Pengurusan Jenazah



BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Dilakukan pembahasan pada bab ini adalah agar kita tahu dan mengerti bagaimana cara memandikan jenazah, mengkafani, dan tentang perlakuan terhadap jenazah yang benar. Sehingga tak ada kesalah Pahaman tentang hal itu.
Rasuluallah Shallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Siapa yang menyaksikan jenazah dan ikut menshalatinya, dia mendapat (pahala) satu qirat. Siapa yang menyaksikan-nya sampai dikuburkan, dia mendapat pahala dua qirat. Rasuluallah Shallahu 'alaihi wa sallam di tanya, Apakah qirat itu? Rasuluallah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : “Seperti dua buah gunung yang besar”.
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang kaifat atau tata cara shalat jenazah, maka perlu kita pahami bersama terlebih dahulu bahwa sebelum jenazah di shalatkan, kondisi jenazah harus sudah disucikan dan dikafani. Untuk mengupas berbagai hal yang perlu diketahui sebelum jenazah tersebut, maka pembahasan ini kita mulai sebelum ajal menjemput sampai ta'ziyah.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah sebagai berikut :
Pengertian dari jenazah, hal-hal yang disunatkan dikala dekatnya ajal seseorang, hal-hal yang harus dilakukan terhadap orang mati, kewajiban yang berhubungan dengan mayat dan apa pengertian ta'ziyah.




1
 

BAB II
PEMBAHASAN


A.     Jenazah
            Jenazah berasal dari bahasa Arab, jenazah dan jenazah yang berarti mayat dan dapat pula berarti usungan beserta mayatnya. Jenazah dapat disebut juga yang telah meninggal dunia. Seorang muslim yang telah meninggal dunia harus segera diselesaikan pengurusannya.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu. Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya. (QS. Al-A'raf :34)
            Makna dari ayat diatas adalah kematian itu tidak bisa ditebak oleh manusia, karena kematian itu adalah rahasia Allah.

B.    Hal-Hal Yang Disunatkan Dikala Dekatnya Ajal Seseorang
1.      Talqin
ãóäú ßóÇäó ÃóÎööÑó ßóáÇó ãöåö áÇóÇöáóåó ÇöáÇøó Çááåõ óÏóÎóáó ÇáÌóäøóÉó (ÑæÇå ÇÈæÏÇæÏæÇáÍÇßã)
Artinya :
"Siapa-siapa yang diucapkan terakhirnya berbunyi laa ilaha illalah" Pastilah ia masuk surga (HR. Abu Daud dan Hakim)
2.      Menghadap kiblat dalam keadaan berbaring pada sisi badan yang kanan. Sesuai dengan hadist Rasuluallah
Ãóäú ÝóÇØöãóÉó ÈöäúÊõ ÇáäøóÈöìøó ÕóáóÚóãú ÚöäúÏó ãóæúÊöåóÇ ÅöÓúÊóÞúÈóáóÊú ÇóáúÞöÈúáóÉó Ëõãøó ÊóæóÓøóÏóÊú íóãöíúäóåóÇ (ÑæÇå ÇÍãÏ)

Artinya :
"Bahwa ketika menemui ajalnya Fatimah binti Rasuluallah menghadapkan wajahnya ke arah kiblat kemudian meletakkan bagian kanan tubuhnya di sebelah bawah (HR. Ahmad). (Syaikh Kamil, 2009:217)
3.      Membacakan Surat Yasin
ÅöÐóÞõÑöÆóÊú íóÓó ÚöäúÏó ÇóáúãóæúÊö ÎõÝøöÝó ÈöåóÇ (ÑæÇå ÇáÏíáãí)
Artinya :
Apabila surat Yasin dibacakan disisi orang yang akan meninggal dunia, akan dirigankan proses kematian tersebut (Syaikh Kamil, 2009:218)

C.    Hal-hal Yang Harus Dilakukan Terhadap Orang Mati
1.      Matanya dipejamkan, menyebut yang baik-baik dan memintakan ampun atas dosanya.
2.      Seluruh badannya hendaklah  di tutup dengan kain, hal ini dilakukan sebagai penghormatan kepadanya.
3.      Ahli mayat yang mampu, hendaklah membayar hutang si mayat jika dia berutang, baik dari harta peninggalannya ataupun dari pertolongan keluarganya.

