam penyusunannya jauh dari kesempurnaan.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun pribadi, umumnya bagi pembaca sekalian.


Bandung September 2011
 Penulis
  
BAB I

 PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Bidang sistem informasi melintasi banyak teknologi kompleks, konsep keperilakuan yang abstrak, dan aplikasi khusus dalam bidang-bidang bisnis serta non-bisnis maupun organisasi yang tidak terhitung jumlahnya. kerangka kerja konseptual, berguna untuk mengatur pengetahuan yang disajikan tentang hal-hal yang perlu diketahui mengenai sistem informasi manajemen untuk mendapatkan keuntungan. Sistem informasi seyogyanya mendukung strategi bisnis organisasi, proses bisnis, struktur dan budaya organisasi dalam meningkatkan nilai bisnis dari organisasi khususnya dalam lingkungan bisnis yang dinamis.
Sebuah sistem informasi adalah sistem buatan manusia yang berisi himpunan terintegrasi dari komponen-komponen manual dan komponen-komponen terkomputerisasi yang bertujuan untuk mengumpulkan data, menyimpan data, memproses data, dan menghasilkan informasi. Sebuah sistem informasi melayani dua fungsi penting dalam sebuah organisasi.

2.Rumusan Masalah
1.Apa itu informasi ?
2.Apa yang disebut Organisasi ?
3.Bagaimana pengembangan sistem informasi ?
3.Faktor apa sajah yang menyebabkan Gagalnya SIM dalam Organisasi ?
4.Bagaimana Metode dan Teknik Pengembangan Sistem Informasi ?


BAB II
PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI
PADA ORGANISASI DAKWAH

            Sistem informasi merupakan suatu sistem yang mampu menyediakan informasi yang bermanfaat bagi penggunanya, atau sebuah sistem untuk menyediakan informasi guna mendukung operasi, manajemen dalam suatu organisasi secara terintegrasi.Secara konseptual siklus pengembangan sebuah sistem informasi terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut :
1.Analisis Sistem,
            Menganalisis dan mendefinisikan masalah dan kemungkinan solusinya untuk sistem informasi dan proses organisasi.
2.Perancangan Sistem,
            Merancang output, input, struktur file, program, prosedur, perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem informasi
3.Pembangunan dan Testing Sistem,
            Membangun perangkat lunak yang diperlukan untuk mendukung sistem dan melakukan testing secara akurat. Melakukan instalasi dan testing terhadap perangkat keras dan mengoperasikan perangkat lunak
4.Implementasi Sistem,
            Beralih dari sistem lama ke sistem baru, melakukan pelatihan dan panduan seperlunya.
Operasi dan Perawatan,
Mendukung operasi sistem informasi dan melakukan perubahan atau tambahan fasilitas.
5.Evaluasi Sistem,
            Mengevaluasi sejauih mana sistem telah dibangun dan seberapa bagus sistem telah dioperasikan.




A. Pengertian Sistem Informasi dan Organisasi
1. Pengertian Sistem
Istilah sistem merupakan istilah dari bahasa yunani “system” yang artinya adalah himpunan bagian atau unsur yang saling berhubungan secara teratur untuk mencapai tujuan bersama.
Sistem menurut para ahli:
L. James Havery
Sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
John Mc. Manama
Sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan secara efektif dan efesien.
2. Pengertian Informasi
menurut Gordon B. Davis, informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
Jadi, secara umum informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang.
3. Pengertian Organisasi
Organisasi Dalam Sebuah Definisi yaitu
A. Etimologi
Organisasi (Yunani: organon - alat) adalah suatu kelompok orang yang memiliki tujuan yang sama. Baik dalam penggunaan sehari-hari maupun ilmiah, istilah ini digunakan dengan banyak cara.
B. Terminologi
 Organisasi secara teminologi diantaranyan adalah :
  1. Organisasi Menurut Stoner, Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-     orang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
  2. Organisasi Menurut James D. Mooney, Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
  3. Organisasi Menurut Chester I. Bernard, Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
B.Metode Pengembangan Sistem Informasi Pada Organisasi Dakwah

