Masjid dilihat
dari sudut bahasa berasal dari akar kata bahasa arab sajada yasjudu sujudan,
wudhia’ jubhatan ‘ala al-ardhi, yakni meletakan dahinya ke bumi (Dr.H.Ahmad
Sutarmadi,2001:13). Masjid adalah perangkat masyarakat yang pertama didirikan
oleh Rosul Saw. begitu beliau sampai di madinah setelah menempuh perjalanan
hijrah yang melelahkan. Bangunanya sangat sederhana, jauh dari cukup apalagi nampak
mewah. Suatu lokasi disudut kota yang hanya ditandai batas batasnya, beratapkan
ranting dan dahan kering, hanya disudutnya terdapat sebongkah pokok pohon kurma
sebagai tempat imam dan khotib berdiri. Ditempat yang sedemikian sederhananya,
rosul menerima banyak ayat al Quran yang kemudian dicatat, dihafal, difahami
dan di amalkan di bawah bimbingan beliau. Ditempat itu pula Rosul saw. Bertemu
dengan para sahabat merundingkan langkah langkah pembinaan, mulai dari masalah
pribadi, keluarga sampai kemasyarakatan, mulai dari soal agama sampai ke soal
kesejahtraan hidup bermasyarakat. Dari sana dimulai gerakan pendidikan dan penerangan,
disana di gelar dan ditegakkan peradilan, bahkan disana pula dibicarakan
perjanjian dengan tetangga nonmuslim.
Itulah fungsi
masjid sebagaimana yang dicontohkan oleh Rosul, yang memang sejalan dengan
namanya (tempat sujud/berbakti kepada Allah) pusat kegiatan jamaah muslim dalam
menata dan menatap masa depan hidupnya baik yang berjangka pendek (dunia)
maupun yang berjangka panjang (akhirat)
Saya
mengartikan sabda Rosul yang menghimbau agar umat Islam banyak mendirikan
masjid adalah agar difungsikan sebagai sentral kegiatan jamaah, yang akan
menjabarkan tujuan risalah Muhammad yakni rahmatalil’alamin, dan bukan masjid
yang bertikar kumuh dan air yang sempat menghijau (berlumut), bahkan didalam al
Quran ada sindiran yang pedas akan adanya masjid yang justru mencerai beraikan
umat (Prof.H. Zaini Dahlan, MA. Vi). Masjid sekarang ini sudah banyak berdiri
dimana mana di kampung di kota di pom bensin dan bahkan ditempat mall sekalipun
sudah disediakan yang namanya masjid, hal ini menandakan bahwa pembangunan umat
islam dari segi fisik masjid sudah cukup sejahtera,
Menurut data
Dewan Masjid Indonesia (DMI), dewasa ini tercatat terdapat sekitar 700 ribu
masjid dan mushala yang tersebar di seluruh penjuru Tanah Air. Pertumbuhan
pesat masjid dan mushala di Indonesia tersebut bernilai positif karena,
setidaknya mencerminkan kecenderungan membangun di kalangan umat islam. Kendati
demikian, bila mencermati lebih lanjut bagaimana pengelolaan masjid-masjid itu,
yang tidak sedikit diantaranya dibangun dengan desain arsitektur semegah dan
seindah mungkin dengan biaya yang cukup besar, ternyata yang terjadi baru lebih
pada aspek hardware (Perangkat keras)-nya, belum software (Perangkat
lunak)-nya. Dalam arti, pertumbuhan masjid yang terus bertambah itu kurang
diimbangi dengan penerapan sistem manajemen masjid yang profesional dan modern
lantaran masih banyak yang dikelola secara tradisional.
