Pertama-tama Apa yang dimaksud dengan Stress ? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ada dua pengertian stress:
1) Gangguan atau kekacauan mental dan emosional.
2) Tekanan.
Secara teknis psikologik, stress didefinisikan sebagai Suatu respons penyesuaian seseorang terhadap situasi yang dipersepsinya menantang atau mengancam kesejahteraan orang bersangkutan. Jadi stress merupakan suatu respon fisiologik ataupun perilaku terhadap ‘stressor.
Hal yang dipandang sebagai menyebabkan cekaman, gangguan keseimbangan (homeostasis), baik internal maupun eksternal Dalam pengertian ini, bisa kita perjelas bahwa stress bersifat subjektifm sesuai perspsi orang yang memandangnya. Dengan perkataan lain apa yang mencekam bagi seseorang belum tentu dipersepsi mencekam bagi orang lain.
Di sisi lain, ‘stressor’ adalah Sumber yang dipersepsi seseorang atau sekelompok orang member tekanan/cekaman terhadap keseimbangan diri mereka. Ada 3 sumber utama bagi stress, yaitu :
a) Lingkungan ~ lingkungan kehidupan memberi berbagai tuntutan penyesuaian diri seperti antara lain:
Ø Cuaca.
Ø Kebisingan
Ø kepadatan
Ø Tekanan waktu
Ø standard prestasi
Ø berbagai ancaman terhadap rasa aman dan;
Ø harga diri
Tuntutan hubungan antar pribadi, penyesuaian diri dengan teman, pasangan, dengan perubahan keluarga
b) Fisiologik ~ dari tubuh kita
a. Perubahan kondisi tubuh: masa remaja; haid, hamil, meno/andropause, pro- ses menua, kecelakaan, kurang gizi, kurang tidur >tekanan terhadap tubuh
b. Reaksi tubuh : reaksi terhadap ancaman & perubahan lingkungan mengaki- batkan perubahan pada tubuh kita, menimbulkan stress.
c) Pikiran kita ~ pemaknaan diri dan lingkungan
Pikiran menginterpretasi dan menerjemahkan pengalaman perubahan dan menentu- kan kapan menekan tombol panik. Bagaimana kita memberi makna/label pada pengalaman dan antisipasi ke depan, bisa membuat kita relax atau stress.
Menurut Selye (1984) , stress bisa dibedakan atas dasar sifat stressornya, apakah pe- ristiwa negative, disebut ’distress’; tetapi bisa juga stress diakibatkan peristiwa positif, misalnya tiba-tiba mendengar mendapat undian, atau hadiah besar yang tak terduga, dalam hal ini stressnya disebut ‘Eustress’. Lebih lanjut, sumbernstressor tersebut bisa dibedakan dalam 3 bagian berdasarkan peluang penanganannya, yakni: Pertama, Stressor yang penanganannya hanya mem- butuhkan sedikit upaya seperti misalnya kebiasaan belajar; waktu bangun pagi, diet, dst dimana upaya menanganinya dengan cara memgubah kebiasaan, membiasakan kebiasaan baru, maka dalam waktu satu-dua minggu dapat berubah. Kedua, Stressor yang untuk menanganinya membutuhkan upaya yang lebih sungguh-sungguh, seperti contohnya soal kepercayaan diri, persoalan hubungan,dst, dimana diperlukan bantuan teknikal untuk me- nanganinya, seperti ‘percakapan kalbu’, skill komunikasi, manajemen konflik, dst. Ketiga, stressor yang memang tidak dapat ditangani sepeti kematian orang yang dikasihi. Maka pe- nanganannya, perlu belajar berdamai dengan diri menerima kenyataan tersebut, lalu diatasi dengan relaksasi, dan upaya spiritual.