           Dalam pengembangan sistem informasi ada beberapa metode yang harus di lakukan diantaranya :
1. M
etode Outsourcing
           Outsourcing merupakan salah satu metode pengelolaan teknologi informasi dengan cara memindahkan pengelolaannya pada pihak lain, yang tujuan akhirnya adalah efektivitas dan efisiensi kerja. Menurut The British Computer Society, outsourcing adalah pihak lain diluar perusahaan.    
   Dengan definisi yang demikian luas dari outsourcing ini, metode ini seringkali juga disamakan dengan metode lain seperti : sub kontrak, supplier, proyek atau istilah lain yang berbeda-beda dilapangan, namun pada dasarnya adalah sama, yaitu pemindahan layanan kepada pihak lain.
Bentuk kontrak outsourcing dapat dilakukan dengan beberapa alternatif, antara lain : menambahkan pengelolaan teknologi informasi dengan penambahan sumberdaya dari pihak luar, mengkontrakkan seluruh sistem secara utuh kepada pihak luar atau mengkontrakkan sebagian system, yaitu hanya sistem operasional dan fasilitasnya. Menurut The Computer Sciences Corporation Index bentuk kontrak outsourcing dapat dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :
1) Total outsourcing,
            Outsourcing secara total pada seluruh komponen TI
2) Selective outsourcing,
           Outsorcing hanya pada komponen-komponen tertentu
3) Transitional outsourcing,
Outsourcing yang fokusnya pada pembuatan sistem baru
4) Transformational outsourcing,
           Outsourcing yang fokusnya pada pembangunan dan operasional dari sistem baru
Keuntungan dan kelemahan metode outsourcing
.
            Metode outsourcing sebagai strategi operasional TI memiliki banyak keuntungan, antara lain adalah sebagai berikut :
1) Manajemen TI yang lebih baik, TI dikelola oleh pihak luar yang telah berpengalaman dalam bidangnya, dengan prosedur dan standar operasi yang terus menerus dikembangkan.
2) Fleksibiltas untuk meresponse perubahan TI yang cepat, perubahan arsitektur TI berikut sumberdayanya lebih mudah dilakukan
3) Akses pada pakar TI yang lebih baik
4) Biaya yang lebih murah
5) Fokus pada inti bisnis, perusahaan tidak perlu memikirkan bagaimana sistem TI-nya bekerja
6) Pengembangan karir yang lebih baik untuk pekerja TI.
            Menurut The 2001 Outsourcing World Summit, 6 alasan utama sebuah perusahaan melakukan outsourcing, adalah sebagai berikut :
1) Mengurangi biaya /Reduce Cost, sebesar 36%
2) Fokus pada inti / Focus on Core, sebesar 36%
3) Meningkatkan kualitas / Improve Quality , sebesar 13%
4) Meningkatkan kecepatan ke pasar / , sebesar 10%
5) Membantu inovasi / Foster Innovation, sebesar 4%
6) Menghemat modal / Conserver Capital, sebesar 1%
            Namun demikian , masih ditemui beberapa kelemahan dari metode outsourcing, sebagai berikut :
1. Permasalahan pada moral karyawan, pada kasus yang sering terjadi, karyawan outsource yang dikirim ke perusahaan akan mengalami persoalan yang penangannya lebih sulit dibandingkan karyawan tetap. Misalnya terjadi kasus-kasus tertentu, karyawan outsource merasa dirinya bukan bagian dari perusahaan pengguna
2. Kurangnya kontrol perusahaan pengguna dan terkunci oleh penyedia outsourcing melalui perjanjian kontrak
3. Jurang antara karyawan tetap dan karyawan outsource
4. Perubahan dalam gaya manajemen
5. Proses seleksi kerja yang berbeda.
            Keputusan untuk mengambil outsourcing tidak hanya bergantung pada faktor biaya, tetapi ada beberapa faktor yang harus diperhatikan saat membuat keputusan yaitu:
1) Tingkat layanan dan harga (Service levels and pricing)
2) Kontrak dan hubungan kerja (Contract and relationship)
3) Kepuasan pelanggan (Customer satisfaction)
4) Tujuan strategi
2. M
etode Insourcing
            Metode insourcing atau disebut juga contracting, adalah suatu usaha pengembangan ICT dalam perusahaan, dengan membentuk divisi khusus yang kompeten dibidangnya, seperti departemen EDP (Electronic Data Processing), atau merupakan metode pengembangan dan dukungan sistem teknologi informasi yang dilakukan oleh staff pada suatu divisi fungsional dalam organisasi dengan atau tanpa bantuan dari ahli sistem informasi. Motode ini dikenal juga dengan istilah end-user computing atau end-user development.
            Metode insourcing sebagai strategi operasional TI memiliki beberapa keuntungan, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Mempermudah komunikasi dalam pengembangan system, karena kedekatan divisi IT dan end user.
2. Penerapan software/hardware relatif lebih sesuai dengan kebutuhan perusahaan, karena pengembangan sistem dilakukan oleh divisi IT perusahaan yang bersangkutan.
3. Dari sisi biaya, akan lebih murah karena tidak ada kontrak dengan pihak
4. Jika terjadi masalah dalam system, maka responnya akan lebih cepat.
5. Lebih fleksibel, karena perusahaan dapat meminta perubahan sistem pada karyawannya sendiri tanpa harus mengeluarkan biaya tambahan.
            Sementara itu, ada beberapa kelemahan dari metode insourcing, sebagai berikut :
1. Kinerja karyawan cenderung menurun ketika sudah menjadi pegawai tetap, karena faktor kenyamanan yang dimiliki pegawai tetap.
2. Tidak ada batasan biaya dan waktu yang jelas, karena tidak ada target. Dan kalaupun ada target, tidak ada punishment yang jelas ketika target tidak tercapai.
3. Kebocoran data yang dilakukan oleh karyawan IT, dikarenakan tidak ada reward dan punishment yang jelas.
4. Pengembangan sistem dengan teknik SDLC cenderung lambat dan mahal.
5. End user tidak terlibat secara langsung, sehingga terdapat kemungkinan hasil implementasi sistem tidak sesuai dengan kebutuhan end user.
C. Penerapan Pengembangan Sistem Informasi Pada Organisasi Dakwah
            Tiga sasaran utama dalam penerapan system informasi dalam suatu organisasi. Pertama, memperbaiki efesiensi kerja dengan melakukan otomasi berbagai proses yang mengelola informatkan asi. Kedua, meningkatkan keefektifan manajemen dengan memuaska kebutuhan informasi guna pengambilan kputusan. Ketiga, memperbaiki daya saing atau meningkatkan keunggulan kompetitif organisasi dengan merubah gaya dan cara berbisnis (ward and peppard, 2002).
            Ketiga sasaran tersebut dapat tercapai secara optimal apabila adanya jaminan keselarasan antara strategi sisitem informasi dengan strategi bisnis organisasi, dimana nantinya strategi bisnis skan memberikan arahan terhadap tercapainya suatu goal organisasi, dan strategi system informasi akan memberikan dukungan terhadap pencapaian goal organisasi melalui penyiapan infrastruktur teknologi informasi yang sesuai dengan teknologi bisnis organisasi untuk menentukan strategi sisitem informasi yang dapat mendukung pencapaian visi dan misi organisasi, maka perlu pemahaman tentang strategi bisnis organisasi melalui perencanaan strategi Bisnis dan stategi system informasi perencanaanformasi, metodologi Ward-peppar.
Namun sering ditemukan bahwa penerapan TI kurang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja dan kesuksesan bisnis organisasi maupun peningkatan daya saing organisasi. Hal tersebut terjadi akibat penerapan SI/TI yang hanya berfokus pada teknologinya saja. Oleh karena itu, cara efektif untuk mendapatkan manfaat strategis dari penerapan SI/TI adalah dengan berkonsentrasi pada kaji ulang bisnis (rethinking business) melalui analisis masalah bisnis saat ini dan perubahan lingkungannya serta mempertimbangkan TI sebagai bagian solusi (Earl, 1992).
            Permasalahan di dalam penerapan SI/TI pada suatu organisasi dapat dikatakan sebagai paradoks produktivitas (Roach, 1994). Dimana didalam penerapan SI/TI sudah diimplementasikan secara baik, namun dari sisi lain seperti halnya keamanan, sumber daya manusia, transparansi, dan lain-lain bersifat sebaliknya.Sebagai contoh Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menginvestasikan sedikitnya Rp. 200 milyar untuk pengadaaan
perangkat dan aplikasi SI/TI dengan harapan agar penghitungan suara hasil pemilu dapat berjalan dengan cepat, akurat dan transparan.
D. Perlunya Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Perlunya Pengembangan Sistem :
1. Adanya permasalahan (problem) yang timbul pada sistem yang lama Permasalahan yang timbul dapat berupa :
  1. Ketidakberesan
  2. Pertumbuhan Organisasi
  3. Untuk meraih kesempatan (opportunities)
  4. Teknologi informasi telah berkembang dengan cepatnya
  5. Adanya instruksi-instruksi (directives)
2. Prinsip Pengembangan Sistem
  1. Sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen
  2. Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal yang besar
Investasi modal harus mempertimbangkan 2 hal :
  1. Semua alternatif yang ada harus diinvestigasi
  2. Investasi yang terbaik harus bernilai
  3. Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik
Tahapan kerja dan tugas yang harus dilakukan dalam proses pengembangan system
  1. Proses pengembangan sistem tidak harus urut
  2. Jangan takut membatalkan proyek
  3. Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem
3. Tahapan Pengembangan Sistem. Tahapan utama siklus hidup Pengembangan Sistem terdiri dari :
  1. Perencanaan Sistem ( Systems Planning)
  2. Analisis Sistem (System Analysis)
  3. Perancangan Sistem (Systems Design) Secara Umum
  4. Seleksi Sistem (System Selection)
  5. Perancangan Sistem (Systems Design) Secara Umum
  6. Implementasi dan Pemeliharaan Sistem (System Implementation & Maintenance)
E. Faktor-faktor serta Indikator yang Menunjukkan Gagalnya SIM dalam Organisasi/Perusahaan
1. Faktor-faktor yang menyebabkan SIM kurang berkembang dalam organisasi/perusahaan
Dengan adanya SIM ini, sebuah perusahaan mengharapkan suatu sistem yang dapat bekerja secara cepat dan akurat sehingga produktivitas kerja di perusahaan lebih meningkat. Namun karena beberapa faktor tertentu, terkadang malah perusahaan mengalami kegagalan.
Pengembangan SIM canggih berbasis komputer memerlukan sejumlah orang yang berketrampilan tinggi dan berpengalaman lama dan memerlukan partisipasi dari para manajer organisasi. Banyak organisasi yang gagal membangun SIM karena :
  1. Pengorganisasian perusahaan yang kurang wajar
  2. Kurangnya perencanaan yang memadai
  3. Kurang personil yang handal
  4. Kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para manajer dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil yang terlibat.
Untuk meraih keberhasilan dalam pengembangan SIM, perlu diperbaikinya system lama, terutama jika disebabkan beberapa hal berikut ini,
1. Adanya permasalahan-permasalahan (problems) yang timbul di system yang lama. Permasalahan yang timbul dapat berupa :
  1. Ketidakberesan sistem yang lama Ketidakberesan dalam sistem yang lama menyebabkan sistem yang lama tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan.
  2. Pertumbuhan organisasi Kebutuhan informasi yang semakin luas, volume pengolahan data semakin meningkat, perubahan prinsip akuntansi yang baru menyebabkan harus disusunnya sistem yang baru, karena sistem yang lama tidak efektif lagi dan tidak dapat memenuhi lagi semua kebutuhan informasi yang dibutuhkan manajemen.
2. Untuk meraih kesempatan-kesempatan Dalam keadaan persaingan pasar yang ketat, kecepatan informasi atau efisiensi waktu sangat menentukan berhasil atau tidaknya strategi dan rencana-rencana yang telah disusun untuk meraih kesempatankesempatan dan peluang-peluang pasar, sehingga teknologi informasi perlu digunakan untuk meningkatkan penyediaan informasi agar dapat mendukung proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen.
3. Adanya instruksi dari pimpinan atau adanya peraturan pemerintah Penyusunan sistem yang baru dapat juga terjadi karena adanya instruksi instruksi dari atas pimpinan ataupun dari luar organisasi, seperti misalnya peraturan pemerintah

