A.
Dari Segi Potensi Fitrah Dan Hanif
·
Q.S. Ar-rum: 30
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاÈ 4 فِطْرَتَ اللهِ الَّتِى فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْها| 4 لا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللهِ 4 ذَلِكَ الَّدِيْنُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أكْثَرَ النَّاِس لا يَعْلَمُوْنَ
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus
kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama
yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”[1]
[1] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan
Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid.
kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka
tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
a.
Tafsir Ibnu Katsir
Allah
SWT berfirman : luruskalah wajahmu dan senantiasa tetaplah kamu di dalam
agamamu, yaitu agama ibrahim yang hanif (suci), agama yang ditunjukan Allah
kepadamu, serta di sempurnakannya bagimu dengan sesempurna mungkin dan tetap
teguhlah kamu di dalam fitrah yang baik. Karena sesungguhnya Allah SWT telah
menciptaka manusia dengan fitrah yang baik dan dalam keadaan memiliki potensi
untuk mengetahui-Nya, mengesakan-Nya, dan mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah SWT. Hal ini dikemukakan dalam Q.S. Al-araf: 172,
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي
ءَادَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَتَهُمْ وَأَشْهَدُهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ
بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوْا بَلَى ۘ شَهِدْنَا
ۘ أَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيَمَةِ إِنََّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَفِلِيْنَ
"Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu
mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini
Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi
saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Dalam
sebuah hadits dikatakan,” Aku telah menciptakan hamba-hambaku dalam keadaan hanif
(suci) kemudian setan telah menggelicirkan mereka dari agama mereka.”
Hadits
diatas meneragkan bahwa Allah menciptakan mahluk-Nya (manusia) atas dasar
Islam, kemudian sebagian mereka memeluk Yahudi, Nasrani, dan Majusi.
Firman Allah Ta’ala “tidak ada
perubahan pada fitrah Allah.” Yaitu menjelaskan bahwa tidak ada perubahan atas
dinul islam yang menjadi landasan penciptaan manusia.
Karena
setiap diri dilahirkan dalam keadaan fitrah sehingga lisannya menyimpang dari
fitrah itu, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan Yahudi dan Nasrani. (HR
Riwayat Ahmad).
Imam
Ahmad meriwayatkan bahwa al-aswad bin Sa’I at-Taimi berkata,
“ Aku menjumpai
Rasulullah SAW, lalu aku berperang bersama beliau. Aku pun mendapat kemenangan
pada saat itu orang-orang pergi berperang lalu mereka membunuh anak-anak
kejadian ini sampai kepada Rasulullah
SAW. Maka beliau bersabda, mengapa orang-orang itu melampaui batas hingga
membunuh anak-anak? Seseorang berkata, wahai Rasulullah, bukankah anak-anak itu
adalah anak kaum musrik? Beliau bersabda, bukan begitu. Orang-orang yang
baik-baik diantara kamipun semula merupakan anak kaum musrik. Kemudian beliau
memerintahkan, jangan membunuh anak-anak! Jangan membunuh anak-anak! Setiap
diri dilahirkan dalam keadaan fitrah sehingga lisannnya menyimpang dari fitrah
itu, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi dan Nasroni”(HR
Riwayat Ahmad)
Firman Allah Ta’ala itulah agama
yang lurus. Berpegang teguh kepada Syari’at dan Fitrah yang selamat merupakan
agama yang teguh dan lurus. Namun, kebanyakan manusia tidak mengetahui agama
itu. Penggalan ini seperti firman Allah Ta’ala, dan mayoritas manusia tidaklah
beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya.
Firman
Allah Ta’ala, sedang mereka akan kembali
bertobat kepada-Nya. Bertakwalah kepada-Nya, takutlah dan tetaplah merasa
diawasi oleh-Nya, diriklanlah solat yang merupakan wujud keta’atan yang besar,
dan janganlah kamu termasuk orang-orang musrik, namun Esakanlah dia,
murnikanlah penghambaan hanya kepada-Nya, dan janganlah kamu tujukan kecuali
untuk-Nya.
Ibnu
Jarir meriwayatkan dari Yazid bin Abi Maryam, dia berkata, Umar bin Khotob
bertemu dengan Mu’adz bin Zabal. Umar berkata kepadanya, apa yang dapat mengokohkan umat ini? Mu’adz menjawab,
ada tiga perkara dan ia pun merupakan penyelamat keikhlasan yang berarti fitrah
seperti yang terdapat dalam firman Alllah, fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia diatas fitrah itu, solat yang
berarti agama dan keta’atan yang berarti pemeliharaan diri. Umar
berkata, “Anda benar”.
Firman
Allah Ta’ala, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka
menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang
yang ada pada golongan mereka. “janganlah kamu menjadi seperti kaum musyrik
yang memecah belah agamanya, sedang merekapun terdiri atas bebeapa golongan.
Mereka mengganti dan mengubah agama, beriman kepada sebagiannya, dan kafir
kepada sebagian yang lain. Maka jadilah mereka beberapa golongan dan firqah. Umat semacam ini berselisih mengenai
persoalan yang ada diantara mereka. Sesungguhnya umat Muhammad ini pun
berselisih sehingga menjadi aliran-aliran yang semuanya sesat kecuali satu,
yaitu aliran ahlus-sunnah waljamaah yang memegang teguh agama Allah dan sunnah
Rasul-Nya serta memegang tradisi yang dianut oleh para sahabat, tabi’in, dan
para imam kaum muslim baik yang dahulu maupun yang kemudian. Hal ini
sebagaimana di riwayatkan oleh al-Hakim dalam mustadrak-nya. Dikatakan,
“Nabi saw. Ditanya ihwal golongan yang akan
selamat dari sekian golongan yang ada. Beliau bersabda, “golongan yang memegang
sunnahku pada sat ini dan tradisi para sahabatku.”
Firman Allah Ta’ala itulah agama
yang lurus. Berpegang teguh pada syari’at dan fitrah yang selamat merupakan
agama yang teguh da lurus. Namun, kebanyakan manusia tidak mengetahui agama
itu. Penggalan ini seperti Firman Allah Ta’ala, dan mayoritas manusia tidaklah
beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya.
b.
Tafsir Al-Maroghi
Tafsiran kata-kata
أَقِمْ: berasal dari
kalimat, aqamal uda waqamawahu, yakni bila dia meluruskan kayu itu berarti dia telah meluruskan dan melapangkan
kayu itu. Sedangkan makna yang dimaksud disini yaitu menerima agama islam dan
teguh didalam memegangnya.
حَنِيْفًا : berasal dari lafadz
al hanif yang artinya Allah dapat diselidiki dalam diri manusia yaitu mau
menerima kebenaran dan persiapan untuk melakukannya.
خَلْقِ اللهِ : yang dimaksud yaitu
fitrah yang baik yaitu manusia diciptakan dengan fitrah yang baik.
الْقَيِّمُ : lurus yang tidak
ada kebengkokan da tidak ada penyimpangan.
Munibina
ilaihi: kembali kepadanya dengan bertobat dan memurnikan amal perbuatan
demi untuk nya. Ia di ambil dari perkataan mereka (orang-orang arab). Naba
naubatan, nauban, yakni bila seseorang kembali dari suatu waktu kewaktu
yang lainnya.
Wattaqahu:
takutah kalian kepada Allah SWT.
Farraqu
dinahum: mereka berselisih mengenai apa yang mereka sembah sesuai dengan
perbedaan keinginan hawa nafsu mereka.
Syiy’an:
berbagai macam golongan, masing-masing golongan mempunyai Imamnya sendiri yang
telah mempersiapkan segala sesuatu bagi agamanya dan menetapkannya serta
meletakkan pokok-pokoknya.
*Pengetian Umum
Sesudah
Allah SWT bukti – bukti dan dalil-dalil yang menujukan kesaanNya, dan sesudah
dia menetapkan adanya hari perhimpunan lalu dia membuat perumpamaan untuk itu
dan setelah dia menghibur RasulNya Serta memantapkan tekadnya supaya jangan
berputusasa disebabkan mereka tidak mau beriman, sesungguhnya Allah SWT telah mengunci hati mereka, sehinga mereka
tidak mempunya jalan lain yang dapat menyelamatkan mereka dari apa yang mereka
lakukan, dan tidak ada seorangpn yang dapat mengangkat mereka dari hal itu
tersebut, dia, maupun orang lain.
*Penjelasan
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ
حَنِيْفًا
Maka
arahkanlah wajah mu dengan lurus menuju arah yang telah ditentukan oleh Tuhan
mu demi taat kepadanya, yaitu arah agama yang lurus dan agama yang fitrah dan
berpalinglah kamu darikesesatan untuk menuju kepada petunjuk.
فِطْرَتَ
اللهِ الَّتِي فََطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
Tetaplah
kalian semua pada fitrah yang telah di ciptakan oleh Allah dalam diri manusia,
karena sesungguhnya dia menjadikan dalam diri mereka fitrah yang selalu
cenderung kepada ajaran tauhid dan meyakinkanya. Hal ini karena ajaran tauhid
itu sesuai dengan apa yang ditunjukan oleh akal yang membimbing kepada
pemikiranya yang sehat.
Sebagaimana
telah disebutkan dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam
Muslim :
“
setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, hingga ibu bapaknyalah yang
menjadikanya sebagai orang yahudi atau nasrani atau majusi sbagaimana halnya
hewan yang melahirkan anaknya, tentu dalam keadaan utuh, maka apakah merasakan
adanya cacat pada tubuhnya?
Selanjutnya
Allah SWT mengemukakan alasan tentang
wajib mengerjakan perintahnya melalui
firman berikut ini:
لا
تَبْدِ يْلَ لِخَلْقِ اللهِ
Tidak
layak fitrah Allah diganti atau dirubah ini adalah kalimat berita yang
memgandung perintah, jadi se olah-olah dikatakan ‘Janganlah kalian mengganti
agama Allah dengan kemusrikannya.
Penjelasannya,
bahwa akal manusia itu seakan akan lembaran yag putih beraih dan siap untuk
menerima tulisan yang akan di tuangkan ke atasnya, dan ia seperti lahan yang
dapat menerima semua yang di tanamkan kepadanya. Ia dapat menumbuhkan hanjal
(yang buahnya sangat pait) sebagaimana iapun dapat menumbuhkan berbagai macam
pohon-pohon yang berbuah dan ia dapat menumbuhkan obat dan racun.
ذَلِكَ
الدِّيْنُ الْقَيِّمُ
Hal
yang aku perintahkan kepada kalian itu yaitu ajaran tauhid, ia adalah agama
yang hak tiada kebengkokan dan tiada pula penyimpangan di dalam nya.
وَلَكِنَّ
أَكْثَرَ النَّاِس لا يَعْلَمُوْنَ
Akan
tetepi kebanyakan tidak mengetahui, demikian itu karena mereka tidak mau
mnggunakan akalnya guna memikirkan bukti-bukti yang jelas yang menunjukan
kepada ketauhidan ini. Seandainya mereka mengetahui hal tersebut dengan sebenar benarnya niscaya mereka akan
mengikutinya, dan mereka tidak akan menghalang-halangi manusia yang menyerap
nurnya. Dan pasti mereka tidak akan menurunkan menghalang penghalang yang
menghambat masuknya sinar ketauhidan kepada diri manusia.
c.
Tafsir Al-Misbah
Setelah ayat-ayat yang
lalu menguraikan banyak bukti, serta setelah menganekaragamkan penjelasan,
sehingga tidak ada lagi dalih yang dapat dikemukakan oleh para pembangkang,
kini melalui ayat di atas Alllah mengarahkan kalam-Nya kepada Nabi Muhammad
saw. Dalam kedudukan beiau sebagai pemimpin ummat agar beliau bersama semua
umat beliau mencamkan perintah Allah berikut ini. Ayat di atas bagaikan
menyatakan: “setelah jelas bagimu-wahai Nabi-duduk persoalan,maka
pertahankanlah apa yang selama ini telah engkau lakukan, hadapkanlah wajahmu
serta arahkan semua perhatianmu, kepada agama yang disyari’atkan Allah yaitu
agama islam dalam keadaan lurus. Tetaplah mempertahankan fitrah itu. Tidak ada
perubahan pada ciptaan yakni fitrah manusia.
فَأَقِمْ
وَجْهَكَ :hadapkanlah wajahmu, Kata yang
dimaksud adalah perintah untuk mempertahankan dan meningkatkan upaya mendekatkan
diri kepada Allah secara sempurna, karena selama ini kaum Muslimin apalagi Nabi
Muhammad SAW telah menghadapkan wajahnya kepada tuntuna agamanya. Dari perintah
diatas tersirat pula perintah utuk tidak menghiraukan gangguan kaum musrikin,
yang ketika turunnya ayat ini di makkah masih cukup banyak, dan makna tersirat
ini dipahami dari redaksi ayat diatas yag memerintahkan menghadapkan wajah.