Beraneka
ragam masjid yang ada di Indonesia, dari mulai masjid kecil, masjid jami,
masjid agung sampai yang terbesar yang disebut masjid raya yang tersebar hampir
di setiap propinsi di Indonesia. Sudah seharusnya masjid dikelola oleh orang yang ahli dalam bidang
manajemen, guna mengembalikan fungsi masjid sebagaimana yang di contohkan oleh
rosul saw. Idealisme itu dapat terwujud apabila pengelola masjid dipegang oleh
pemuka pemuka Islam yang takwa, handal dan memiliki profesionalisme yang
tinggi. Pengelola harus pekerja full time, bukan sebagian waktu, atau
dengan kata lain dengan sisa sisa waktu, sisa sisa pikiran, sisa sisa tenaga,
sehingga tidak dapat melakukan tugas kemasjidan dengan baik. Selama ini
pengurus pengurus masjid yang ada, hanya yang sempat saja, yang dibantu oleh
marbot yang biasanya dengan kemampuan yang terbatas (Dr.H. Ahmad Sutarmadi, MA, 2001: 11).
Masjid
akan menjadi lebih mandiri jika dikelola secara lebih profesional serta
sistematis sehingga mampu mengurangi penderitaan masjid itu sendiri di satu
sisi dan memberdayakan masyarakat secara umum di sisi lain (A. Bahrun Rifa’i
dan Moch. Fakhruroji, 2005 : 18). Imam
Shadiq dalam al-Kafi yang dikutif oleh Murtadha Muthahhari, pernah mewasiatkan,
“ Barangsiapa yang mengerti tentang zamannya, tak akan dikejutkan oleh
serbuan segala yang membingungkannya.” Melihat kontek sekarang memang
segala bentuk organisasi harus di kelola dengan professional sesuai dengan
zamanya dan konteks yang dibutuhkan oleh masyarakat dewasa ini. Salah satu ciri
orang modern ialah mereka selalu berupaya menyelesaikan masalah produktivitas
dengan cara bekerjasama dengan orang lain dalam sebuah organisasi. Organisasi
dipandang sebagai sarana atau wadah yang dapat mengantarkan kepada tujuan
secara lebih efektif dan efesien. Oleh karena itu, yang terpenting bagi
seseorang ketika merambah bidang organisasi, yakni organisasi dan manajemen (A.Bahrun
Rifa’i dan Moch. Fakhruroji, 2005 : 105-106).
Salasatu
masjid yang ada di Indonesia adalah Masjid Raya Bandung, yang tepatnya terletak
di Jl. Dalem Kaum No. 14 Bandung. Sebagai
salah satu media dakwah, Masjid Raya Bandung ini memiliki visi sebagai pusat
pembinaan umat di bidang ibadah, social, pendidikan dan budaya dalam mendukung
terwujudnya jawa barat yang mandiri, dinamis dan sejahtera. Ini merupakan
masjid yang secara bangunan merupakan bentuk syiar islam serta berusaha memberikan
pelayanan yang prima kepada semua jamaah dengan manajemen yang professional,
seperti yang kita lihat sekarang Masjid Raya Bandung begitu megah dengan adanya
dua menara yang tingginya 81m. di masjid
ini juga menjadi pusat kegiatan kegiatan keagamaan, seperti zikir bersama,doa
bersama, istigotsah kubro dan peringatan peringatan hari hari besar dalam
islam. Melihat tujuan dan fungsi masjid diatas maka masih sangat ironis pada
kenyataanya dengan tujuan masjid yang sangat indah, karena masjid besar seperti
Masjid Raya Bandung itu masih kurang baik dari sisi manajemenya, peran
manajemen masjid yang harusnya berperan sentral dan menjadi pusat peraturan
bagi seluruh hal yang ada di dalam masjid ataupun di sekitarnya, ini malah
justru manajemen masjid tidak bisa berbuat banyak, pihak manajemen masjid yang
harusnya memegang tiga fungsi penting dalam masjid yaitu dari sisi imarah,
idarah, dan riayah, hal ini malah justru pihak DKM masjid tidak mengetahui
mengenai ketertiban, tempat wc umum, bahkan mengenai proses pembangunan pun
pihak DKM masjid kurang berperan, hal ini sangat ironis apabila di kaji dari
sisi manajemen yang seharusnya menjadi pondasi dan sandaran bagi semua pihak.