Salah satu pengembangan dalam system informasi manajemen yang menggembirakan dan yang sifatnya mengadakan perubahan baru adalah pertumbuhan system saling mempengaruhi: manusia mesin, manusia-manusia.
F. Siklus, Metode dan Teknik Pengembangan Sistem Informasi
A. Background           
  1. Pada awal berkembangnya sistem informasi, pengembangan sistem informasi dilakukan oleh programmer.
  2. Programmer membuat program berdasarkan permintaan dan informasi dari user/manajamen organisasi.
  3. Output dari rancangan programmer ternyata tidak dapat memuaskan user.
B. Siklus, teknik dan metodologi
  1. Siklus (Life Cycle) dalam hal ini siklus Sistem Informasi adalah tahapan-tahapan dan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam mengembangkan sistem informasi, tanpa memperhatikan sistem informasi jenis apa yang akan dibuat dan seberapa luas yang harus di hasilkannya.
  2. Teknik (Technique) adalah pendekatan bagaimana menggunakan alat-alat dan peraturan-peraturan yang melengkapi satu atau lebih tahapan-tahapan dalam siklus pengembangan sistem informasi.
  3. Metodologi adalah rincian secara menyeluruh dari siklus pengembangan sistem informasi yang mencakup; langkah demi langkah tugas dari masing-masing tahapan, aturan yang harus dijalankan oleh individu dan kelompok dalam melaksanakan tugas, standar kualitas dan pelaksanaan dari masing-masing tugas, teknik-teknik pengembangan yang digunakan untuk masing-masing tugas ini berkaitan dengan teknologi yang digunakan oleh pengembang.
C. Teknik-teknik dalam proses Pengembangan Sistem Informasi
Teknik terstruktur, merupakan pendekatan formal untuk memecahkan masalah-masalah dalam aktivitas bisnis menjadi bagian-bagian kecil yang dapat diatur dan berhubungan untuk kemudian dapat disatukan kembali menjadi satu kesatuan yang dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah.
1. Teknik terstruktur
  1. Pemrograman terstruktur adalah proses yang berorientasi kepada teknik yang digunakan untuk merancang dan menulis program secara jelas dan konsisten.
  2. Desain terstruktur merupakan salah satu proses yang beroirentasi teknik yang digunakan untuk memilah-milah program besar ke dalam hirarki modul-modul yang menghasilkan program komputer yang lebih kecil agar mudah untuk diimplementasikan dan dipelihara (dirubah).
2. Teknik Terstruktur (cont’d)
  1. Analisis Terstruktur Modern merupakan teknik yang berorientasi kepada proses yang paling populer dan banyak digunakan dewasa ini.
  2. Pemodelan Data merupakan suatu teknik yang berorientasi kepada data dengan menunjukkan sistem hanya datanya saja terlepas dari bagaimana data tersebut akan diproses atau digunakan untuk menghasilkan informasi.
  3. Rekayasa Informasi merupakan perpaduan dari pemodelan data dan proses, juga memberikan penekanan baru terhadap pentingnya perencanaan sistem informasi 