Seorang yang di perintahkan menghadapkan wajah kearah tertentu pada hakikatnya
diminta untuk menoleh kekiri dan ke kana, apalagi memperhatikan apa yang
terjadi di balik arah yang semestinya dia tuju.
Kata حَنِيْفًا biasa diartikan lurus atau cenderung
kepada sesuatu. Kata ini pada mulanya digunakan untuk menggambarkan telapak
kaki dan kemiringannya kearah telapak pasangannya. Yang kanan condong kearah
kiri, dan yang kiri condong kearah kanan. Ini menjadikan manusia dapat berjalan
dengan lurus. Kelurusan itu, menjadika si pejalan tidak memoncong kekiri dan
tidak pula kekanan. Firman Allah Ta’ala itulah agama yang lurus. Berpegang
teguh kepada Syari’at dan Fitrah yang selamat merupakan agama yang teguh dan
lurus. Namun, kebanyakan manusia tidak mengetahui agama itu. Penggalan ini
seperti firman Allah Ta’ala, dan mayoritas manusia tidaklah beriman, walaupun
kamu sangat menginginkannya.
Kata فِطْرةَ terambil dari kata fathara yang berarti mencipta. Sementara
pakar menambahkan, bahwa fitrah adalah mencipta sesuatu pertama kali tanpa ada
cotoh sebelumnya. Dengan demikian kata tersebut dapat juga dipahami dalam arti
asal kejadian, atau bawaan sejak lahir.
Al biqa’i memahami
penggalan tersebut dari ayat ini yakni firmannya : لا تَبْدِيْلَ
لِخَلْقِ اللهِ dalam arti : tidak seorangpun yang dapat menjadikan seorang
anak pada awal tahap pertumbuhannya menyandang fitrah yang buruk, atau tidak
mengikuti apa yang di tuntunkan kepadanya serta tidak menyerahka diri kepada
siapa yang mendidiknya.
Kata ْقَيِّمُ
terambil dari kata قم rujukan antara lain
pada makna kata aqim pada awal ayat ini, kata qayim mengandung makna kemantapan
dan kekuata disamping pemeliharaan. Dengan demikian, penyebutan kata tersebut
sebagai sifat agama,mengandung makna kekukuhan dan kemantapan agama itu (islam)
serta kebersihan dan kesucianya dari segala macam kesalahan dan kebatilan. Ia
juga adalah agama yang terpelihara disisi allah yang terperihara disisi allah
SWT, sehingga ia akan langgeng selama-lamanya
Firmannya : أكْثَرَ النَّاِس لا يَعْلَمُوْنَ
/ tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,
dikemukakan sebagai jawaban atas pertanyaan yang boleh jadi muncul mengatakan :
kalau memang agama itu sifatnya qayim seperti di utarakan diatas. Maka mengapa
banyak orang tidak mempercayai atau mengamalkannya ? nah, pertanyaan tersebut
dijawab dengan penggalan akhir ayat diatas sebelum mengahiri fenafsiran ayat
ini, tidak ada salahnya penulis menambahkan bahwa sementara ulama menjadikan
firmannya لا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللهِ dan beberapa ayat lain sebagai dalil tentang larangan
melakukan perubahan terhadap ciptaan Allah, khususnya perubahab fisik manusia
maka memahami kata la pada ayat diatas dalam arti larangan.
Firman
Allah Ta’ala, sedang mereka akan kembali
bertobat kepada-Nya. Bertakwalah kepada-Nya, takutlah dan tetaplah merasa
diawasi oleh-Nya, diriklanlah solat yang merupakan wujud keta’atan yang besar,
dan janganlah kamu termasuk orang-orang musrik, namun Esakanlah dia,
murnikanlah penghambaan hanya kepada-Nya, dan janganlah kamu tujukan kecuali
untuk-Nya.
Al-aswad
bin Sa’I at-Taimi berkata,
“ Aku menjumpai
Rasulullah SAW, lalu aku berperang bersama beliau. Aku pun mendapat kemenangan
pada saat itu orang-orang pergi berperang lalu mereka membunuh anak-anak
kejadian ini sampai kepada Rasulullah
SAW. Maka beliau bersabda, mengapa orang-orang itu melampaui batas hingga
membunuh anak-anak? Seseorang berkata, wahai Rasulullah, bukankah anak-anak itu
adalah anak kaum musrik? Beliau bersabda, bukan begitu. Orang-orang yang baik-baik
diantara kamipun semula merupakan anak kaum musrik. Kemudian beliau
memerintahkan, jangan membunuh anak-anak! Jangan membunuh anak-anak! Setiap
diri dilahirkan dalam keadaan fitrah sehingga lisannnya menyimpang dari fitrah
itu, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi dan Nasroni”(HR
Riwayat Ahmad)
·
NALISIS Q.S. AR-RUM: 30
Dalam
Q.S. Ar-rum:30 diterangkan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan suci dan
fitrah yang baik dan dalam keadaan memiliki potensi untuk mengetahui-Nya,
mengesakan-Nya, dan mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan juga dalam
agama yang baik yaitu dinul Islam. Agama yang lurus dan agama yang
diridhai Allah SWT, akan tetapi mereka tidak mengetahuinya sehingga banyak
manusia yang berpaling dari-Nya.
Dalam
sebuah hadits dikatakan,” Aku telah menciptakan hamba-hambaku dalam keadaan
hanif (suci) kemudian setan telah menggelicirkan mereka dari agama mereka.”
Hadits
diatas meneragkan bahwa Allah menciptakan mahluk-Nya (manusia) atas dasar
Islam, kemudian sebagian mereka memeluk Yahudi, Nasrani, dan Majusi dan
perubahan agama itu disebabkan oleh kedua orang tuanya.
Dalam
Al-Quran banyak menerangkan tentang manusia, diantaranya tentang derajat
manusia, bahwa manusia derajatnya bisa lebih tinggi dari malaikat karena
manusia selain memiliki nafsu juga memiliki akal pikiran yang tidak dimiliki
oleh mahkluk lain yaitu binatang dan maliakat, itulah yang menyebabkan manusia
bisa mengungguli derajat para malaikat apabila akalnya dipergunakan untuk
kebaikan dan beribadah kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh.
Akan
tetapi selain itu derajat manusia bisa lebih rendah daripada setan dan iblis
apabila ia tidak mempergunakan akalnya dengan baik dan tidak dipakai untuk
mencari ilmu dan beribadah kepada Allah SWT. Juga ia hanya mengikuti nafsunya
yang dirasuki oleh iblis terkutuk. Seperti halnya di jaman sekarang ini banyak
orang yang tidak mempergunakan akalnya dan hanya mengikuti hawa nafsunya
semata, sehingga sekarang ini banyak terjadi kemaksiatan-kemaksiatan,
pembunuhan, perjudian, pemerkosaan, dan lain-lain. Bahkan ada anak yang tega
membunuh kedua orang tuanya atau sebaliknya orang tua yang membunuh anaknya.
Orang-orang
yang seperti itulah yang melupakan fitrahnya sebagai manusia yang dianugrahi
akal pikiran yang baik oleh Allah SWT. Dan agama yang lurus yaitu dinul islam.
Yang disebabkan oleh kedua orang tuanya.
Di
dalam al-Qur’an, berbagai bentuk kata fitrah itu banyak sekali, seperti yang
dijelaskan di atas, namun yang menjadi tinjauan atau yang banyak diperhatikan
dalam usaha mencari pengertian fitrah, yaitu pada QS. Ar-Rum (30): 30.
Yang
artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Al-Qur’an memberikan informasi tentang manusia
dengan bermacam warna diantaranya adalah manusia sebagai makhluk bumi satu dan makhluk terhormat. dua Dalam Al-Qur’an
pula manusia berulangkali diangkat derajatnya. Berulangkali pula direndahkan
derajatnya. Mereka dinobatkan jauh mengungguli alam surga, bumi dan bahkan para
malaikat. Tetapi pada saat yang sama mereka bisa tak lebih berarti dibandingkan
dengan setan terkutuk dan binatang jahannam. Manusia dihargai sebagai makhluk
yang mampu menaklukkan alam, namun bisa juga merosot menjadi yang paling rendah
dari segala yang paling rendah. Oleh karena itu, manusia sendirilah yang harus
menetapkan sikap dan menentukan nasib akhir mereka sendiri. Di dalam berbagai literatur yang membahas tentang manusia lebih
banyak tentang kedudukan manusia di alam semesta dan selalu bahasan itu
dihubungkan dengan konsep kekhalifahan, dan konsep ibadah sebagai bentuk
manifestasi tugas kekhalifahannya. Dalam al-Qur’an banyak istilah yang
digunakan untuk penyebutan manusia yang kesemuanya merujuk pada satu pengertian
tentang identifikasi manusia, akan tetapi istilah-istilah tersebut memiliki
maksud yang berbeda-beda. Adapun nama-nama yang dimaksud antara lain: al-insan,
al-nas, al-basyar, Bani Adam, ‘abd Allad, dan khalifah.
Potensi
manusia menurut konsep al-insan, diarahkan pada upaya mendorong manusia untuk
berkreasi dan berinovasi. Dari kreativitasnya itu manusia dapat menghasilkan
sejumlah kegiatan-kegiatan berupa pemikiran (ilmu pengetahuan). Kemudian
melalui kemampuan berinovasi manusia mampu merekayasa temuan-temuan baru dalam
berbagai bidang yang kemudian ia kembangkan menjadi ilmu pengetahuan baru.
Dengan demikian manusia menjadikan dirinya sebagai makhluk berbudaya dan
berperadaban.
Terkait
dengan potensi inovasi dan kreativitasnya, dari analisis kebahasaan kata insan
merujuk pada suatu pengertian adanya kaitan dengan sikap lahir dari adanya
kesadaran penalaran.
Bila
ditinjau dari aspek makna fitrah manusia itu cukup banyak macamnya. Disini
dikemukakan yang terpenting diantaranya, yaitu :
a.
Fitrah beragama, fitrah ini merupakan potensi bawaan yang mendorong manusia
untuk selalu pasrah, tunduk dan patuh kepada tuhan.
b.
Fitrah berakal budi, fitrah ini merupakan potensi bawaan yang mendorong manusia
untuk berfikir dan berdzikir dalam memahami tanda-tanda keagungan tuhan yang
ada di alam semesta.
c.
Fitrah kebersihan dan kesucian, fitrah ini mendorong manusia untuk selalu
komitmen terhadap kebersihan dan kesucian diri dan lingkungannya.
d.
Fitrah bermoral/berakhlak, fitrah ini mendorong manusia untuk komitmen terhadap
norma-norma aturan yang berlaku.
e.
Fitrah kebenaran, fitrah ini mendorong manusia untuk selalu mencari dan
mencapai kebenaran.
f.
Fitrah kemerdekaan, fitrah ini mendorong manusia untuk bersikap bebas / merdeka
g.
Fitrah keadilan, fitrah ini mendorong manusia untuk berusaha menegakkan
keadilan dimuka bumi.
h.
Fitrah persamaan dan kesatuan, fitrah ini mendorong manusia untuk mewujudkan
persamaan hak serta menentang diskriminasi ras, etnik, bahasa dan sebagainya.
i.
Fitrah individu, fitrah ini mendorong manusia untuk bersikap mandiri
bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukannya.
j.
Fitrah sosial, fitrah ini mendorong manusia untuk hidup bersama, bekerjasamadan
saling membantu.
k.
Fitrah seksual, fitrah ini mendorong manusia untuk mengembangkan keturunan.
l.
Fitrah ekonomi, fitrah ini mendorong manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
m.
Fitrah politik, fitrah ini mendorong manusia untuk berusaha menyusun suatu
kekuasaan dan institusi.
n.
Fitrah Seni, fitrah ini mendorong manusia untuk menghargai dan mengembangkan
kebutuhan seni dan kehidupannya.
Sehubungan
dengan kata fitrah yang disebutkan dalam al-Qur’an, ada sebuah hadist shohih
yang sangat populer dikalangan ahli pendidikan mengenai hal ini, yaitu hadist
yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah: “Tidak ada satu
anak pun yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah, maka kedua orang
tuanyalah yang menyebabkannya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR.
Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairah)
Menurut
Ahmad Tafsir, dalam hadist ini manusia lahir membawa kemampuan-kemampuan atat
pembawaan. di bumi. Maka terjadilah semacam soal jawab di antar Tuhan dengan
malaikat. Bagaimana duduknya dan dimana tempatnya bila waktunya soal jawab itu?
Tidaklah layak hendak kita kaji sampai kesana
Sebelum kita teruskanpenafsiran ayat ini,
terlebi dahulu haruslah dengan segala kerendahan dan iman kita pegang apa yang
telah dipimpinkan Tuhan pada ayat yangyiga pad permulaan sekali, yaitu tentang
percaya kepad yang ghaib. Tuhan telah menyampaikan dengan wahyu kepada
utusannya bahwa tuhan pernah bersabda
kepad Malaikat bahwa tuhan hendak mengangkat seorang khalifah di bumi. Maka
terjadilah semacam soal jawab di antar Tuhan dengan malaikat. Bagaimana
duduknya dan dimana tempatnya bila waktunya soal jawab itu? Tidaklah layak
hendak kita kaji sampai kesana
Untuk
mengaktualisasikan elemen-elemen tersebut (tafsir mengenai fitrah), Allah SWT.
melengkapi dengan alat-alat potensial dan potensi dasar atau fitarah manusia
yang harus ditumbuh-kembangkan dalam kehidupan nyata di dunia ini melalui
proses pendidikan.