D.    Kewajiban Yang Berhubungan Dengan Mayat
1.      Memandikan Mayat
a.       Hukum memandikan mayat
Hukum memandikan mayat adalah fardu kifayah artinya bila sudah dilakukan oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
b.      Mayat yang wajib dimandikan dan yang tidak wajib
a)      Mayat yang wajib dimandikan adalah mayat muslim yang tidak tewas dalam peperangan di tangan orang kafir, dan masih ada badan walau sedikit
b)     Mayat tidak wajib dimandikan adalah mayat orang mati syahid, yang tewas dalam peperangan di tangan orang-orang kafir
c.      Cara memandikan mayat
a)      Sebaiknya mayat dimandikan di tempat yang tinggi seperti ranjang
b)     Pakaian diganti dengan kain basahan
c)     Hilangkan najis di seluruh badannya
d)     Siram secara merata keseluruh tubuhnya sebanyak 1 kali untuk menghilangkan kewajibannya, dan boleh dengan berkali-kali dalam hitungan ganjil.
e)     Dudukan mayat dan sandarkan pada sesuatu, lalu usap perutnya dan tekan sedikit agar kotorannya keluar, dan diikuti dengan air/wangi-wangian agar menghilangkan bau kotoran yang keluar, lalu mayat ditelanjangkan kembali dan dicebokkan dengan tangan kiri yang memakai sarung tangan
f)      Dengan menggunakan sarung tangan yang bersih lalu anak jari kiri dimasukkan kemulutnya, di gosok giginya dan bersihkan mulutnya.
g)     Basuh rambut dan jenggotnya, serta sisir perlahan dan rambut yang tercabut hendaklah dicampurkan kembali ketika mengatarnya
h)     Basuh bagian/anggota wudu' seperti mau shalat
d.      Yang berhak memandikan mayat
Jika mayat laki-laki hendaklah laki-laki pula yang memandikan dan perempuan tidak boleh memandikan mayat laki-laki kecuali istri dan muhrimnya dan begitu pula sebaliknya. Dan jika suami/istri dan mahromnya sama-sama ada suami/istri telah berhak memandikannya. (Sulaiman Rasyid, 2009:165)
2.      Mengafani Mayat
a.       Hukumnya
Mengafani mayat dengan apa saja yang dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain, hukumnya adalah fardhu kifayah
b.      Hal-hal yang diutamakan
a)      Hendaklah bagus, bersih dan menutupi seluruh tubuh
b)     Hendaklah putih warnanya, berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud dari Ibnu Abbas :
ÅöáúúÈóÓõæúÇãöäú ËöíóÇÈößõãú ÇáúÈöíÖó ÝóÃúäøóåóÇãäú ÎóíúÑö ËóíóÇ Èößõãú æóßóÝøöäõæúÇÝöíóåóÇ ãóæúÊóÇßõãú
Artinya :
"Pakailah diantara pakaian-pakaian yang putih warnanya karena itu merupakan pakaianmu yang terbaik dan kapanilah dengan itu jenazah-jenazahmu"
c)     Hendaklah di usap dengan kemenyan dan wangi-wangian
d)     Bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedangkan bagi wanita lima lapis
c.      Cara Mengafani mayat
Dihamparkan sehelai-sehelai dan di atas tiap-tiap lapis itu ditaburkan wangi-wangian seperti kapur barus dan sebagainya lalu mayat diletakkan di atasnya
Mayat perempuan sebaiknya di kafani dengan 5 lembar kain, yaitu basahan (kain bawah), baju tutup kepala, kerudung dan kain yang menutupi seluruh badanya.