BAB III
 KESIMPULAN

Suatu organisasi terdiri atas sejumlah unsur: orang-orang yang mempunyai bermacam-macam  peranan dalam organisasi, kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang harus diselesaikan, tempat kerja atau tempat fisik pekerjaan, dan wewenang serta hubungan-hubungan komunikasi yang meningkat bersama organisasi.
            Kebanyakan organisasi memulai dengan sangat sedikit mengenai tujuan, rencana, anggaran, bagan organisasi, pedoman prosedur, atau perlengkapan formal lainnya. Selama kehidupan awal suatu organisasi, mungkin unsur yang terpenting adalah pengusaha dan suatu ide atau gagasan. Dalam bab ini kita akan mempelajari bagaimana kebutuhan akan system informasi manajemen formal berkembang menjadi organisasi permulaan, dan tumbuh menjadi system unsure-unsur yang menjadi berhubungan yang lebih besar.
Pengembangan sistem informasi dalam perusahaan dapat dilakukan melalui tiga metode yaitu in-sourcing, co-sourcing, dan out-sourcing. Perusahaan harus berhati-hati dalam hal pemilihan alternatif pengembangan sistem informasi yang tepat. Kesalahan di dalam pemilihan alternatif akan menyebabkan investasi yang telah dilakukan serta waktu yang terpakai akan menjadi sia-sia. Perusahaan dapat membandingkan advantage dan disadvantage dari ketiga alternatif tersebut. Masing-masing metode memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Pemilihan terhadap salah satu metode pengembangan sistem informasi tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya ketersediaan dana dan kemampuan tenaga kerja.










DAFTAR PUSTAKA

O’Brien. J. 2005. Pengantar Sistem Informasi Perspektif Bisnis dan Manajerial. Edisi 12. Salemba Empat. Jakarta.
O’Brien, J.A. & Marakas, G.M. (2006). Introduction to Information Systems, 7th Ed., McGraw-Hill/Irwin. New York.
Raharjo. B. 2002. Memahami Teknologi Informasi. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Drs. Moekijat. 1986. Pengantar Sistem Informasi Manajemen. Rosda Karya. Bandung














kebudayaan pedesaan dan perkotaan


Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu :
1.    Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa . Kegiatan – kegiatan keagamaan hanya setempat di tempat – tempat peribadatan , seperti : di masjid , gereja . Sedangkan di luar itu , kehidupan masyarakat berada dalam lingkungan ekonomi , perdagangan . Cara kehidupan demikian mempunyai kecenderungan ke arah keduniawian berbalik dengan masyarakat desa yang cenderung ke arah keagamaan.
2.    Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang – orang lain . Yang terpenting di sini adalah manusia perorangan atau individu . Di kota – kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan , sebab perbedaan kepentingan paham politik , perbedaan agama dan sebagainya .
3.    Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut masyarakat perkotaan , menyebabkan bahwa interaksi – interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi.