Dari
definisi di atas mengenai tafsir hadist dapat secara langsung kita mengambil
konklusi bahwasanya fitrah yang erat sekali dengan pembawaan yang kemudian
ditafsirkan dengan potensi-potensi pada diri manusia yang menjadi pembawaan
sejak awal.
B. Dari Segi Diunggulkan Dari Makhluk Lain
* Q.S. AL-Isra : 70
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِى ءَادَمَ وَحَمَلْنَهُمْ فِى اَلْبَرِّ وَالْبَحْرِ
وَرَزَقْنَهُمْ مِنَ الطَّيِّبَتِ وَفَضَّلْنَهُمْ عَلَى كَثِيْرً مِّمَّنْ خَلَقْنَا
تَفْضِيْلاَ ÇÐÉÈ
“Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan[2], Kami beri
mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”
[2] Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak
Adam pengangkutan-pengangkutan di daratan dan di lautan untuk memperoleh
penghidupan.
a.
Tafsir Ibnu Katsir
Allah
Ta’ala memberitahukan tentang kemuliaannya kepada anak-anak adam dan
penyempurnaannya terhadap pencipta mereka yang memiliki kondisi tubuh yang
sangat baik dan sempurna, hal ini seperti Firman Allah Ta’ala sesungguhnya kami
telah menciptakan manusia dan sebaik-baik bentuk yakin, berjalan dengan tegak
diatas kedua kakinya dan makan dengan kedua tangannya. Sementara binatanga lain
berjalan dengan empat kaki dan berjalan dengan mulutnya. Allah memberi manusia
pendengaran, penglihatan, dan hati untuk memahami segala hal, memperoleh
manfaat dan membedakan antara berbagai perkara, dan mengetahui karakteristik
keuntungan dan kerugian dari berbagai perkara yang menyangkut antara persoalan
agama dan dunia.
Kami pun mengangkat mereka di
daratan melalui binatang kendaraan seperti kuda dan keledai di lautan dengan
bekal yang besar dan kecil juga kami memberi mereka rejeki yang baik-baik
berupa palawija, buah-buahan, daging, susu, pemandangan yang indah, busana yang
lebih baik dari aneka jenis buah lainnya baik yang di buat oleh kamu sendiri
maupun yang diimpor dari daerah lain. Allah telah memberikan keistimewaan bagi
turunan adam bahkan Allah telah memulikanmanusia melebihi daripada
mahluk-mahluk lainnya yang telah Allah ciptakan bahkan yang ada dilautanpun
tunduk terhadap perintahnya seperti Kapal laut yang ada di hamparan laut yang
luas dengan kehendaknya bisa mengangkut ribuan manusia pesawat terbang yang
sedang terbang di angkasa bisa tuduk terhadap-Nya sehingga manusia bisa dengan
mudah dalam bepergian, semua ini karena atas kehendak-Nya.
Dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan mahkluk yang telah kami ciptakan, yakni dari
binatang-binatang lain dan jenis makluak lainnya.
b.Tafsir
al-maraghi
c.
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِى
ءَادَمَ وَحَمَلْنَهُمْ فِى اَلْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَهُمْ مِنَ
الطَّيِّبَتِ ÇÐÉÈوَفَضَّلْنَهُمْ
عَلَى كَثِيْرً مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيْلاَ
Penjelasan
Dan
Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam, kami angkut mereka di daratan
dan di lautan, kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan kami lebihkan
mereka dengan kelebihan yang Sempurna atas kebanyakan makhluk yang Telah kami
ciptakan. Allah telah memberikan keistimewaan bagi turunan adam bahkan Allah
telah memulikanmanusia melebihi daripada mahluk-mahluk lainnya yang telah Allah
ciptakan bahkan yang ada dilautanpun tunduk terhadap perintahnya seperti Kapal
laut yang ada di hamparan laut yang luas dengan kehendaknya bisa mengangkut
ribuan manusia pesawat terbang yang sedang terbang di angkasa bisa tuduk
terhadap-Nya sehingga manusia bisa dengan mudah dalam bepergian, semua ini
karena atas kehendak-Nya.
Firman Allah Ta’ala sesungguhnya
kami telah menciptakan manusia dan sebaik-baik bentuk yakin, berjalan dengan
tegak diatas kedua kakinya dan makan dengan kedua tangannya. Sementara
binatanga lain berjalan dengan empat kaki dan berjalan dengan mulutnya. Allah
memberi manusia pendengaran, penglihatan, dan hati untuk memahami segala hal,
memperoleh manfaat dan membedakan antara berbagai perkara, dan mengetahui
karakteristik keuntungan dan kerugian dari berbagai perkara yang menyangkut antara
persoalan agama dan dunia.
c.Tafsir Al-Misbah
Setelah
menggambarkan anugrahnya ketika berada di laut dan di darat, baik terhadap yang
ta’at maupun yang durhaka, ayat ini menjelaskan sebab anugrah itu yakni karena
manusia adalah makluk unik yang memiliki kehormatan dalam kehidupannya sebagai
manusia, baik ia taat maupun tidak. Dengan bersumpah sambil mengukuhkan
pernyataannya dengan kata qad, Ayat ini menyatakan bahwa yakni Allah
bersumpah bahwa sesungguhnya telah kami muliakan anak cucu adam dengan bentuk
yang bagus, kemampua berbicara dan berpikir, serta berpengetahuan, dan kami
beri juga mereka kebebasan memilih dan memilih. Dan kami angkut mereka di
daratan dan lautan dengan aneka alat transfortasi yang kami ciptakan dan
tundukan bagi mereka, atau yang kami ilhami mereka pembuatannya, agar mereka
dapat menjelajahi bumi dan angkasa yang kesemuanya kami ciptakan untuk mereka.
Kata : كَرَّمْنَا
terambil dari akar kata yang tediri dari huruf-huruf ك,
ر, dan م,
yang mengandung makna kemulyaan, serta keistimewaan sesuai objeknya.
Terdapat perbedaan antara كَرَّمْنَا dan فَضَّلْنَ
Yang pertama diambil dari
kata fadhl yakni kelebihan, dan ini mengacu kepada penambahan dari apa yang
sebelumnya telah dimiliki secara sama oleh orang lain. Rezeki misalnya dijamin
dan dianugrahkan Allah kepada semua mahluk. Adapun yang kedua, yakni karamna
maka seperti di kemukaka diatas, ia adalah anugrah berupa keistimewaan yang
sifatya internal. Dalam kontek ayat ini manusia dianugrahi Allah keistimewaan
yang tidak dianugrahkannya kepada selainnya dan itulah yang menjadikan manusia
mulia serta harus dihormati dalam kedudukannya sebagai manusia.
·
Q.S. Al-Tin:4
ÇÍÈلَقَدْ
خَلَقْنَا آلإِ نْسَنَ فِىْ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
"
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
a.
Tafsir
Ibnu Katsir
Imam
Malik dan Syu’bah meriwayatkan dari Albarra bin Azib, Dalam suatu perjalanan,
Rasulullah Saw pernah membaca sebuah surat dalam salah satu Rakaat solatnya, wat-tiini
wazaitun. Aku tidak pernah mendengar seseorang yang suara dan bacaannya
lebih bagus dan mantap daripada beliau. Diriwayatkan oleh al-jama’ah.
Demi
tin dan jaitun dan demi bukit Sinai. Dan demi kota ini yang aman. Yang dimaksud
dengan tin dan jaitun disini adalah tempat di mana buah tin dan jaitun itu
tumbuh, yaitu baytul maqdis, tempat dimana Nabi Isa a.s di utus oleh Allah. Dan
demi bukit Sinai yaitu bukti Sinai di mana Allah ta’ala berbicara langsung
dengan Musa as. Dan demi kota ini yang aman, yaitu kota makkah, Negeri yang
akan mengamankan orang yang masuk kedalammya. Yaitu suatu tempat dimana
Rasulullah Saw di utus.
Firman Allah Ta’ala bukankah Allah
itu hakim yang seadil-adilnya? Yaitu, bukankah dia itu adalah hakim yang paling
adil, yang tidak pernah berbuat dosa, dan penyelewerngan terhadap seorang pun
dan diantara keadilannya itu adalah tegaknya hari kiamat, lalu dia
akanmemberikan keadilan kepada pihak yang dizalimi di dunai dari pada pihak
yang telah mendzaliminya. Di twgaskan dalam hadits Abu Hurairah secara
Marfu’yang artinya;
Bila salah seorang dari kalian
membaca wattini wazaitun dan sampai padA ayat terakhir alaisallahu bi
ahkamil hakimin, maka hendaklah dia mengatakan, Balaa waanna ala jalika
minasyahidin benar, dan aku terhadap hal itu termasuk orang-orang yang
menjadi saksi. Demikianlah ringkasan tafsir surat attin segala puji dan
kenikmatan hanyalah milik Allah semata.
b.
Tasir Al-Maroghi
Imam malik dan syu’bah
meriwayatkan dari albara bin azib dalam suatu perjalanan Rasulullah Saw pernah
membaca sebuah surat dalam salasatu
rakaat solatnya, ‘watini wazaitun.aku tidak pernah mendengar seseorang yang
suara dan bacaannya lebih bagus dan indah dari pada beliau. Di riwayatkan oleh
Al-Jama’ah.
Demi tin dan jaitun dan demi bukit sinai
dan demi kota ini yang aman. yang dimaksud dengan tin dan jaitun disini adalah
tempat dimana buah tin dan jaitun tumbuh, yaitu baitul maqdis, tempat dimana
nabi Isa as di utus oleh Allah. Dan demi bukit sinai yaitu bukit sinai diman
Allah SWT berbicara langsung dengan musa as. Dan demi kota ini yang aman yaitu
kota mekah, negri yang akan mengamankan ornag yang masuk kedalamnya yaitu suatu
tempat diman Rosulullah SAW diutus.
·
Penafsiran kata-kata sulit
OÈqø)s?: menjadikan sesuatu dalam bentuk yang sesuai dan
serasi. Dikatakan Qawawamanahu taqwimun, istiqa masy-syai’u dan Taqawwama.
Artinya sresuatu yang sesuai dan serasi.
·
Penjelasan
ÇÍÈلَقَدْ خَلَقْنَا آلإِ نْسَنَ فِىْ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
Sesungguhnya
kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik. Kami ciptakan dia
dengan ukuran tinggi yang memadai, dan memakan makanannya dengan tangannya, tidak
seperti mahluk lain yang mengambil dan memakan makanannya dengan mulutnya.
Lebih dari itu kami istimewakan manusia dengan akalnya, agar bisa berfikir dan
menimba berbagai ilmu pengetahuan serta bisa mewujudkan segal insfirasinya yang
dengannya mmanusia bisa berkuasa atas segala mahluk. Manusia memiliki kekuatan
dan pengaruh yang dengan keduanya bisa menjangkau segala sesuatu.
Tetapi manusia itu memang
pelupa. Ia tidak menyadari keistimewan yang dimilikinya. Bahkan ia menyangka
seolah-olah dirinya tak ubahnya mahluk jenis lain. Akibatnya ia malang
melintang dalam berbagi perbuatan yang bertentangan dengan akal sehat dan
fitrah kejadiannya.
Firman Allah SWT.
“Bukankah Allah SWT itu
hakim seadil-adilnya ? yaitu, bukankah Dia itu adalah hakim yang paling adil,
yang tidak pernah berbuat dosa, dan penyelewengan terhadap seeorangpun dan
diantara keadilan yaitu adalah dekatnya hari kiamat, lalu dia akan memberikan
keadilan kepada pihak yang didholimi di dunia daripada pihak yang telah mendholimiya.
Di tegaskan dalam hadist Abu Hurairah secara marfu yang artiya:
“bila salah seorang dari
kalian membaca watini wazatun dan sampai pada ayat terakhir alaisaullahu bi
ahkamilhakimin, maka hendaklah dia mengatakan: “balaa wa anna ala dalika
minasyahidin, benar, dan aku terhadap hal ini termasuk orang-orang yang menjadi
saksi. Demikiankah ringkasan tafsir surat attin segala puji dan kenikmatan
hanyalah milik Allah semata.
c.
Tafsir
al-Misbah
Setelah
Allah bersumpah dengan menyebut empat hal sebagaimana terbaca pada ayat-ayat
yang lalu, ayat-ayat diatas menjelaskan untuk sumpah itu. Di sini Allah
berfirman bahwa: “Demi keempat hal di atas, sungguh kami telah menciptakan
manusia dalam benmtuk yang sebaik-baiknya.”