Melihat kemungkinan sumber stressor di atas , maka setiap orang potensial untuk mengalami stress. Namun demikian, ada kelompok orang yang lebih mudah terkena stress (type kepribadian A), ada juga kelompok lain yang lebih memiliki ketahanan terhadap stress (type kepribadian B) Selanjutnya, di kalangan mahasiswa yang banyak menjadi sumber stressor antara lain sebagai berikut: Tuntutan untuk sukses; persoalan finansial, per- soalan relasi~hubungan, persoalan penggunaan waktu dan pergeseran nilai-nilai. Lebih jauh bisa kita simpulkan bahwa setiap orang bisa mengalami stress, sesekali stress dalam kehidupan merupakan ‘bumbu’ hidup dinamis, akan tetapi apabila terjadi stress yang sering dengan fluktuasi yang besar, maka sudah perlu mendapat perhatian khusus, artinya sudah perlu lebih serius menanganinya.
Indikasi/gejala stress
Bagaimana kita mengetahui apakah kita berada dalam keadaan stress atau tidak ? Apa gejalanya? Ada sejumlah gejala yang bisa diditeksi secara mudah yaitu :
(a) gejala fisiologik , antara lain :
Denyut jantung bertambah cepat , banyak berkeringat (terutama keringat dingin), pernafasan
terganggu, otot terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur, gangguan lambung, dst
(b) gejala psikologik , antara lain :
Resah, sering merasa bingung, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputus an, tidak enak
perasaan, atau perasaan kewalahan ( exhausted) dsb
(c ) Tingkah laku, antara lain :
Berbicara cepat sekali, menggigit kuku, menggoyang-goyangkan kaki, ticks, Gemetaran, berubah nafsu makan ( bertambah atau berkurang).
Dampak akibat stress
Apakah dampak stress? Sebagaimana terlihat pada diagram 01, dampak stress dibedakan dalam 3 kategori, dampak Fisiologik, dampakpsikologik dan dampak perilaku~ behavioral
a. Dampak Fisiologik
Secara umum orang yang mengalami stress mengalami sejumlah gangguan fisik seperti: mudah masuk angin, mudah pening-pening, kejang otot (kram), mengalami kegemukan atau menjadi kurus yang tidak dapat dijelaskan, juga bisa menderita penyakit yang lebih serius seperti cardiovasculer, hypertensi, dst.
Secara rinci dapat diklasifikasi sebagai berikut :
(a) Gangguan pada organ tubuh >>> hiperaktif dalam salah satu sistem ttt.
- muscle myopathy >>> otot tertentu mengencang/melemah
- tekanan darah naik >>> kerusakan jantung dan arteri
- sistem pencernaan >>> mag, diarhea
(b) Gangguan pada sistem reproduksi
- amenorhea >> tertahannya menstruasi
- kegagalan ovulasi pada wanita, impoten pada pria, kurang produksi semen pada pria
- kehilangan gairah sex
(c ) Gangguan pada sistem pernafasan
- asthma, bronchitis
(d) Gangguan lainnya, seperti pening (migrane), tegang otot, rasa bosan, dst
b. Dampak Psikologik:
• Keletihan emosi, jenuh, penghayatan ini merupakan tanda pertama dan punya peran sentral bagi terjadinya ‘burn – out’
• Terjadi ‘depersonalisasi’; Dalam keadaan stress berkepanjangan, seiring dengan kewalahan /keletihan emosi, kita dapat melihat ada kecenderungan yang bersangkutan memperlakuan orang lain sebagai ‘sesuatu’ ketimbang ‘sesorang’.
• Pencapaian pribadi yang bersangkutan menurun, sehingga berakibat pula menurunnya rasa kompeten & rasa sukses.
c. Dampak Perilaku
• Manakala stress menjadi distress, prestasi belajar menurun dan sering terjadi tingkah laku yang tidak berterima oleh masyarakat
• Level stress yang cukup tinggi berdampak negative pada kemampuan meng- ingat informasi,
mengambil keputusan, mengambil langkah tepat.
• Mahasiswa yang ‘over-stressed’ ~ stress berat seringkali banyak membolos atau tidak aktif
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Strategi Menangani Stress
1. Strategi Pencegahan
Mencegah mengalami stress, setidaknya ada 3 lapis.