PERBEDAAN DESA DAN KOTA
Ada beberapa ciri yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk membedakan antara desa dan kota . Dengan melihat perbedaan – perbedaan yang ada mudah – mudahan akan dapat mengurangi kesulitan dalam menentukan apakah suatu masyarakat dapat disebut sebagai masyarakat pedesaan atau masyarakat perkotaan :
Ciri – ciri tersebut antara lain :
1.    Jumlah dan kepadatan penduduk ;
2.    Lingkungan hidup ;
3.    Mata pencaharian ;
4.    Corak kehidupan sosial ;
5.    Statifikasi sosial ;
6.    Mobilitas sosial ;
7.    Pola interaksi sosial ;
8.    Solidaritas sosial ;
9.    Kedudukan dalam hierarki sistem administrasi nasional .
HUBUNGAN DESA DAN KOTA
Masyaraka pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain . Bahkan dalam keadaan wajar di antra keduanya terdapat hubungan yang erat bersifat ketergantungan , karena di antara mereka saling membutuhkan . Kota tergantung pada desa dalam hal memenuhi kebutuhan warganya akan bahan – bahan pangan seperti beras , sayur – mayur , daging dan ikan . Sebaliknya kota menghasilkan barang – barang yang juga diperlukan oleh orang desa seperti bahan – bahan pakaian , alat dan obat – obatan pembasmi hama pertanian , minyak tanah , obat – obatan untuk memelihara kesehatan dan alat – alat transportasi . Dalam kenyataanya hal ideal tersebut kadang – kadang tidak terwujud karena adanya beberapa pembatas . Jumlah penduduk semakin meningkat , tidak terkecuali di pedesaan . Padahal , luas lahan pertanian sulit bertambah , terutama di daerah yang sudah lama berkembang seperti pulau Jawa . Peningkatan hasil pertanian hanya dapat diusahakan melalui intensifikasi budi daya di bidang ini . Akan tetapi , pertambahan hasil pangan dapat diperoleh melalui intensifikasi ini , tidak sebanding dengan pertambahan jumlah penduduk, sehingga pada suatu saat hasil pertanian suatu daerah pedesaan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduknya saja , tidak kelebihan yang dapat dijual lagi . Dalam keadaan semacam ini , kota terpaksa memenuhi kebutuhan pangannya dari daerah lain , bahkan kadang – kadang terpaksa mengimpor dari luar negeri . Peningkatan jumlah penduduk tanpa diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja ini pada akhirnya berakibat bahwa di pedesaan terdapat banyak orang yang tidak mempunyai mata pencaharian tetap . Mereka ini merupakan kelompok pengangguran , baik sebagai pengangguran penuh maupun setengah pengangguran .