Kata
khalakna / kami telah menciptakan teridiri atas kata khalaqa dan
na yang berfungsi sebagai kata ganti nama. Kata
na yang menjadi kata ganti nama itu
menunjuk kepada jamak tetapi bisa di gunakan untuk umtuk menunjuk satu pelaku
saja dengan maksud mengagungkan pelaku tersebut.
Kata.
Al-insan / manusia yang dimaksud oleh ayat ini, menuirut al-Qurtubi
adalah manusia yang durhaka kepada Allah.
Kata
taqwim berakar dari kata qawama yang darinya terbentuk kata qa’imah,
istiqamah, aqimu dan sebagainya, yang keseluruhannya menggambarkan
kesempurnan sesuatu sesuahi dengan objeknya.
Kata
taqwim di artikan sebabgai menjadikan
sesuatu memiliki qawam yakni bentuk fisik yang pas dengan fungsinya. Al-
Raghib al-Ashfahani, pakar bahas al-qur’an, memandang kata taqwim di
sini, sebagai isyarat tentang keistimewaan manusia di bandingm binatang, yaitu
akal, pemahaman dan bentuk fisik yang tegak lurus.
ANALISIS
Dari uraian di
atas dapat disimpulkan bahwa kendati manusia memiliki banyak kesamaan dengan
makhluk hidup lainnya, namun manusia lebih diunggulkan dari makhluk
lainnya,lebih mulia dan diberi rizki yang berlimpah. Manusia adalah makhluk
material maupun spiritual. Hal-hal yang benar-benar membedakan manusia dengan
makhluk hidup lainnya membentuk dimensi-dimensi baru dalam diri manusia.
Wilayah perbedaannya ada tiga: (1) wilayah penemuan (pengenalan) diri dan
dunia; (2) wilayah kecenderungan-kecenderungan yang mempengaruhi pikiran
manusia; (3) wilayah bagaimana manusia dipengaruhi oleh kecenderungan alaminya
dan cara dia menyeleksi kecenderungan itu.
Sejauh
menyangkut pengenalan akan diri dan akan dunia, binatang mengenal dunia melalui
inderanya. Kualitas (kemampuan) ini dimiliki manusia maupun binatang. Dalam hal
ini sebagian binatang bahkan lebih tajam inderanya dibanding indera manusia.
Namun informasi yang dipasok indera kepada binatang maupun manusia bersifat
dangkal dan luarnya saja. Indera tak dapat mengetahui karakter segala sesuatu,
juga tak dapat mengetahui hubungan logis segala sesuatu itu.
Selain indera,
manusia juga memiliki kekuatan yang memungkinkan dirinya untuk memahami dirinya
dan dunia. Kekuatan misterius ini, yaitu kekuatan untuk memahami ini, tidak
dimiliki makhluk hidup lainnya. Dengan kekuatan memahami ini, manusia dapat
mengetahui hukum umum alam, dan dengan pengetahuan ini manusia dapat
mengendalikan alam dan membuat alam melayani dirinya.
Sejauh
menyangkut wilayah kecenderungan, manusia, seperti binatang lainnya, juga
dipengaruhi dorongan material dan alamiah. Kecenderungannya untuk makan, tidur,
bersetubuh, beristirahat dan sebagainya membuat materi dan alam menjadi
perhatian manusia. Namun ini bukanlah satu-satunya kecenderungan atau dorongan
yang ada pada diri manusia. Yang juga menjadi perhatian manusia adalah banyak
hal lain yang sifatnya bukan material, yaitu hal-hal yang tak ada ukuran dan
bobotnya, hal-hal yang tak dapat diukur dengan ukuran material. Kecenderungan
dan dorongan spiritual yang sejauh ini teridentifikasi dan diterima adalah
sebagai berikut:
1. Pengetahuan dan Informasi
Manusia tidak
menghendaki pengetahuan yang hanya tentang alam saja dan yang hanya bermanfaat
untuk peningkatan kualitas kehidupan materialnya saja. Dalam diri manusia ada
naluri untuk mengetahui kebenaran. Manusia menginginkan pengetahuan demi
pengetahuan itu sendiri, dan menyukainya. Di samping sebagai sarana untuk dapat
hidup lebih enak dan untuk melaksanakan tanggung jawab dengan lebih baik,
pengetahuan seperti itu diperlukan sekali. Sejauh menyangkut kehidupan manusia,
tak ada bedanya apakah manusia tahu atau tidak tahu misteri-misteri dari apa
yang ada di luar galaksi sana, namun manusia tetap lebih suka untuk mengetahui
misteri-misteri itu. Karena sudah menjadi fitrahnya, manusia membenci
kebodohan, dan tertarik untuk mencari pengetahuan. Karena itu pengetahuan
merupakan dimensi intelektual dalam eksistensi manusia.
2. Kebajikan Moral
Manusia, dalam
melakukan perbuatan tertentu, tujuannya bukanlah untuk memperoleh keuntungan
dari perbuatan tersebut, atau bukan pula untuk mencegah terjadinya kerugian,
namun semata-mata karena adanya dampak sentimen tertentu yang disebut sentimen
moral. Perbuatan itu dilakukannya karena dia percaya bahwa rasa kebajikannya
menuntutnya untuk melakukan perbuatan itu.
Kebajikan moral
merupakan ukuran untuk menilai banyak perbuatan manusia. Dengan kata lain,
manusia melakukan banyak hal hanya karena nilai moralnya tanpa mempertimbangkan
segi materialnya. Ini juga merupakan salah satu sifat manusia dan salah satu
dimensi spiritualnya. Makhluk hidup lainnya tak memiliki ukuran seperti itu
untuk menilai perbuatannya. Kebajikan moral dan nilai moral tak ada artinya
bagi binatang.
3. Keindahan
Manusia
memiliki dimensi mental yang lain inilah yang menjadikan menusia lebih unggul
dari makhluk lain. Yaitu rasa tertariknya kepada keindahan dan apresiasinya
terhadap keindahan. Rasa estetisnya ini penting perannya dalam segenap bidang
kehidupan. Manusia mengenakan pakaian untuk melindungi diri dari sengatan
panasnya musim panas dan dinginnya musim dingin. Namun manusia juga memandang
penting keindahan warna dan jahitan pakaiannya. Manusia membangun rumah untuk
tempat tinggal. Namun manusia lebih memperhatikan keindahan rumahnya ketimbang yang
lainnya. Dia memperhatikan prinsip-prinsip estetis dalam memilih meja makan dan
barang tembikar dan bahkan dalam mempersiapkan makanan di meja makan. Manusia
suka kalau penampilannya bagus, pakaiannya bagus, namanya bagus, tulisan
tangannya bagus, kota dan jalanjalan kotanya bagus, dan semua pemandangan di
depan matanya bagus. Pendek kata, manusia ingin segenap hidupnya dikelilingi
kebaikan dan keindahan.
Bagi binatang,
tak ada masalah keindahan. Yang penting bagi binatang adalah makanannya, bukan
keindahan makanannya. Binatang tak peduli dengan pelana yang bagus, pemandangan
yang bagus, tempat tinggal yang bagus dan sebagainya.
4. Memuja dan
Menyembah
Memuja dan
menyembah merupakan salah satu perwujudan tertua dan paling mantap dari jiwa
manusia dan salah satu dimensi terpenting dari eksistensi manusia. Kalau kita
kaji antropologi, kita akan tahu bahwa di mana dan kapan pun manusia ada, di
situ ada memuja dan menyembah. Yang beda hanyalah bentuk penyembahan dan Tuhan
yang disembah. Bentuk penyembahan juga beragam, mulai dari tarian dan gerakan
bersama yang berirama yang disertai tata kebaktian dan bacaan, sampai bentuk
penyembahan yang paling tinggi, yaitu menghambakan diri, dan bacaan yang paling
maju. Sembahannya beragam, mulai dari kayu dan batu, hingga Wujud abadi yang
wajib ada, Wujud yang bebas dari segala bentuk batasan ruang dan waktu.
Menyembah
(ibadah) bukanlah rekayasa para nabi. Para nabi hanya mengajarkan cara
beribadah yang benar. Para nabi juga mencegah dan melarang penyembahan kepada
wujud Iain selain Allah SWT. Menurut ajaran agama yang tak terbantahkan, dan
menurut pandangan yang dikemukakan sebagian pakar sejarah seperti Max Mueller,
manusia purba adalah manusia tauhid, mereka menyembah satu Tuhan. Menyembah
berhala, bulan, bintang atau manusia merupakan penyimpangan yang terjadi di
kemudian hari. Dengan kata lain, bukanlah pada awalnya manusia menyembah
berhala, menyembah manusia atau makhluk lain, dan berangsur-angsur karena
perkembangan budaya lalu manusia menyembah Allah. Menyembah yang sering kali
disebut dalam pengertian agama, pada umumnya ada pada kebanyakan orang.
"Dorongan
untuk beribadah merupakan konsekuensi wajib dari fakta bahwa karena bawah-sadar
diri empiris manusia adalah diri sosial, maka diri sosial ini akan menemukan
"sahabat luar biasa"-nya pada dunia ideal. Kebanyakan orang, baik
terus-menerus maupun terkadang, menyebut-nyebut "sahabat luar biasa"
ini. Orang buangan paling bersahaja di muka bumi ini pun baru akan merasa riil
dan absah kalau dia memiliki pengakuan tinggi seperti ini." (The
Reconstruction of Religious Thought in Islam, hal. 89)
Penciptaan
pahlawan-pahlawan fiktif dari kalangan atlet, cendikiawan atau ulama terjadi
karena dalam diri manusia ada nurani pemuliaan. Nurani ini menginginkan adanya
wujud yang terpuji dan menawan hati, dan ingin memujinya sedemikian rupa
sehingga wujud tersebut jadi dialami.
Melalui ibadah
atau menyembah, manusia ingin melepaskan diri dari keterbatasan eksistensinya
untuk bergabung dengan satu kebenaran yang tak ada kelemahannya, yang tak akan
hancur, atau yang tak ada batasnya. Ilmuwan besar Einstein mengatakan:
Menyembah dan
memuji menunjukkan suatu kemungkinan, suatu hasrat untuk keluar dari lingkungan
material, dan suatu kecenderungan untuk masuk dalam cakrawala yang lebih tinggi
dan lebih luas. Hasrat seperti ini hanya manusia saja yang punya. Karena itu
menyembah atau beribadah merupakan satu lagi dimensi mental dan spiritual
manusia.
Beragam
dorongan hati mempengaruhi orang seorang. Dan pengaruhnya pada orang yang satu
dan orang yang lain beragam. Dan dorongan hati mana yang dipilih oleh individu,
antara individu yang satu dengan yang lain beragam pilihannya. Dan ini semua
merupakan masalah yang akan dibahas nanti.
Beragam Daya
Manusia
Salah satu perbedaan antara binatang dan
manusia di satu pihak, serta tumbuhan dan benda non-organis di lain pihak,
adalah bahwa tak seperti benda non-organis dan tumbuhan, binatang dan manusia
terdorong untuk menggunakan sebagian daya atau kekuatannya karena
menginginkannya atau karena ada kecenderungan untuk menggunakan kekuatan itu
atau karena ada rasa takut. Magnet memiliki sifat menarik besi secara otomatis
akibat adanya tekanan alamiah. Namun magnet tak tahu kalau magnet tersebut
efektif, juga tarikan magnet tersebut terjadi bukan karena kecenderungan magnet
sendiri, keinginan magnet tersebut, juga bukan karena adanya rasa takut
sehingga magnet tersebut dituntut untuk menarik besi. Begitu pula yang terjadi
dengan api yang memiliki sifat membakar, tumbuhan yang memiliki sifat tumbuh,
potion yang memiliki sifat berkembang dan berbuah. Namun binatang, bila
berjalan, tahu apa yang tengah dilakukan. Binatang berjalan karena memang ingin
berjalan. Binatang berjalan bukan karena paksaan. Itulah sebabnya dikatakan
bahwa binatang berjalan karena memang memilih untuk berjalan. Dengan kata lain,
beberapa daya binatang merupakan bawahan dari pilihannya. Binatang beraktivitas
hanya bila me-nginginkannya.
Begitu pula
dengan sebagian kekuatan manusia. Sebagian kekuatan manusia menjadi bawahan
dari pilihannya. Namun ada satu perbedaan. Pilihan binatang dikendalikan oleh
kecenderungan alamiah dan naluriahnya. Binatang tak berdaya menentang perintah
nalurinya. Kalau nalurinya sudah tertarik untuk menuju ke arah tertentu, maka
otomatis binatang itu akan ke arah tertentu tersebut. Binatang tak dapat
melawan kecenderungan naluriahnya. Binatang juga tak dapat mempertimbangkan
untung ruginya. Binatang tak dapat mengetahui bahwa suatu perbuatan, yang
sekarang ini tidak menjadi kecenderungannya, kelak sangat dibutuhkan.
Namun yang
terjadi pada din manusia tidaklah begitu. Manusia berdaya untuk menentang
kecenderungan dan dorongan naluriahnya, dan berdaya untuk tidak mengikuti
kecenderungan dan dorongan naluriahnya. Manusia memiliki daya untuk
memilah-milah, karena manusia memiliki daya lain yang disebut kehendak.