Cara mengafaninya yaitu mula-mula dipakaikan kain basahan ,baju, tutup kepala lalu kerudung kemudian dimasukkan ke dalam kain yang meliputi seluruh badannya, kecuali orang yang mati ketika dalam sedang ihram haji atau umrah ia tidak boleh diberi harum-haruman dan jangan pula di tutup kepalanya.
3.      Mensholatkan Mayat
a.       Syarat-syarat shalat Jenazah
1.      Shalat jenazah halnya dengan shalat yang  lain yakni harus menutup aurat suci serta menghadap kiblat
2.      Mayat sudah dimandikan dan dikafani
3.      Letak mayit sebelah kiblat orang yang menyalatinya
b.      Rukun dan cara mengerjakan shalat jenazah
Shalat jenazah tidak dengan rukuk dan sujud serta tidak dengan azan dan iqamat. Setelah berdiri sebagaimana mestinya akan mengerjakan shalat maka :
1.      Niat menyengaja melakukan shalat atas mayit dengan empat takbir menghadap kiblat karena Allah
ÇõÕóáøö Úóáóì åóÐó ÇáúãóíøöÊö åóÐöåö ÇáúãóíøöÊóÉö ÇóÑúÈóÚó ÊóßúÈöÑóÇÊò ÝóÑúÖó ÇáúßöÝóÇÊöåö ãóÃúãõæúãð áöáøóåö ÊóÚóáóì
Artinya : "Aku niat shalat atas mayit ini empat takbir fardhu kifayah karena Allah "
2.      Setelah takbiratul ihram bersamaan dengan niat sambil meletakkan tangan di atas tangan kiri di atas perut kemudian membaca surat Fatiha
3.      Setelah takbir kedua, terus membaca shalawat atas nabi
4.      Setelah takbir kemudian membaca fdoa
ÇÇóááøóåõãøó ÇÛúÝöÑúáóåõ (áóåóÇ) æóÑúÇÍóãúåõ (åóÇ) æóÚóÇÝöåö (åóÇ) æóÚúÝõ Úóäúåõ (åóÇ) ......ÇáÎ
5.      Setelah takbir keempat membaca doa sebagai berikut :
Çóááøóåõãú áÇóÊóÍúÑöãúäóÇ ÇóÌúÑóåõ (åóÇ) æóáÇóÊóÝúÊöäøóÇ ÈóÚúÏóåõ ( åóÇ) æóÇúÛöÝöÑúáóäóÇ æóáóåõ (åóÇ)
6.      Kemudian memberikan salam sambil memalingkan muka ke kanan dan ke kiri
ÇÇáÓáÇã Úáíßã æÑÌãÉ Çááå æÑÈÑßÇÊå
c.      Beberapa syarat shalat mayat
1.      Mengangkat tangan pada waktu mengucapkan takbir (takbir 4x)
2.      Isra (merendahkan suara bacaan )
3.      Membaca a'uzubillah
d.      Posisi imam dalam shalat jenazah
Dalam shalat jenazah, seseorang imam Disunatkan berdiri tepat dihadapan kepala jenazah jika jenazah itu laki-laki. Sedangkan apabila jenazah itu wanita maka Disunatkan berdiri di tengah-tengah jenazah bagian dada. (Moh. Rifa'i, 2007: 73-34)
4.      Menguburkan Mayat
Memakamkan jenazah itu boleh dilakukan kapan saja, baik siang maupun malam. Akan tetapi menurut syariat memakamkan jenazah pada malam hari itu di makruhkan. Hal ini didasarkan pada hadist :
áÇó ÊóÏúÝõäõæúÇ ãóæú ÊóÇßõúãú ÈöÇááøóíúáö ÅöáÇøó Ãóäú ÊóÖúØóÑøõæúÇ (ÑæÇå ÇÈä ãÇÌå)
Artinya :
"Janganlah kalian memakamkan jenazah pada malam hari kecuali jika terpaksa".(HR. Ibn Majah). (Syaikh Kamil, 2009:233-234)
Hukum memakamkan jenazah adalah fardhu kifayah atas yang hidup. Dalamnya kuburan sekurang-kurangnya kira-kira tidak tercium bau busuk mayat itu dari atas kuburan dan tidak dapat di bongkar oleh binatang buas, dan hal ini diperkirakan setinggi nya orang yang telah dewasa.
Sesampainya mayat di kuburan, kepalanya hendaklah di letakkan di sisi kuburan, lalu di angkat ke dalam lahat lubang tengah dimiringkan ke sebelah kanan, di hadapan ke kiblat. Ketika meletakkan mayat ke dalam kubur di sunatkan membaca
ÈöÓúãö Çááåö æóÚóáóì ãöáøóÉö ÑöÓõæúáö Çááåö (ÑæÇå ÇáÊÑãíÐì æÇÈæÏÇæÏ)