ASPEK POSITIF DAN NEGATIF
Perkembangan kota merupakan manifestasi dari pola kehidupan sosial , ekonomi , kebudayaan dan politik . Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam komponen – komponen yang memebentuk struktur kota tersebut . Jumlah dan kualitas komponen suatu kota sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut . Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan , seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
A. Wisma : Unsur ini merupakan bagian dari ruang kota yang dipergunakan untuk tempat berlindung terhadap alam sekelilingnya , serta untuk melangsungkan kegiatan – kegiatan sosial dalam keluarga . Unsur wisma ini mengharapkan :
1. Dapat mengembangkan daerah perumahan penduduk yang sesuai pertambahan kebutuhan penduduk untuk masa mendatang ;
2. Memperbaiki keadaan lingkungan perumahan yang telah ada agar dapat mencapai standar mutu kehidupan yang layak , dan memberikan nilai – nilai lingkungan yang aman dan menyenangkan .
B. Karya : unsur ini merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota , karena unsure ini merupakan jaminan bagi kehidupan masyarakat
C. Marga : Unsur ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya di dalam kota (hubungan eksternal) . Di dalam ini termasuk :
1. Usaha pengembangan jaringan jalan dan fasilitas – fasilitasnya (terminal , parkir , dan lain – lain) yang memungkinkan pemberian pelayanan seefisien mungkin ;
2. Pengembangan jaringan telekomunikasi sebagai suatu bagian dari sistem transportasi dan komunikasi kota secara keseluruhan
Kita sering mendengar jenis-jenis masyarakat, seperti masyarakat desa dan masyarakat kota. Jelas desa dan kota mempunyai mempunyai perbedaan baik secara fisik dan secara sosial.
Istilah desa sering kali ditandai dengan kehidupan yang tenang, jauh dari keramaian, penduduknya yang ramah tamah, saling kenal satu sama lain, mata pencaharian penduduknya kebanyakan sebagai petani atau nelayan. Dalam keadaan sebenarnya desa masih dianggap sebagai standar pemeliharaan sistem kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong-menolong, keguyuban, persaudaraan, gotong royong, kesenian, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat, kehidupan moral, dll. Akan tetapi justru dengan berdekatan, mudah terjadi konflik atau persaingan yang bersumber dari peristiwa kehidupan sehari-hari seperti sengketa tanah, gengsi, perkawinan, perbedaaan antara kaum muda dan tua serta antara pria dan wanita.
Masyarakat Pedesaan
Persekutuan hidup yang paling kecil dimulai ketika manusia primitif mencari makan dengan berburu, sebagai migrator, dan nomad berjumlah 100-300 orang. Perkembangan peertanian menyebabkan lahirnya kehidupan yang menetap pada suatu tempat dengan sifat yang khas, yaitu kekeluargaan dan kolektifitasndalam pembgian tanah dan penggarapannya, kesatuan ekonomis untuk kebutuhannya.
Menurt Koentjaraningratsutu masyarakat desa menjadi suatu persekutuanhidup dan kesatuan sosial didasarkan atas dua macam prinsip:
·         prinsip hubungan kekerabatan (geneologis)
·         prinsip hubungan tinggal dekat (teritorial)
Prinsip ini tidak lengkap yang mengikat adanya aktifitas tidak disertakan yaitu :
·         tujuan khusus yang ditentukan faktor ekologis
·         prinsip yang datang dari atas oleh aturan undang-undang
Perbedaan masyarakat Pedesaan dengan Masyarakat Perkotaan
Kehidupaan masyarakat desa berbeda dengan masyarakat kota. Perbedaan yang paling mendasar adalah keadaan lingkungan, yang mengakibatkan dampak terhadap personalitas dan segi-segi kehidupan. Kesan masyarakat kota terhadap masyarakat desa adalah bodoh, lambat dalam berpikir dan bertindak, serta mudah tertipu dsb. Kesan seperti ini karena masyarakat kota hanya menilai sepintas saja, tidak tahu, dan kurang banyak pengalaman.
Untuk memahami masyarakata pedesaan dan perkotaan tidak mendefinisikan secara universal dan obyektif. Tetapi harus berpatokan pada ciri-ciri masyarakat. Ciri-ciri itu ialah adanya sejumlah orang, tingal dalam suatu daerah tertentu, ikatan atas dasar unsur-unsur sebelumnya, rasa solidaritas, sadar akan adanya interdepensi, adanya norma-norma dan kebudayaan.
Masyarakat pedesaan ditentukan oleh bentuk fisik dan sosialnyya, seperti ada kolektifitas, petani iduvidu, tuan tanah, buruh tani, nelayan dsb.
Masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan masing-masing dapat diperlakukan sebagai sistem jaringan hubungan yang kekal dan penting, serta dapat pula dibedakan masyarakat yang bersangkutan dengan masyarakat lain. Jadi perbedaan atau ciri-ciri kedua masyarakat tersebut dapat ditelusuri dalam hal lingkungan umumnya dan orientasi terhadap alam, pekerjaan, ukuran komunitas, kepadatan penduduk, homogenitas-heterogenotas, perbedaan sosisal, mobilitas sosial, interaksi sosial, pengendalian sosial, pola kepemimpinan, ukuran kehidupan, solidaritas sosial, dan nilai atau sistem lainnya.
1. Lingkungan Umum dan Orientasi terhadap Alam
Masyarakat pedesaan dikaitkan dengan alam karena letak geografisnya. Penduduk yang tinggal didesa ditentukan oleh kepercayaan-kepercayaan dan hukum-hukum alam dalam pola berfikir dan falsafah hidupnya. Seperti pada bercocok tanam dan masa panen, atau nelayan yang pergi melaut tentu akan didesuaikan dengan siklus alamnya.
2. Pekerjaan atau Mata Pencaharian
Pada umumnya mata pencaharian pedesaan adalah bertani dan nelayan dan berdagang merupakan pekerjaan sekunder dari non pertanian. Sebab beberapa daerah tidak lepas dari kegiatan usaha atau industri. Dalam masyarakat kota lebih spesial, dan spesialisasi itu berkembang menjadi manajer, ketua pimpinan dalam birokrasi.
3. Ukuran Komunitas