Kehendak ini bekerja atas arahan akal atau fakultas intelektual manusia.
Fakultas intelektual inilah yang membentuk pendapat, dan kehendaklah yang
mempraktikkan pendapat tersebut.
Dari uraian di
atas jelaslah bahwa daya atau kekuatan manusia beda dengan daya atau kekuatan
binatang. Perbedaannya adalah dalam dua hal. Pertama, manusia memiliki sejumlah
kecenderungan dan dorongan spiritual yang membuat manusia dapat memperluas
bidang aktivitasnya sampai ke cakrawala spiritualitas yang lebih tinggi,
sedangkan binatang tak dapat keluar dari batas urusan material. Kedua, manusia
memiliki daya akal dan kehendak. Dengan daya ini manusia dapat menolak
kecenderungan naluriahnya dan dapat membebaskan diri dari pengaruh
kecenderungan naluriahnya yang bersifat memaksa itu. Manusia dapat
mengendalikan kecenderungan naluriahnya dengan menggunakan akalnya. Manusia
dapat menentukan batas bagi tiap kecenderungannya, dan ini merupakan bentuk
kemerdekaan yang paling berharga.
Daya yang luar
biasa ini hanya dimiliki manusia, sedangkan binatang tidak memiliki daya
seperti ini. Daya inilah yang menjadikan manusia tepat untuk berkewajiban
menaati ajaran agama. Daya ini pulalah yang membuat manusia punya hak untuk
memilih, sehingga manusia benar-benar merupakan makhluk yang merdeka,
berkemauan dan dapat menentukan pilihan.
Bila seseorang
mendapat dukungan akal dan kehendak, berarti dia mendapat kekuatannya sendiri
dan sekaligus menyingkirkan pengaruh luar, maka dia pun merdeka dan menjadi
"pulau yang merdeka" di tengah samudra dunia ini. Dengan menggunakan
akal dan kehendaknya, manusia menjadi tuan bagi dirinya sendiri, dan
kepribadiannya pun memperoleh kekuatan. Bisa mengendalikan dan menjadi tuan bagi
diri sendiri, dan bisa melepaskan diri dari pengaruh dorongan naluriah,
merupakan objek sejati pendidikan Islam, suatu pendidikan yang tujuannya adalah
kemerdekaan spiritual.
Bila Al-Qur'an
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk pilihan, Al-Qur'an ingin menjelaskan
bahwa manusia bukanlah makhluk yang kebetulan ada berkat kejadian tertentu yang
buta dan tuli seperti perpaduan atom-atom yang terjadi secara tidak disengaja.
Al-Qur'an mengatakan bahwa manusia adalah makhluk pilihan, dan karena alasan
itu manusia memiliki misi dan tanggung jawab. Tak syak lagi bahwa di dunia ini
manusia adalah makhluk yang paling kuat dan kuasa. Kalau bumi beserta isinya
kita samakan dengan rumah tinggal, maka dapat dikatakan bahwa manusia adalah
tuan rumah ini. Namun betulkah manusia telah dipilih untuk menjadi tuan, atau
manusia telah memanfaatkan dunia dengan kekuatan atau trik.
Berbagai mazhab
filsafat material menyatakan bahwa karena kebetulan semata kalau manusia
berkuasa. Jelaslah bahwa dengan pandangan seperti ini maka masalah misi dan
tanggung jawab jadi tak ada artinya. Dari sudut pandang Al-Qur'an, manusia
dipilih untuk menjadi tuan (penguasa) di muka bumi, karena manusia memiliki
kompetensi dan tepat untuk itu. Manusia berkuasa bukan karena kekuatan atau
karena perjuangan. Manusia dipilih oleh otoritas yang maha kompeten, yang tak
lain adalah Allah Ta'ala. Karena itu, seperti makhluk lain yang juga dipilih,
manusia mengemban misi dan tanggung jawab. Karena misinya dari Allah SWT, maka
tanggung jawab manusia juga kepada Allah SWT.
Keyakinan bahwa
manusia adalah makhluk pilihan dan diwujudkan dengan tujuan tertentu,
menimbulkan pengaruh psikologis dalam diri individu, dan keyakinan bahwa
manusia adalah produk dari sejumlah kejadian asal-asalan, menimbulkan pengaruh
psikologis yang lain. Arti sadar diri adalah manusia supaya menyadari posisi
riilnya di dunia ini. Dia supaya tahu bahwa dirinya bukanlah sekadar makhluk
bumi. Dia merupakan refleksi dari ruh ilahiah yang ada dalam dirinya. Manusia
supaya tahu bahwa, dalam hal pengetahuan, dirinya berada di depan (mengungguli)
malaikat. Manusia merdeka, memiliki daya untuk memilih dan berkehendak, dan
bertanggung jawab atas dirinya dan orang lain. Tanggung jawabnya antara lain
adalah memajukan dunia:
Peran Efektif
Manusia dalam Membangun Masa Depannya
Di dunia ini
ada dua jenis benda: organis dan non-organis. Benda non-organis seperti air,
api, batu dan debu merupakan benda tak bernyawa, dan tak ada perannya dalam
pembentukan atau peayempurnaan dirinya. Benda-benda ini terbentuk semata-mata
karena dampak faktor-faktor dari luar dirinya, dan terkadang benda-benda ini
jadi sempurna karena dampak faktor-faktor yang sama. Benda-benda ini tidak
terlihat berupaya membangun atau mengembangkan dirinya.
Sebaliknya,
kita melihat benda-benda hidup seperti tumbuhan, binatang dan manusia selalu
berupaya melindungi din dari bahaya, kerugian atau kerusakan. Benda-benda hidup
ini menerima materi lain tertentu dan berketurunan. Tumbuhan memiliki sejumlah
kemampuan alamiah yang efektif dalam membentuk masa depannya. Tumbuhan memiliki
daya untuk menyerap materi dari bumi dan udara. Tumbuhan memiliki daya yang
membantunya dari dalam untuk tumbuh dan berkembang. Tumbuhan juga memiliki daya
yang memungkinkannya beranak-pinak.
Binatang
memiliki semua daya alamiah ini, di samping memiliki sejumlah daya sadar yang
lain seperti indera untuk melihat, indera untuk belajar dan meraba, dan
dorongan serta kecenderungan alamiah yang disebutkan sebelumnya. Melalui daya
dan kemampuan ini, binatang di satu pihak melindungi dirinya dari kerugian dan
kecelakaan, dan di pihak lain mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjamin
pertumbuhan individualnya dan kelangsungan hidup spesiesnya. Dalam diri manusia
ada semua daya dan kemampuan alamiah dan sadar yang ada dalam diri binatang dan
tumbuhan. Manusia juga mempunyai sejumlah dorongan yang lain seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Manusia memiliki akal dan kehendak, sehingga nasib
manusia sangat banyak ditentukan oleh manusia sendiri. Dan dengan akal dan
kehendak ini manusia dapat menentukan masa depannya sendiri.
Dari apa yang
telah dipaparkan jelaslah bahwa sebagian benda yang ada, seperti benda
non-organis, tak berperan dalam menentukan masa depannya. Ada beberapa benda
lagi yang memiliki peran untuk menentukan masa depannya, namun perannya bukan
peran yang sadar dan merdeka. Alam mengarahkan daya yang ada dalam dirinya
sedemikian rupa sehingga benda-benda ini secara tak sadar melindunginya dan
membentuk masa depannya. Inilah yang terjadi pada tumbuhan. Ada lagi
benda-benda lain yang perannya lebih besar. Peran benda-benda ini adalah peran
yang sadar, meskipun tidak merdeka. Benda-benda ini berupaya menjaga
kelangsungan eksistensinya dengan semacam kesadaran diri dan pengetahuan
tentang lingkungannya. Itulah yang terjadi pada binatang. Namun peran manusia
lebih aktif, lebih ekstensif dan lebih luas dalam menentukan masa depannya.
Perannya adalah peran yang sadar dan peran yang merdeka. Manusia sadar akan
dirinya dan juga lingkungannya. Melalui kehendak dan daya pikirnya manusia
dapat memilih masa depannya seperti yang dikehendakinya. Peran manusia jauh
lebih luas daripada peran binatang. Luasnya bidang peran manusia dalam
menentukan masa depannya ini terjadi karena manusia memiliki tiga sifat khas:
1. Keluasan
Informasinya
Dengan
pengetahuannya manusia memperluas informasinya, dari informasi yang ringan
tentang alam sampai informasi yang mendalam tentang alam. Manusia mengetahui
hukum alam, dan dengan menggunakan hukum alam ini manusia dapat memola alam
seperti yang dibutuhkan hidupnya.
2. Keluasan
Hasratnya
Sifat khas
manusia membedakan antara manusia dan makhluk lainnya dan menjadikan manusia
lebih unggul dari mahkluk lainnya.
3. Manusia
Memiliki Kemampuan Khusus untuk Membentuk Dirinya
Tak ada makhluk
lain yang dalam hal ini dapat disamakan dengan manusia. Meskipun pada organisme
hidup tertentu lainnya seperti tumbuhan dan binatang dapat terjadi juga
perubahan tertentu akibat faktor pelatihan khusus, namun organisme hidup ini
tak dapat membuat sendiri perubahan ini. Manusialah yang membawa perubahan yang
diperlukan organisme hidup ini. Lagi pula, kalau dibandingkan dengan manusia,
kemungkinan berubah pada organisme hidup ini sangat terbatas.
Mengenai
kemampuan dan kebiasaannya, manusia hanyalah makhluk potensial. Artinya,
manusia lahir dalam keadaan tidak membawa kualitas dan kemampuan. Sebaliknya,
binatang lahir dalam keadaan membawa sejumlah kemampuan khususnya. Meski
manusia tak membawa kemampuan dan kebiasaan, namun dia mampu memperoleh banyak
kemampuan. Secara berangsur-angsur manusia memiliki sejumlah "dimensi
kedua" di samping dimensi bawaan sejak lahirnya. Manusia adalah
satu-satunya makhluk yang mendapat dari hukum alam kuas untuk melukis dirinya
sesuka-nya. Tak seperti bentuk organ tubuhnya yang mengalami pe-nyempurnaan
ketika manusia masih ada di rahim ibunya, bentuk organ psjkologisnya yang
dikenal sebagai kemampuannya, kebiasaannya dan karakter moralnya, sebagian
besar mengalami penyempurnaan setelah manusia lahir.
Itulah sebabnya
kenapa setiap makhluk, termasuk binatang, hanya seperti apa adanya. Hanya
manusia saja yang dapat menjadi seperti apa yang dikehendakinya. Juga karena
alasan inilah semua binatang dari satu spesies memiliki kemampuan dan sifat
psikologis yang sama, di samping memiliki organ dan anggota badan yang sama.
Kucing memiliki kebiasaan tertentu. Begitu pula anjing dan semut, misalnya.
Kalau ada perbedaan di antara individu hewan itu, itu tidak penting. Namun
perbedaan kebiasaan dan perbedaan karakter moral di antara individu manusia tak
ada batasnya. Karena itu manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat memilih
akan jadi apa dia.
Banyak riwayat
menyebutkan bahwa pada Hari Kebangkitan nanti manusia akan dibangkitkan dalam
bentuk yang sesuai dengan kualitas spiritualnya dan bukan dalam bentuk fisis
tubuhnya. Dengan kata lain, manusia akan dibangkitkan dalam bentuk binatang
yang paling mirip dengan dirinya dari segi kualitas moralnya. Orang-orang yang
akan dibangkitkan dalam bentuk manusia adalah orang-orang yang kualitas
moralnya dan dimensi spiritual sekundernya sesuai dengan martabat manusia.
Dengan kata lain, orang-orang yang moral dan akhlaknya adalah moral dan akhlak
manusia.
Berkat
pengetahuannya, manusia dapat menundukkan alam dan memanfaatkannya untuk
memenuhi kebutuhannya sendiri. Karena memiliki kemampuan untuk membentuk diri,
maka manusia membentuk dirinya sesukanya, dan dengan demikian dia menjadi
penentu masa depannya sendiri. Semua lembaga pendidikan, sekolah moral dan
ajaran agama dimaksudkan untuk mengajari manusia cara membentuk masa depannya.
Jalan lurus adalah jalan yang membawa manusia ke masa depan yang sejahtera,
sedangkan jalan yang berliku adalah jalan yang membawa manusia ke masa depan
yang porak-peranda dan sengsara. Allah SWT berfirman yang artinya:
4. Kehendak
dan Kemerdekaan Manusia
Kendatipun
manusia cukup merdeka untuk dapat mengembangkan organ psikologisnya, untuk
dapat mengelola lingkungan alamnya menjadi seperti yang dikehendakinya, dan
untuk dapat membentuk masa depannya, namun jelaslah manusia banyak
keterbatasannya, dan kemerdekaannya hanya relatif. Dengan kata lain,
kemerdekaannya ada batasnya, dan hanya dalam keterbatasannya itulah manusia
dapat memilih masa depan yang cerah atau masa depan yang gelap.