Yang masjid ketahui sejauh ini hanya dari sisi imarahnya atau kegiatan kegiatan saja, sedangkan untuk idarah
dan riayah pihak masjid tidak berhak .
Dengan
memperhatikan hal tersebut di atas, tentu saja berkaitan erat dengan manajemen
yang dilaksanakan oleh pengurus masjid Raya Bandung, terutama dalam segi
pengorganisasiannya. Jika ditinjau dari sudut pandang manajemen,
pengorganisasian merupakan langkah lebih lanjut setelah perencanaan tersusun
dengan baik. Ia merupakan suatu upaya untuk mempertimbangkan susunan
organisasi, pembagian pekerjaan, prosedur pelaksanaan, pembagian tanggung jawab
dan lain-lain (Aep Kusnawan dan Aep Sy.Firdaus,2009 : 99). Dalam
pengorganisasian inilah terdapat sebuah proses pengelompokan orang-orang dalam
sebuah kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan sebuah organisasi serta penugasan
setiap kelompok agar mampu mencapai sasaran yang telah direncanakan sebelumnya
dan mampu menghindari suatu kegagalan. Selain itu, organisasi memiliki dua
aspek penting. Pertmana, struktur organisasi, yaitu susunan
komponen-komponen (unit kerja) dalam organisasi. Ia menunjukan adanya pembagian
kerja dan menunjukan bagaimana fungsi-fungsi kegiatan yang berbeda tersebut
diintegrasikan (koordinasi). Pada organisasi juga menunjukan adanya
spesialisasi pekerjaan, dan penyampaian laporan pertanggungjawaban. Dalam
struktur organisasi ada pengelompokan orang secara formal juga ada gambar bagan
organisasi. Kedua, aspek peri laku. Karena organisasi diisi oleh
sejumlah orang maka terjadi proses prilaku. Proses prilaku tersebut, antara
lain : komunikasi, pengambilan keputusan, motivasi dan kepemimpinan(Aep
Kusnawan dan Aep Sy.Firdaus, 2009 : 99).
Dari
pengamatan awal yang peneliti lakukan, bahwa pengorganisasian yang dijalankan
masjid Raya Bandung untuk memakmurkan masjid yaitu dengan cara menyusun unit
kerja dalam organisasinya secara professional serta menjalin komunikasi,
kerjasama yang baik antara satu pengurus dengan pengurus lainya. Selain hal di atas
pihak manajemen juga melakukan kegiatan kegiatan dakwah seperti pengajian
pengajian rutin mingguan, pertemuan majelis ta’lim dan lain sebagainya.
Hal
itu menjadi salah satu cara yang dapat
dilakukan oleh pihak manajemen masjid untuk memakmurkan fungsi masjid sebagai
pusat pembinaan umat, dibidang ibadah, social, pendidikan dan budaya dalam
mendukung terwujudnya jawa barat yang mandiri, dinamis, dan sejahtera.
Dari
pemaparan di atas, peneliti merasa tertarik ingin mengetahui lebih mendalam
tentang Bagaimana pengaruh manajemen masjid terhadap kemakmuram masjid Raya
Bandung, dan pengaruhnya terhadap kemakmuran masjid Raya Bandung. Ketertarikan
peneliti ini kemudian dituangkan dalam sebuah penelitian yang mudah-mudahan
dapat mencari aspek-aspek terpenting dalam proses pengorganisasian yang
dilaksanakan oleh para pengurus masjid Raya Bandung, sehingga menjadikan kemakmuran yang menyeluruh bagi masjid Raya
Bandung.Download file
BAB I
BAB II
filenya ga bisa d download :( i need