Komunitas pedesaan lebih kecil daripada komunitas perkotaan. Pekerjaan di bidang pertanian, perimbangan tanah dengan manusia cukup tinggi dibandingkan dengan industri, dan akibatnya daerah pedesaan mempunyai penduduk yang rendah per kilometer perseginya. Tanah pertanian luasnya bervariasi.
4. Kepadatan Penduduk
Di desa kepadatan lebih rendah dibandingkan denga kota. Kepadatan suatu komunitas kenaikannya berhubungan dengan klasifikasi dari kota itu sendiri. Contonya dalam perubahan-perubahan pemukiman, dari penghuni satu keluarga menjadi pembangunan multikeluarga dengan flat/apartemen.
5. Homogenitas dan heterogenitas
Homogenitas dalam pedesaan diwujudkan dalam bahasa, kepercayaan, adat-istiadat, dan prilaku. Sebaliknya di kota heterogenitas tampak dalam orang-orang dengan macam-macam subkultur dan kesenangan, kebudayaan, mata pencaharian. Kota mempunyai daya tarik dalam hal pendidikan, komunitas,transportasi seehingga kota tempat berkumpul bebagai kelompok etnis.
6. Diferensiasi Sosial
Kemajemukan kota berindikasi terhadap diferensiasi sosial. Tersedianya segala fasilitas, hal-hal yang beguna, perumahan, pendidikan, rekreasi, agama, dan bisnis menyebabkan adanya pembagian pekerjaan dan adanya saling ketergantungan. Ini terbalik dengan kehidupan masyarakat pedesaan yangtingkaat homogenitas alaminya cukup tinggi.
7. Pelapisan Sosial
Kelas sosial dalam masyarakat digambarkan dengan “piramida sosial”yaitu status sosial yang tinggi ditempatkan paling atas. Beberapa perbedaan “pelapisan sosial tak resmi” antara masyarakat desa dengan masyarakat kota :
·         pada masyarakat kota aspek kehidupan pekerjaan,ekonomi, dan sosial politiknya lebih komplek daripada di desa.
·         Pada masyarakat desa kesenjangan dalm pirimida sosial tidak terlalu besar, sedangkan dikota jelas sekali perbedaan kesenjangannya.
·         Pada masyarakat pedesaan di tingkat kelas menengah, sebab orang kaya dan miskin urban ke kota.
·         Ketentuan kasta dan contoh-contoh perilaku di indonesia masih berlaku di Bali.Dalam kitab suci orang Bali masyarakat tebagi menjadi empat kasta, yaitu Brahmana, Satria, Vesia, dan Sudra. Gelar-gelar itu diwariskan secara patrilineal. Mereka tinggal bersama di desa atau di kota dengan cara dan gaya hidup yang sama. Gelar tidak ada sangkut pautnya dengan mata pencaharian (Koentjaraningrat, 1981). Beberapa contoh di masyarakat perbedaan pelapisan sosialnya banyak ditentukan atas dasar pemilikan tanah, misalnya :
·         Menurut Ter Haar (1960) dibedakan
1. golongan pribumi pemilik tanah (sikep, kuli, baku, atau gogol);
2. golongan yang hanya memiliki rumah dan pekarangan saja, atau tanah pertanian (indung atau lindung);
3. golongan yang hanya memiliki rumah saja di atas pekarangan orang lain, dan mencari nafkah (numpang);
·         Menurut M Jaspan (1961) di daerah Yogyakarta dibedakan menurut
1. golongan yang memiliki tanah pekarangan dan sawah (kuli kenceng)
2. golongan yang memiliki tanah sawah saja (kuli gundul)
3. golongan yang memiliki pekarangan saja (kulli karang kopel)
4. golongan yang memliki rumah saja diatas tanah orang lain (indung telosor)
·         Menurut Koentjaraningrat (1964) mengenal pelapisan yang sedikit menggunakan
1. keturunan cikal bakal desa dan pemilik tanah (kentol)
2; pemilik tanah di luar golongan kentol (kuli)
3. yang tak memiliki tanah
·         Menurut J.M. Van der Kroef (1956) dan C.B. Tripathi (1957) dibedakan menurut :
1 lapisan pertama adalah golongan elite desa, yaitu penguasa desa yang menguasai tanah bengkok, bersama golongan pemilik tanah yasan
2. lapisan kedua adalah kuli kenceng yaitu mereka yang mempunyai rumah sendiri, pekarangan sendiri, dan menguasai bagian sawah komunal.
3. lapisan ketiga adalah kuli kendo yaitu mereka yang mempunyai rumah dan pekarangan sendiri, tetapi belum mempunyai bagian sawah
4. lapisan keempat mereka yaang mempunyai tanah pertanian tetapi tidak memiliki rumah dan pekarangan (gundul) jumlah lapisan ini sedikit
5. lapisan kelima ialah mereka yang mempunyai tanah pertanian, tidak mempunyai pekarangan, tetapi mempunyai rumah sendiri yang didirikan di pekarangan orang lain disebut magersari. Bekerja sebagai petani
6. lapisan terbawah mereka yang sama sekali tak memilliki apapun kecuali tenaganya.
Istilah dari daerah ke daerah berbeda, dan kriteria berkisar sekitar milik tanah pertanian, atau pekarangan dan juga rumah
8. Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial berkaitan dengan perpindahan atau pergerakan suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya; mobilitas kerja dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lainnya; mobilitas teritorial dari desa ke kota, dari kota ke desa, atau di daerah desa dan kota sendiri.
Mobilitas sering terjadi dikota dibanding pedesaan dan segi-segi penting mobilitas tersebut itu adalah :
·         Banyak penduduk yang pindah kamar atau rumah ke kamar atau rumah lain, karena sistem kontrak yang terdapat dikota, dan di desa tidak demikian.
·         Waktu yang tersedia bagi penduduk kota untuk bepergian per satuan penduduk lebih banyak bila dibandingkan dengan penduduk desa.
·         Bepergian setiap hari di dalam atau diluar daan pusat penduduk , di daerah kota lebih besar dibandingkan dengan penduduk di desa
·         waktu luang dikota lebih sedikit dibandingkan di daerah pedesaan
Hal lain mobilitas atau perpindahan penduduk dari desa ke kota/urbansisasi lebih banyak ketimbang dari kota ke desa.
9. Intereaksi Sosial
Tipe interaksi sosial di desa dan di kota perbedaannya sangat kontras baik aspek kuantitas maupun kualitasnya diantaranya ;
1.                Masyarkat pedesaan lebih sedikit jumlahnya dan tingkat mobiitas sosialny rendah, maka kontak pribadi per induvidu lebih sedikit. Juga kontak dengan radio, televisi, majalah , poster, koran, dan media lain yang lebih sophisticated.