Selain diunggulkan dari makhluk
lain manusia juga memiliki keterbatasan. Ada beberapa segi dalam keterbatasan
manusia:
(i) Keturunan
Manusia datang
ke dunia ini dengan membawa karakter manusia. Karena kedua orangtuanya manusia,
maka dia mau tak mau manusia juga. Dari kedua orangtuanya dia mewarisi sejumlah
karakter keturunan, seperti warna kulit dan matanya dan ciri-ciri lain tubuhnya
yang sering kali tetap ditularkan selama beberapa generasi. Manusia tak dapat
memilihnya. Ciri-ciri seperti itu diterimanya melalui proses pewarisan.
(ii) Lingkungan Alam dan
Geografis
Lingkungan alam
dan geografis manusia, dan daerah tempat dia besar, selalu menimbulkan sejumlah
pengaruh pada tubuh dan jiwanya. Masing-masing daerah beriklim panas, daerah
beriklim dingin dan daerah beriklim sedang, tak terelakkan berpengaruh pada
jiwa dan moral masing-masing penduduknya. Begitu pula dengan daerah bergunung
dan daerah gurun.
(iii) Suasana Sosial
Suasana sosial
manusia merupakan faktor penting dalam membentuk karakteristik spiritual dan
moralnya. Suasana sosial menetapkan agar manusia memiliki bahasa, tatacara
sosial, adat dan agama.
(iv) Faktor Sejarah dan Waktu
Dari segi
lingkungan sosial, manusia bukan saja dipengaruhi oleh masa kini, namun juga
masa lalu penting perannya dalam membentuk wataknya. Pada umumnya ada mata
rantai antara setiap wujud sekarang dan setiap wujud dahulu. Masa lalu dan masa
depan suatu wujud tidak sepeiti dua benda yang satu sama lain benar-benar terpisah
atua berdiri sendiri, namun seperti dua proses yang berkesinambungan. Masa lalu
adalah benih dan nukleus (inti) masa depan.
Manusia dan Kewajiban
Salah satu
sifat khas utama manusia adalah manusia mampu mengemban kewajiban untuk
mengikuti ajaran agama. Manusia saja yang dapat hidup dalam kerangka hukum.
Makhluk lain hanya dapat mengikuti hukum alam yang sifatnya memaksa. Misalnya,
mustahil menetapkan aturan atau hukum bagi batu dan kayu atau bagi pohon dan
bunga atau bagi kuda, sapi dan domba. Makhluk-makhluk ini tak mungkin dapat
mengemban kewajiban untuk menaati hukum yang dibuat untuk mereka dan untuk
kepentingan mereka. Jika dibutuhkan tindakan untuk menjaga kepentingan mereka,
maka tindakan itu harus dipaksakan kepada mereka.
Manusia adalah
satu-satunya makhluk yang mampu hidup dalam kerangka hukum kontraktual
(berdasarkan kesepakatan— pen.). Karena hukum seperti ini dibuat oleh pihak
yang kompeten dan kemudian diberlakukan kepada manusia, tentu saja dalam hukum
seperti ini ada kesulitan bagi manusia. Itulah sebabnya kenapa hukum seperti
ini diberi nama "kewajiban".
C.
Dari Segi Potensi Indrawi,Emosi Dan Rasio
·
Q.S. An-Nahl : 78
وَاللهُ
اَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أَمَّهَتِكُمْ لا تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَجَعَلَ َلُكُمُ
السَّمْعَ ÇÐÑÈوَالأَبْصَرَوَالأَفْئِدَةَ ۙ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan Allah mengeluarkan dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun dan dia memberi kamu
pendengaran, penglihatan, dan hati, agar kamu bersyukur (An nahl 78)
a.
Tafsir Ibnu Katsir
Allah SWT menerangkan kekuasaannya yang sempurna dan pengtahuannya teehadap segala
kegaiban lagit dan bumi . semua itu hanya dimiliki Allah SWT, maka tiada seorangpun yang dapat melihat
kegaiban kecuali jika Allah memperlihatkan sesuatu yang dikehendakinya kepada seeorang. Allh SWT
mejelaskan kekuasaannya yang tidak dapat dibantah, dicegah. Jika dia
menghendaki sesuatu, maka Dia hanya berfirman “jadilah”maka hal itu pun
terjadi. Hal ini seperti firman Allah SWT “dan perintah kami hanyalah satu
perkataan seperti kedipan mata. (Al-Qomar:50)
Kemudian Allah
menerangkan berbagai karunia yang diberikan kepada hamba-hambanya tatkala
mereka dikeluarkan dari perut ibuya dalam keadaan tidak mengetahui keadaan.
Kemudian memberiya dia memberi pendengaran, penglihatan, dan hati. Yang
dimaksud dengan hati adalah akal yang berpusat di kolbu demiakian menurt
pendapat yang soheh. Daya dan indra ini di peroleh manusia berangsur-rangsur.
Setiap kali tumbuh, bertambahlah daya pendengaran, penglihatan, dan akalnya
sehingga dewasa.
Selanjutnya Allah mengingatkan hambanya agar
memjperhatikan burung yang ditakhlukna diantara langit dan bumi bagaiman Dia membuatnya dapat terbang
dua sayap. Tiada yang menahannya disana kecuali Allah dengan kekuasaannya Dia
menakhlukan udara supaya membawa dan merbangkan burung tersebut. Ayat ini
senada dengan ayat lain yaitu dsn spsksh mereka tidak memperlihatkan
burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya diatas mereka? Tidak
ada yang menahannya diudara selain yang maha pemurah. Sesungguhnya dia Maha
melihat segala sesuatu.”(Al-Mulk:19)
b.
Tafsir Al-Maroghi
·
Pengertian secara umum
Dalam ayat yang telah lalu Allah mengumpamakan dirinya
dengan orang yang menyuruh melakukan keadialan dan dia sendiri berada diatas
jalan yang lurus. Tidak mungkin orang itu dapat melakukan hal tersebut, kecuali
jika ia seorang yang sempurna ilmu dan kekuasaannya. Dalam ayat-ayat ini
dijelaskan apa uang membuktikan tentang perkara gaib yang ada di langit dan di
bumi hanya ada pada sisinya, maka di jelaskan bahwa kebangkitan kiamat secepat
kehidupan mata atau lebih cepat daripada itu.
·
Penjelasan
وَاللهُ اَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أَمَّهَتِكُمْ
لَا تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا وَجَعَلَ َلُكُمُ السَّمْعَ وَالأبْصَرَوَالأَفْئِدَةَ ۙ
Allah menjadikan kalian mengetahui apa yang tidak kalia
ketahui, setelah dia mengeluarkan kalian dari dalam perut ibu. Kemudia memberi
kalian akal yang denga itu kalian dapat memahami dan membedakan antara yang
baik dan yang buruk, antara petunjuk dan kesesatan, dan antara yang salah dan
yang benar, menjadikan pendegaran bagi kalian yang dengan itu kalian dapat
mendengar suara-suara, sehingga sebagian kalian dapat memahami dari sebagian
yang lain apa yang saling kalian perbincangkan, menjadikan penglihatan, yang
sengan itu kalian dapat melihat orang-orang, sehingga kalian dapat saling
mengenal dan membedakan antara sebagian dengan sebagian yang lain yang
menjadikan perkara-perkara kalian dengan sebagian yang lain, dan menjadikan
perkara-perkara yang kalian butuhkan didalam hidup ini, sehingga kalian dapat
mengetahui jalan, lalu kalian menempuhnya untuk berusaha mencari rizki dan
barang-barang agar kalian dapat memilih yang baik dan meninggalkan yang buruk.
Demikian halnya dengan seluruh aspek kehidupan.
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Dengan harapan kalian dapat bersukur kepadanya dengan
menggunakan nikmat-nikmatnya dalam tujuannya yang untuk itu ia ciptakan, dapat
beribadah kepadanya, dan agar dengan setiap anggota tubuh kalia melaksaakan
keta’ata kepadanya
c.
Tafsir Al-Misbah
Sayid kutub memberikan ayat ini sebagai pemaparan contoh
sederhana dalam manusia yang tidak terjagkau oleh-Nya yakni kelahiran, padahal
ini terjadi disetiap saat disiang dan malam. Persoalannya adalah gaib yang
dekat, tetapi sangat jauh dalam menjangkaunya. Ayat diatas meggunakan kata
as-sam pendengaran dalam bentuk tunggal
dan menetapkanya sebelum kata الأبْصَر/
penglihatan-penglihatan yang berbentuk jama’serta الأَفْئِدَةَ/
aneka hati yang juga berbentuk jama’.
Kata الأَفْئِدَةَ adalah bentuk
jama’ dari kata fuad yang penulis menejermahkan dengan aneka hati guna
menunjukan makna jama’ itu. Kata ini di pahami oleh banyak ulama dalam arti
akal. Makna ini dapat diterima jika yang dimaksud denganny adalah daya fikir
dan daya kalbu, yang menkadikan seseorang terikat sehingga tidak terjerunus
dalam kedurhakaan dan kesalahan, dengan
demikian tercangkup dalam pengertianya potensi meraih ilham dan percikan
cahaya ilahi.
Alat-alat yang di anugrahkan Allah itu masih belum
digunakan oleh umat islam bahkan para penutut ilmu secara sempurna. Pelajar dan
mahasiswa kita lebih banyak menggunakan indra pendengar dari pada idra
penglihat , indra pendengar baru digunakan setengah-setengah. Akal tidak jarang
diabaikan, dan kalbu hampir selalu terabaikan termasuk dalam lembaga-lembaga
pedidikan agama sungguh ironis.
Firmannya : لا تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا
/tidak mengetahui suatu apapun dijadikan oleh para pakar sebagai bukti bahwa
manusia lahir tanpa sedikit pengetahuanpun. Manusia kata mereka, bagaikan
kertas putih yang belum dibubuhi satu hurufpun. Pendapat ini benar jika yang
dimaksud dengan pengetahuan adalah pengetahuan kasbiy, yakni yang diperoleh
melalui upaya manusia.
ANALISIS
Dalam surat An-nahl bahwasanya Allah SWT berfirman telah
mengeluarkan kita dari perut ibu kita dengan tidak mengetahui apa-apa kemudian
Allah Swt memberikan kita akal dengan akal itu kita bisa membedakan
perkara-perkara atau perbuatan-perbuatan yang di pandang jelek,buruk atau baik
menurut agama kita, kemudian Allah SWT memberikan kita pendengaran. Demgan
pendengaran itu kita bisa mendengar macam-macam suara dan supaya kita banyak
mendengar seperti masihat-nasihat agama yang di berikan oleh guru kita dll, dan
juga Allah swt disamping memberikan pendengaran Allah memberikan penglihatan
supaya kita dapat melihat, dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk
selain itu kita dapat melihat kekuasaan Allah dengan mata kita sehingga kita
mengetahui bahwa Allah Maha pencipta alam jagat raya ini, dan denagan itu pula
kita dapat melihat jalaan dengan itu
kita dapat mencari rizki untuk kehidupan kita. selain itu juga Allah memberikan kita hati utuk
bisa membedakan mana perkara yang baik yang harus dikerjakan dan mana perkara
yang buruk yang harus ditinggalkan. Dan dengan di cipttakan itu semua supaya
dapat bersukur dengan taat kepadanya.
·
Q.S. Al-Isra:36
وَلا تَقْفُ
مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَئِكَ
كَانَ عَنْهُ مَسْئُوْلاً ÇÌÏÈ
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”
a.
Ibnu Katsir
“ Dan janganlah kamu mengikuti, yakni janganlah kamu
mengatakan apa yang kamu tidak mengetahui pengertian tentangnya “ maksudnya,
janganlah kamu mengatakan, “ Aku telah melihat, padahal kamu tidak melihat,”
aku mendengar padahal kamu tidak mendengar, karena Allah SWT aka menanyakan hal
itu kepadamu.
Firman Allah SWT “ semua itu, yakni hal-hal yang
berkenaan dengan pendengaran, penglihatan, dan hati “ akan diminta pertanggung
jawabannya.” Yakni seorang hamba akan ditanya mengenai hal itu pada hari
kiamat, ditanya tentang dirinya dan perbuatannya. begitu pula Allah telah
mempersyaratkan untuk memperoleh keridaan dan pahala seperti itu, hendaklah
orang beramal demi akherat, dan hendaklah beriman. Maka tidak kmengherankan,
pada ayat ini Allah menguraikan secara rinci hakekat iman dan amal-amal yang bila
dilakukan oleh seorang mu’min maka berarti dia berusaha untuk mencari
kebahagiaan di akherat, dan tergolonglah ia ke dalam orang-orang yang bernasib
bahagia dan beruntung kemudian, di lanjutkan pula dengan menyebutkan hal-hal
yang termasuk syi’ar-syi’ar dan syarat-syarat iman. Yaitu, beribadah kepada
Allah semata tanpa mempersekutukan-Nya
b.