Artinya :
"Dengan nama Allah dan atas Agama Rasuluallah" (HR. Turmidzi dan Abu Daud). (Sulaiman Rasyid, 2009:182)
a.       Beberapa sunat yang bersangkutan dengan kubur
1.      Kuburan sunah di tinggikan kira sejengkal dari tanah biasa agar dapat dikenali
2.      Kuburan lebih baik didatarkan dari pada munjungkan
3.      Menandai kuburan dengan batu atau yang lainnya di sebelah kepalanya
4.      Meletakkan krikil di atas kuburan
5.      Sesudah menguburkannya, orang yang mengantarkannya di sunankan untuk mendoakannya
b.      Larangan yang bersangkutan dengan kuburan
1.      Menembak kuburan
2.      Duduk di atasnya
3.      Membuat rumah di atasnya
4.      Membuat tulisan-tulisan di atasnya
5.      Membuat perkuburan menjadi masjid/yang lainnya

E.     Ta'ziyah
Ta'ziyah asal katanya ialah 'iza' artinya sabar, maka Ta'ziyah artinya menyabarkan dan menghibur orang yang di timpa musibah dengan menyebutkan hal-hal yang dapat menghapus duka dan meringankan penderitaannya. Hukum Ta'ziyah adalah sunat. Berdasarkan hadist
ãóÇãöäú ãõæúãöäò íõÚúÒøöì ÃóÎóÇåõ ÈöãõÕöíúÉò ÇöáÇøó ßóÓóÇåõ Çááåõ ÚóÒøó æóÌóáøó ãöäú Íõáóáö ÇáúßóÑóÇãöÉö íóæúãó áúÞöíóÇãöÉ ( ÑæÇå ÇÈä ãÇÌÇ æÇáÈíåÞì)
Artinya :
"Tidak seorang mu'min pun yang datang berta'ziyah kepada saudaranya yang ditimpa musibah, kecuali akan diberikan pakaian kebesaran oleh Allah SWT pada hari kiamat".
Ta'ziyah sebaiknya hanya satu kali baik sebelum dikuburkan maupun sesudahnya sampai 3 hari, kecuali yang berkunjung/di kunjungi itu sedang berpergian maka tidak apa-apa dilakukan setelah lewatnya waktu tersebut. (Sayyid sabiq, 1988:174)

BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Penyelenggaraan jenazah merupakan fardu kifayah, artinya apabila ada bagian diantara mereka sudah mengerjakan kewajiban itu maka gugurlah kewajiban itu, tetapi bila tidak ada seorang pun yang mengerjakan kewajiban maka berdosalah semua orang yang ada di sekitarnya. Kita berbuat baik atau menghormati bukan hanya terhadap orang yang masih hidup, tetapi terhadap orang yang sudah meninggal, yaitu dengan cara memandikan, mengkafani dan menguburkan adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan dengan baik dan benar.

B.    Saran Dan Kritik
Dari makalah yang kami bahas di atas mungkin banyak sekali terhadap kesalahan dan kekurangan baik itu di segi tulisan, kalimat dan bahasa. Oleh sebab itu mohon kritikan dan sarannya yang bersifat membangun agar pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi.



DAFTAR PUSTAKA

Rifa'i, Moh, Tuntunan Shalat Lengkap, (Semarang : Taha Putra, 2007)
Rasyid, Sulaiman, Fiqh Islam, (Bandung : Sinar Baru Algensido, 2009)
Uwaidah, Syaikh Kamil Muhammad, (Jakarta Timur : Pustaka Al-kautsar, 2009)
Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, (Bandung: PT Al-ma'arit, 1988)



KATA PENGANTAR


Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang atas berkah dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan tugas yang diberikan kepada penulis. Tak lupa juga shalawat beriring salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing kami dari akan kebodohan menuju dunia pendidikan seperti saat ini.
Penulis menyadari bahwasanya di dalam makalah ini banyak terdapat kekurangan baik dari segi bahasa dan penulisan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi penyempurnaan tugas berikutnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembaca dan penulis juga berharap kalau makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.




     Bandung, 27 April 2011




Penulis
ii
 

DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL.......................................................................................          i
KATA PENGANTAR.....................................................................................          ii
DAFTAR ISI....................................................................................................          iii

BAB I PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang.......................................................................................          1
  2. Rumusan Masalah ..................................................................................          1

BAB II PEMBAHASAN
  1. Hal-hal yang Disunatkan dikala dekatnya ajal seseorang..........................          2
  2. Hal-hal yang harus dilakukan terhadap orang mati....................................          3
  3. Kewajiban yang berhubungan dengan mayat............................................          3
  4. Ta'ziyah..................................................................................................          9

BAB III PENUTUP
  1. Kesimpulan ...........................................................................................          10
  2. Saran Dan Kritik....................................................................................          10

DAFTAR PUSTAKA











iii
 


0 komentar:

Posting Komentar