2.                Penduduk kota lebih serig kontak tetapi cenderung lebih formal, dan tidak bersifat pribadi, tetapi melalui tugas atau kepentingan lain.
10. Pengawasan sosial
Tekanan sosial oleh masyarakat desa lebih kuat karena bersifat pribadi dan ramah tamah, dan keadaan masyarakatnya homogen. Penyesuaian terhadap norma-norma sosial lebih tinggi dengan tekanan sosial informal dan nantinya dapat sebagai pengawasan sosial.
11. Pola Kepemimpinan
Kepemimpinan di desa dinilai berdasarkan kualitas pribadi. Misalnya karena kesalehan, kejujuran, jiwa pengorbanannya, dan pengalamannya. Kriteria ini melekat terus pada generasi berikutnya, maka kriteria pun akan menentukan kepemimpinan di pedesaan.
12. Standar Kehidupan
Berbagai fasilitas dan sarana akan membahagiakan kehidupan apabila disediakan dan cukup nyata dirasakan oleh penduduk yang jumlahnya padat. Di kota dengan konsentrasi dan jumlah penduduk yang padat, tersedia dan ada kesanggupan dalam menyediakan kebutuha tersebut, sedangkan didesa tidak harus demikian.
13. Kesetiakawanan Sosial
Kesetiakawanan sosial atau kepaduan dan kesatuan, pada masyarakat pedesaan dan perkotaan ban yak ditentukan oleh masing-masing faktor yang berbeda. Dalam masyarakat pedesaan ciri-cirinya akibat dari sifat-sifat yang sama, persamaan dalam pengalaman, persamaan tujuan dimana hubungannya bersifat informal dan bukan bersifat kontrak sosial/ perjanjian. Dalam masyarakat desa ditemukan gotong-royong, dan musyawarah.
Sedangkan di kota terdapat perbedaanpembagian tenaga kerja, saling tergantung, spesialisasi, tidak bersifat pribadi, bermacam-macam perjanjian serta hubungannya bersifat formal.
Jiwa musyawarah terlihat dalam kehidupan bangsa indonesia. Artinya segala keputusan adalah suara terbannyak. Dimana pihak mayoritas dan minoritas saling mengurangi pendapat masing-masing.
14. Nilai dan sistem Nilai
Hal teresebut dapat diamati dalam kebiasaan, cara, dan norma yang berlaku. Di pedesaan masih berlaku nilai-nilai keluarga, pola bergaul, mencari jodoh. Nilai-nilai agama masih dipegang kuat. Bentuk ritual-ritul agama dikaitkan dengan proses dewasnya manusia yang dikuti upacara-upacara. Pendidikan belum merupakan nilai orientasi penuh, cukup hanya bisa baca tulis dan pendidikan agama. Dalam nilao-nilai ekonomi masih bersifat subsistem tradisional.
Hubungan Desa dan Kota
Dalam sistem penggolongan administrasi kota sebagai pusat pendominasian secara bertingkat diturunkan ke bawah, melalui sistem negara. Maka secara bertingkat kota merupakan suatu jaringan, dimana kota sebagai sebagai pusat jaringan dan desa-desa pinggiran menjadi pusat pendominasian. Kedudukan yang tidak seimbang ini tercermin dalam hubungan struktural fungsional antara kota dan desa yaitu ; desa sebagai penghasil bahan makanan, bahan mentah, penyedia tenaga kasar, sedangkan kota merupakan pelindung bagi warga desa, sebagai tempat orientasi kemajuan teknologi dan peradaban, pusat perubahan dan pembaharuan kebudayaan yang dijadikan orientasi bagi warga desa untuk perbaikan hidupnya.
Perjalanan evolusi kebudayaan sering dimulai dari pusat-pusat khusus desa yang nantinya berkembang menjadi kota besar. Bahkan adanya masyarakat pedesaan sangat penting artinya bagi proses pertumbuhan kota-kota. Hubungan ekonomi terjadi antara desa dan kota melalui beberapa jalan .
Hubungan antara desa dan kota juga dapat terorganisasi melalui pasar. Dalam sistem pasar yang besar, desa merupakan sub-sub yang disebut pasar jaringan, yang menghubungkan desa dengan daerah luar yang lebih luas. Dalam hal keamanan desa mempunyai otonomi yang luas untuk urusan dalam, kalau terpaksa baru meminta bantuan dari kota. Dalam bidang kebudayaan dan agama, orang kota terpelajar, spesialis-spesialis, sering mengabdikannya dengan menyusun suatu sistem. Jadi ada hubungan timbal balik antara antara tradisi di desa dan kota. Pengertian tradisi besar dan kecil menurut Redfield adalah : tradisi besar dari sejumlah kecil orang yang banyak berfikir, dan tradisi kecil dari orang yang tidak banyak berfikir.
Antara kota dan desa ada pebedaan sosial dan kebudayaan yang cukup besar. Asumsi orang desa bahwa kota dianggap berbahaya dan harus waspada, banyak pengetahuan dan muslihatnya. Dari segi akhlak juga berbahaya, serta mempunyai daya tarik. Kota adalah pusat kekuasaan, kekayaan, dan sekaligus pengetahuan. Sebaliknya anggapan orang kota terhadap desa adalah bodoh, kurang pengetahuan, membiarkan dirinya disalahgunakan. Tetapi desa mempunyai kelebihan yaitu kebudayaan yang asli menghayati kehidupan yang baik dan sederhana. Karena adanya perbedaan kultur sosial, diperlukan tokoh-tokoh penghubunguntuk menjembataninya. Misalnya kepala desa, alim ulama, ahli seni dan sastra dsb.
Dari uraian sebelumnya dapat dikatakan ada hubungan struktural dan fungsional antara desa dan kota, dan juga ada perbedaan yaitu perbedaan intensitas satu unsur dan perbedaan kelengkapan yang menyangkut beberapa jenis unsur.
Hubungan masyarakat desa dan kota merupakan hubungan periferal. Kedudukan desa merupakan bagian dari peradaban, yang menyupalai makanan untuk mendukung kelas penguasa politik dan keagamaan, serta kaum terpelajar/elite dari suatu tradisi besar.

Masyarakat adalah orang orang yang hidup bersama 
yang menghasilkan kebudayaan 
Hidup bersama = kebudayaan 
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan dan kemampuan2 serta kebiasaan2 yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat 
---------------
jadi perbedaan jelas pada tata letak lokasi/ggeografis asal kebudayaan itu aja. Kebudayaan kota ..budaya dari kota, kebudayaan desa budaya dari desa.
---------------
misal,
budaya di desa = jarang pake sandal/sepatu (karena kerja di sawah),
mandi di sungai
budaya di kota = sering pake sandal/sepatu, mandi di kamar mandi/kolam renang