Tafsir Al-Maraghi
·
Penafsiran Kata-Kata Sulit
w: Adalah dari kata Qafauta asara fulanin artinya kamu mengikuti
jejak si fulan ß#ø)s? : mengikuti
Pengertian
Secara Umum
Syi’ar
islam
Setelah Allah menerangkan bahwa
manusia itu ada dua golongan : segolongan amalnya menghendaki dunia saja,
akibatnya mereka mendapatkan siksa dan nasib yang buruk, dan segolongan yang
lain, dengan amalnya menghendali ketaatan kepada Allah dan mereka itulah yang
berhak mendapatkan rida-Nya dan memperoleh pahalanya dari-Nya begitu pula Allah
telah mempersyaratkan untuk memperoleh keridhaan dan pahala seperti itu,
hendaklah orang beramal demi akherat, dan hendaklah beriman. Maka tidak
kmengherankan, pada ayat ini Allah menguraikan secara rinci hakekat iman dan
amal-amal yang bila dilakukan oleh seorang mu’min maka berarti dia berusaha
untuk mencari kebahagiaan di akherat, dan tergolonglah ia ke dalam orang-orang
yang bernasib bahagia dan beruntung kemudian, di lanjutkan pula dengan
menyebutkan hal-hal yang termasuk syi’ar-syi’ar dan syarat-syarat iman. Yaitu,
beribadah kepada Allah semata tanpa mempersekutukan-Nya.
c.
Tafsir Al-Misbah
Ayat ini menegaskan bahwa manusia pun akan di tuntut
mempertanggung jawabkan kerja Al-fuad/hatinya. Para ulama menggaris bawahi
bahwa apa-apa yang tersirat dalam bermacam-macam da bertingkat-tingkat. Ada
yang dinamai hajias yaitu sesuatu yang terlintas dalam pikiran secara spontan
dan akhir seketika. Selanjutnya khtair, yakni yang terlintas sejenak kemudian
berhenti tingkat ketiga adalah apa yang dinamai hadits nafs, yakni
bisikan-bisikan hati yang dari saat kesaat muncul dan bergejolak. Dan tingkat
yang lebih tinggi ialah hamm, yaitu kehendak melakukan sesuatu sambil memikirkan
cara-cara pencapainya, dan yang terakhir sebelum langkah mewujudkan kegiatan
adalah ‘ azm yakni kebetulan tekad setelah rampungnya seluruh proses hamm dan
dimulainya langkah awal bagi pelaksanaan. Yang di tuntut kalak adalah azmm itu,
dan semua yang ada dalam hati dan belum mencapai tingkat azmm di toleransika
oleh Allah SWT.
Allah telah mempersyaratkan untuk
memperoleh keridhaan dan pahala seperti itu, hendaklah orang beramal demi
akherat, dan hendaklah beriman. Maka tidak kmengherankan, pada ayat ini Allah
menguraikan secara rinci hakekat iman dan amal-amal yang bila dilakukan oleh
seorang mu’min maka berarti dia berusaha untuk mencari kebahagiaan di akherat,
dan tergolonglah ia ke dalam orang-orang yang bernasib bahagia dan beruntung
kemudian, di lanjutkan pula dengan menyebutkan hal-hal yang termasuk
syi’ar-syi’ar dan syarat-syarat iman. Yaitu, beribadah kepada Allah semata
tanpa mempersekutukan-Nya.
ANALISIS
Dalam ayat ini Allah menerangkan
bahwasanya semua anggota tubuh kita akan di pinta pertanggung jawaban
diantaranya pendengaran, penglihatan, dan hati. Di dalam tafsir al-misbah ada
yang dinamai hajias yaitu sesuatu yang terlintas dalam pikiran secara sepontan,
dan kedua khatir terlintas sejenak dan ketiga yaitu hadist nafsyaitu
bisikan-bisikan hati yang sesaat muncul dan bergejolak dan yang lebih tinggi
tingkattanya adalah khendak melakukan sesuatu sambil memikirkan cara
pencapaiannya dan yang terakhir; sebelum melakukan kegiatan adalah ‘azm yakni
kebetulan tekad setelah rampung nya seluruh proses hamm dan dimualianya langkah
awal bagi pelaksanaan. Dan kelak akan di tuntut adalah azm saja dan yang lain
oleh Allah ditoleransikan. Maka hendaklah dia beramal baik demi akhirat dan
menjalankan syariat dengan baik dan beribadah krpada Allah dengan tanpa
mempersekutukanya.
Q.S Al-Mu’minun:78
وَهُوَ الَّذِى أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ
وَالأبْصَرَوَالأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيْلا مَا تَشْكُرُوْنَ
“Dan Dialah yang telah menciptakan kamu sekalian,pendengaran,
penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur’(Al-Mu’minun:78)
a.
Tafsir
Ibnu Katsir
Allah SWT. Berfirman bahwasanya Dia
telah pernah mencoba mereka dengan berbagai musibah dan bencana, antara lain
kekalahan yang mereka alami pada perang badar, banyak di antara pemuka-pemuka
terbunuh atau ditawan dan muslim kering yang menjadikan mereka menderita
kelaparan, nsamun mereka tetap tidak mau tunduk kepad Tuhan mereka dan tidak
pula merendahkan diri memohon pertolongan, hingga apabila Azab Allah secar
tiba-tiba dating kepada mereka, barulah mereka panik dan putuslah harapan
mereka dari segala kebaikan dan ketenangan.
Kemudian dalam firman-Nya Allah
menyebut beberapa nikmat yang telah dikaruniakan kepada hamba-hamba-Nya, di
antaranya nikmat pendengaran, penglihatan, akal dan hati sebagai sarana
berfikir, menimbang dan memperhatikan serta merenungkan kekuasaan Allah yang
ditandai oleh penciptaan alam semesta ini, akan tetapi alangakah sedikitnya
manusia bersyukur atas karunia Tuhan yang tidak ternilai besarnya itu.
Juga Allah menyebut diantara di
antara nikmat-nikmat-Nya ialah, adanya pertukaran malam yang gelap dengan siang
yang terang dan bahwa Dia-lah yang berkuasa menghidupkan sesuatu yang mati dan
mematikan sesuatu yang hidup serta berkuasa kelak membangkitkan semua yang mati
hidup kembali untuk berhimpun di padang mahsyar. Akan tetapi orang-orang kafir
itu walaupun sudah melihat, mendengar dan memperhatikan dalil-dalil serta
bukti-bukti yang nyata bagi kemungkinan terjadinya kebangkitan kembali, mereka
tetap mengingkarinya dan selalu mengucapakan kata-kata yang dahulu diucapkan
oleh nenek moyang mereka. Allah berfirman dalam surat “an-Nazi’at”:
‘Apakah (akan
dibangkitkan juga) apabila Kami telah menjadi tulang belulang yang hancur
lumat?"
Mereka berkata:
"Kalau demikian, itu adalah suatu pengembalian yang merugikan’ Sesungguhnya
pengembalian itu hanyalah satu kali tiupan saja, Maka dengan serta merta mereka
hidup kembali di permukaan bumi.
b.
Tafsir Al-Misbah
Ayat yang lalu mengecam dan megancam kaum musrukin
dengan siksa yang amat penih. Kini Allah menoleh lagi kepada mereka, siapa tau setelah
ancaman itu hati mereka akan terbuka, karna peringatan tentang siksa yang amat
mengundang keinsapan. Demikia Al-biqo’ai, menghubungkan ayat-ayat di atas dengan
ayat yang lalu.
Sayid kutub mengomentari ini dengan menyatakan bahwa ini
adalah uraian yang lain guna menghidupkan rasa manusia menunjuk bukti-bukti
keimanan dalam diri dan serta anggota badan, serta potensi-potensi yang
dianugrakan Allah kepadanya, niscahya ia akan menemukan Allah dan mengetahui
melalui anugrah itu bahwa Dia pencipta yang maha Esa, karna tidak satupun
selain Allah yang kuasa pencipta dengan semikian istimewa ciptaan ini baik
dalam bagiannya yang kecil apalagi yang besar.
c.
Tafsir Al-Maraghi
* Penafsiran kata-kata sulit
yìôJ¡¡9$ا:
Pendengaran yang telah Allah beriakan berupa telinaga.
»|Áö/F{$#u: Penglihatan berupa mata
yang telah Allah beriakan kepada manusia
oyÏ«øùF{$#ur: Hati dengan hati manusia
dapat mengeluarkan pendapat yang ada dalam hatinya
Pengertian
Secara Umum
Setelah Allah menciptakanmanusia belum
sampai hanya Allah menciptakan saja kan tetapi dengan kasih sayang-Nya Allah
pun memberikan teliga agar manusia dapat mendengar dengan baik kemudian Allah
memberikan berupa mata supaya kita dapat melihat akan besarnya kekuasaan Allah.
Lalu Allah pun menciptakan hati agar kita dapat memhamkan segala ciptaan Allah
melalui hati kemudian dari hati tersebut kita bias mnsyukuri akan nikmat-Nya.
ÇÍÈ عَلَمَهُ الْبَيَا نَ
“mengajarnya pandai berbicara”(Ar-Rahman :4)
a.
Tafsir Ibnu Katsir
Allah SWT menggambarkan tentang karunia dan rahmatnya
kepada makhluknya bahwa Dia telah menunkan Al-quran kepada hamba-hambanya
memudahkan dalam menghapal dan memahamin kapada orang yang telah mengjarkan
Al-quran. Dia menciptakan manusia’mengajarkannya pandai bicara.’ Al-Hasan
mengtakan,yang dimaksudkan dengan Al-bayan adalah pegajaran yaitu membaca
Al-quran. Pembacaan dengan itu memudahkan pengajaran kepada hamba-hamnanya dan
meudahkan dalam mengartikulasikan huruf-huruf dari daerah-daerah artikulator,
yauti teggorokan, lidah, bibir sesuai dengan karagaman artijulasi dan jenis
hurufnya.
Oleh
karenanya manusia itu manusia mahluk sosial menurut tabi’atnya, yang tak bisa
hidup kecuali bermasyarakat dengan sesamanya maka haruslah ada bahasa yang di
gunakan untuk salingmemahamkan seasamanya, ini adalah nikmat ruhani terbesar
yang tak bisa di tandingi dengan nikmnat lainya dalam hal ini, Allah menyebutkan
bahwa hal yang harus di pelajari yaitu Al-Qur’an yang denan itulah diperoleh kebahagiaan
b.
Tafsir Al- maraghi
Penafsiran
kata-kata sulit
b$ut6ø9$ا- : kemampuan manusia untuk mengutarakan
isi hati dan memahamkannya kepada orang
lain
Pengertian
secara umum
Allah SWT.
Menerangkan nikmat-nikmat yang dibuat oleh raja yang maha kuasa itu untuk hamba-hamba-Nya, sebagai
rahnmamt bagi mereka.
Yaitu:
1.
Bahwa Dia telah mengajari manusia kemampuan berbicara
dan memahamkan kepada orang lain, hal mana tidak bisa terlaksanakan kecuali
dengan adanya jiwa dan akal.
Penjelasan
çmyJ¯=tã) tb$ut6ø9$# (
Allah
telah mengajarkan manusia untuk
mengungkakan apa yang terlintas dalam hatinya dan terbetik dala sanubarinya
sekiranya tidak dimikian, mak Nabi saw, takkan dapat mengajarkan Al-Qur’an
kepada umatnya. Oleh karenanya manusia itu manusia mahluk sosial menurut
tabi’atnya, yang tak bisa hidup kecuali bermasyarakat dengan sesamanya maka
haruslah ada bahasa yang di gunakan untuk salingmemahamkan seasamanya, ini
adalah nikmat ruhani terbesar yang tak bisa di tandingi dengan nikmnat lainya
dalam hal ini, Allah menyebutkan bahwa hal yang harus di pelajari yaitu
Al-Qur’an yang denan itulah diperoleh
kebahagiaan
c.
Tafsir al-Misbah
Allah ar-Rahman yang mengajarkan
al-Qur’an itu Dialah yang menciptakan
manusia mahluk yang membutuhkan tuntunan-Nya, sekaligus yang paling berpotensi
memanfaatkan tuntunan itu dan mengajarkanya ekspresi yakni kemampuan
menjelaskan apa yang ada di dalam benakya, dengan berbagai cara utamanya adalah
bercakap dengan baik dan benar.
Kata al-bayan pada mulanya bertarti jelas. Kata tersebut
disini dipahami oleh thabatthaba’I dalam arti ‘potensi mengungkap yakni
kalam ucapan yang dengannya dapat terungkapayang terdapat dalam benak.
Sedangkan kata ‘allama / mengajar
tidak selalu dalam bentuk mendiktekan sesuatu atau menyampaikan suatu kata
jkuga ide, tetapi dapat juga dalam arti mengasah potensi yang dimilki yang
dimiliki peserta didik sehingga pada akhirnya potensi itu terasah dan dapat
melahirkan pengetahuan.