• Lapis pertama ~ primary prevention, dengan cara merubah cara kita melaku kan sesuatu. Untuk keperluan ini kita perlu memiliki skills yang relevan, misal- nya : skill mengatur waktu, skill menyalurkan, skill mendelegasikan, skill mengorganisasikan, menata, dst.
• Lapis kedua ~ Secondary prevention, strateginya kita menyiapkan diri menghadapi stressor, dengan cara exercise, diet, rekreasi, istira hat , meditasi, dst.
• Lapis ketiga ~ Tertiary prevention, strateginya kita menangani dampak stress yang terlanjur ada, kalau diperlukan meminta bantuan jaringan supportive ( social-network) ataupun bantuan profesional.
2. Menangani Stress Kampus
Secara sederhana, kita bisa menangani stress kehidupan kampus dengan memakai STRESS lagi, namun tentu saja dalam akronim yang berbeda.
• Study skills. Ada banyak hal yang perlu dipelajari, yang ingin diketahui, ada banyak kegiatan yang ingin diikuti, waktu terbatas. Oleh karena itu, agar tidak menjadi stress, seyogyanya mahasiswa perlu memiliki berbagai skill belajar yang sesuai sehingga saya bisa belajar secara efektif tetapi juga effisien dalam menggunakan daya dan waktu serta sumber lainnya.
• Tempo – Time management. Selain skill belajar, skill penting yang juga perlu Anda kuasai untuk menangani stress adalah manajemen waktu, untuk keperluan tersebut mahaiswa perlu memiliki paradigma waktu yang tepat.
• Rehat ~ Rest ~ istirahat. Tubuh kita ‘by default’ memerlukan jedah, istirahat. Kita perlu belajar bagaimana ‘speeding up’, tetapi juga arif dan terampil untuk ‘slowing down’. Bila kita tidak memiliki keterampilan istirahat, leisure, santai ( bukan leha-leha) maka besar kemung- kinan kita mengalami stress.
• Eating & Exercise – Makan dan Olah raga Kebugaran. Tubuh kita membutuhkan asupan yang seimbang, tetapi juga ‘exercise’ yang memadai,agar bisa bugar, [ Bandingkan apabila kita mempergunakan suatu peralatan baru biasanya kita terlebih dalulu membaca buku manual yang disertakan oleh pabrik pencipta peralatan tersebut, Oleh karena itu sebetulnya perlu kita cermati asupan apa yang baik untuk tubuh ini, menurut manual dari Penciptanya.],
• Self-talk ~ percakapan kalbu. Sejak kecil kita punya ‘perlengkapan’ berpkir yaitu percakapan kalbu, dimana kita biasa mendengar apa yang kaya hati atau hati nurani katakan kepada kita. Isi percakapan itu bisa positif, membuat kita optimist, tetapi seringkali juga negative, membuat kita tertekan-stress. Kita masih perlu lebih mengembangkan arah percakapan dari kita kepada hati nurani ataupun kata hati kita, sehingga terjadi percakapan timbal-balik antara kita dengan diri kita. Dalam hal menangani stress, kita perlu bisa secara sadar meng-ganti isi percakapan yang tidak mendukung dengan kalimat yang bisa mendukung kita. Langkah ini biasa disebut percakapan kalbu.
• Social support ~ jaringan pendukung. Manusia adalah makhluk social, jadi pada hakikatnya tidak tahan sen- dirian, butuh perasaan tidak sendiri, tetapi punya sejumlah orang yang saling peduli, yang akan merasa kehilangan manakala lama tidak saling bertemu atau berkomunikasi. Dalam keadaan stress sebaiknya kita ber- usaha bertemu dengan teman, sehingga paling tidak kita tetap punya penghayatan tidak sendirian yang sungguh mencekam. Itulah sebabnya dianjurkan kepada mahasiswa untuk membangun dan merawat jaringan supporifnya sehingga bisa saling mendukung di saat diperlukan.
Posting Komentar