Dari penjelasan di atas agaknya kita
tidak perlu menoleh kepada pendapat yang
menyatakan bahwa yang dimaksud oleh ayat di atas dengan kat al-bayan buat
Adam as. Adalah nama-nama yang diajarkan Allah kepadanya seperti dalam
firman-Nya:
“Dan Dia
mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang
benar!" (al-baqarah: 31)
ANALISIS
Dalam surat di atas diterangkan bahwa Allah mengeluarkan
manusia dari perut seorang ibu tanpa memiliki pengetahuan sesuatupun dan
manusia dikaruniai alat-alat indra seperti : pendengaran, penglihatan,
penciuman, dan alat potensial lainnya,dan bahwa alat-alat potensial yang
dimiliki manusia dapat dirinci melalui Al-Qur’an sebagaimana dijelaskan oleh
Abdul Fattah Jalal, yang disitir oleh Muhaimin, dalam bukunya : “Min Al-Ushul
At-Tarbawiyah”, telah mengkaji ayat-ayat Al-Qur`an mengenai alat-alat potensial
yang telah di anugrahkan oleh Allah SWT, kepada manusia untuk meraih ilmu
pengetahuan. Masing-masing alat tersebut, saling berkaitan dan saling
melengkapi dalam mencapai ilmu. Alat-alat tersebut adalah:
a. Al-Lams dan al-syum (alat peraba dan alat penciuman /
pembau), sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al-An’am ayat 7 dan Qs.Yusuf ayat
94.
b. Al-Sam’u (alat pendengaran) penyebutan alat ini
dihubungkan dengan pengelihatan dan qalbu, yang menunjukkan adanya saling
melengkapi antara berbagai alat itu untuk mencapai ilmu pengetahuan.
Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al- Isra’ ayat 36, Al-Mu’minun ayat 78 dan
sebagainya.
c. Al-Abshar (pengelihatan). Banyak ayat Al-Qur’an yang
menyeru manusia untuk melihat dan merenungkan apa yang dilihatnya, sehingga
dapat mencapai hakikatnya. Sebagaimana firman Allah dalam Qs.Al- A’raf ayat 185,
Yunus ayat 101 dan sebagainya.
d. Al- Aql (akal atau daya berfikir). Al-Qur’an
memberikan perhatian khusus terhadap penggunaan akal dalam berfikir,
sebagaimana firman Allah dalam Qs.Al-Imron ayat 191.
e. Al-Qalb (kalbu). Hal ini termasuk alat ma’rifah yang
digunakan manusia untuk mencapai ilmu, sebagaimana firman Allah dalam Qs.
Al-Hajj ayat 46, Qs. Muhammad ayat 24 dan sebagianya, kalbu ini mempunyai
kedudukan khusus dalam ma’rifah ilahiyah, dengan kalbu manujsia dapat meraih
berbagai ilmu serta ma’rifah yang diserap dari sumber Ilahi. Dan wahyu itu
sendiri diturunkan ke dalam kalbu Nabi Muhammad SAW sebagimana firman Allah
dalam Qs. Al-Syu’araa’ ayat 192-194.
Hasrat menguasai akan membuat manusia saling membinasakan
sesamanya dengan teknologi yang dimilikinya. Lihat saja perang demi perang,
dengan segala kehancurannya, tak pernah membuat manusia jera. Agamapun tak
sanggup membendungnya. Bahkan, tak jarang agama diselewengkan untuk memenuhi
hasrat primitif tersebut. Sampai-sampai Jonathan Swift berujar begini, “Kita
punya cukup banyak agama untuk membuat kita saling membenci, tetapi tak cukup
agama yang membuat kita saling mencintai.” Tentu saja pernyataan ini tak
sepenuhnya benar.
Bila kita amati, di dalam agama ada aspek budi pekerti. Hanya,
sayangnya aspek ini jarang ditekankan dibandingkan aspek lainnya. Lewat email,
kawan saya menceritakan seorang staf di kantornya yang rajin beribadah, telah
di-PHK karena memalsukan dokumen. Banyak orang memahami agama sekadar ritual,
pertemuan ibadah, dan kegiatan agamawi belaka. Padahal, esensi beragama bukan
di sana. Intisari beragama justru pada keluhuran budi pekerti.
Tanpa budi, mungkin kita sudah punah. Mana mungkin kita mencapai
keunggulan peradaban terkini. Malahan, mungkin dunia sudah kiamat.
Untunglah manusia dikarunia kemampuan untuk memadukan akal dan
budinya. Saling me-leverage. Bukan saling menegasikan. Tetapi saling
memperkuat. Akal harus terus dikembangkan. Budi harus terus diberdayakan.
Bersinergi. Dan, menghasilkan keunggulan insani.
Dalam surat Al-Isra ayat:36 diterangkan bahwa kita
jangan mengikuti apa yang kita tidak ketahui, karena sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya atas apa
yang pernah kita perbuat didunia dan akan dipertanggung jawabkan di akhirat.
Dalam Q.S. Al-Mu’minun menerangkan bahwa Allah SWT
memberikan keistimewaan bagi manusia dengan diciptakan dengan sempurna dan
memiliki pendengaran,penglihatan dan alat-alat indrawi lainya tetapi banyak
manusia yang tidak bersyukur kepada Allah dan bahkan banyak diantara mereka
yang berpaling dan meninggalkan ajaran Allah dan mereka tidak sadar bahwa
setelah kematian masih ada kehidupan yang kekal dan abadi yaitu alam akhirat, dan
akan diminta pertanggungan jawabnya atas apa yang pernah kita perbuat didunia
dan akan dipertanggung jawabkan nanti di akhirat
.
D.
Dari segi fungsi dan kedudukannya antara lain.
·
Al-Baqarah:30
øuو)Îْ $s%tل /uكَ Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` فِىÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù مَنْ ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãأعْلمr $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan
berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(Al-baqarah:30)
a.
Tafsir Ibnu Katsir
Allah SWT berfirman ‘ Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah
dibumi yakni ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:’
Sesungguhnya Aku hedak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka
berkata :” mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) dibumi itu orag yang
akan membuat kerusakan padanya dan menmpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan engkau? “ Sesungguhya aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”( Al-baqarah:30)
Allah SWT. Menceritakan
perihal anugrah-Nya kepada Bani Adam, yaitu sebagai mahluk yang mulia; mereka
disebutkan dikalangan makhluk yang tertinggi_yaitu para malaikat_sebelum mereka
diciptakan. Untuk itu Allah SWT berfirman :
وَإِذْ قَالَ رَبُّك ِللْمَلَئِكَةِ
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada Para Malaikat.”( Al-baqarah:30)
Makna yang dimaksud ialah ‘hai Muhammad, ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada para malaikat,dan ceritakanlah hal ini kepada kaummu’.
b. Tafsir Al-Maraghi
Penafsiran kata-kata sulit
ZpxÿÎ=yz: Jenis lai dari makhluk
sebelumnya. Bisa juga diartikan sebagai pengganti Allah untuk melaksanakan
perintah-perintah-Nya terhadap umat manusia.
At-Tasbih
: mensucikan Allah SWT. Dan sifat-sifat yang tidak patut bagi Allah
As-Safak,
As-Safah, As-Sakab : mempunyai arti sama yakni mengalirkan atau menumpahkan.
At-Taqdis
: menetapkan sifat-sifat yang layak
bagi Allah, yakni sifat-sifat yang sempurna.
Pengertian secara umum
Kandungan ayat ini sama dengan
ayat-ayat sebelumnya, yakni menjelaskan nikmat-nikmat Allah, yang dengan nikmat
itu dapat menjauhkan dari maksiat dan kufiur, dan dapat memotifasi seseorang
untuk beriman kepad Allah.
Penjelasan
øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz
Artinya, ‘katakanlah wahai Muhammad terhadap kaummu cerita pembicaraan
Allah kepad para malaikat. Sesungguhnya kami akan menjadikan adam sebagai
khalifah dan pengganti mamhluk lain yang dulu mmenghuni bumi.
c. Tafsir
Al-Misbah
Sebelum kita teruskanpenafsiran ayat ini,
terlebi dahulu haruslah dengan segala kerendahan dan iman kita pegang apa yang
telah dipimpinkan Tuhan pad ayat yangyiga pad permulaan sekali, yaitu tentang
percaya kepad yang ghaib. Tuhan telah menyampaikan dengan wahyu kepada
utusannya bahwa tuhan pernah bersabda
kepad Malaikat bahwa tuhan hendak mengangkat seorang khalifah di bumi. Maka terjadilah
semacam soal jawab di antar Tuhan dengan malaikat. Bagaimana keduduknya dan
dimana tempatnya bila waktunya soal jawab itu?
Tidaklah layak hendak kita kaji sampai
kesana Sebelum kita teruskanpenafsiran
ayat ini, terlebi dahulu haruslah dengan segala kerendahan dan iman kita pegang
apa yang telah dipimpinkan Tuhan pad ayat yangyiga pad permulaan sekali, yaitu
tentang percaya kepad yang ghaib. Tuhan telah menyampaikan dengan wahyu kepada
utusannya bahwa tuhan pernah bersabda
kepad Malaikat bahwa tuhan hendak mengangkat seorang khalifah di bumi. Maka
terjadilah semacam soal jawab di antar Tuhan dengan malaikat. Bagaimana
duduknya dan dimana tempatnya bila waktunya soal jawab itu? Tidaklah layak
hendak kita kaji sampai kesana
Kata
khalifah pemimpin adalah seorang pemimpin yang bukan hanya
seorang pemimpin yang bekecimpung di dalam roda pemerintahan akan tetapi
pemimpin dalam rumah tanggapun termasuk khalifah.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari salah seorang ahli bahasa Arab_yaitu Abu
Ubaidah_bahwa lafaz iz dalam hal ini merupakan huruf zaidah
(tambahan),dan bentuk lengkap kalimat ialah wa qala rabbuka tanpa
memakai iz.
Pandapat tersebut
dibantah oleh Ibnu Jarir. Menurut Al-Qurtubi,semua ahli tafsir pun membantahnya.
Hingga az-Zujaj mengatakan bahwa pendapat tersebut merupakan tindakan kurang
ajar dari Abu Ubaidah.
جَاعِلٌ فِى الاَرْضِ خَلِيْفَةًانىِ
“Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (Al-Baqarah:30)
Yakni suatu kaum yang sebagian menggantikan sebagian yang lain silih
berganti, abad demi abad, dan generasi demi generesi, sebgaimana seperti firman
yang terkandung dalam firman-Nya:
·
Q.S. Al-An’am:165
وَهُوَالَّذِيْ جَعَلَكُمْ خَلَئِفَ
الاَرْضِ .
Dan dialah
yang menjadikan penguasa-penguasa di bumi.(Al-An’am:165)
a. Tafsir
Ibnu Katsir
Allah Ta’ala berfirman “Dan
Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khlaifah di bumi yakni Ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
(Al-Baqarah:30)
Dalam sahih muslim dikemukakan pad
hadits abi nudhrah dari Abu Said al-Khudri r.a bahwa Rasulullah saw bersabda:
” Dunia ini
manis dan hijau dan Allah menjadikan kamu sebagai khalifah di sini lalu dia
mengawasi apa yang kamu lakukan. Maka jagalah dirimu dari rayuan dunia wanita
Karena fitrah yang pertama kali menimpa Bani Israil adalah soal wanita.
وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَآءَ الاَرْضِ .
Dan yang
menjadikan kalian (manusia) sebagai khalifah di bumi.(An-Naml:62)
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ .
Maka
datanglah sesudah mereka generasi lain.(Al-A;raf:169)
Menurut qira-ah yang syaz di baca inni ja’ilun fil ardi khalifah
(sesungguhnya aku hendak menjadikan khalifah-khalifah di muka bumi ini).
Demikianlah diriwayatkan oleh Zamakhasyri dan lain-lain.
Al-Qutubi menukil zaid ibnu Ali, yang dimaksud dengan
khalifah dalam ayat ini bukanlah Nabi Adam a.s. saja yang seperti dikatakan
o;eh sejumlah ahli tafsir. Al-kutubi menisbatkan pendapat kepada Ibnu Abbas,
Ibnu Mas’ud, dan semua ahli takwil. Akan tetapi, apa yang dikatakan Al-Kutubi
ini masih perlu dipertimbangkan. Bahkan perselisihan dalam masalah ini masih
banyak, menurut Riwayat Ar-Razi dalam kitab tafsirnya, juga oleh yang lainnya.
Pengertian lahiriah Nabi Adam a.s. saat itu masih belum
kelihatan di alam wujud. Karena jikalau sudah ada , berarti ucapan para
malaikat yang disitir oleh firman-Nya dinilai kurang sesuai, yaitu :” mengapa
engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah? (Al-Baqarah:30)
Karena sesungguhnya mereka (para malaikat) bermaksud
bahwa diantara makhluk ini ada orang-orang yang melakukan hal tersebut melalui
ilmu yang khusus, atau melalui apa yang mereka pahami dari watak manusia.
Karena Allah Swt memberitahukan kepada merka bahwa dia akan menciptakan jenis
makhluk ini dari tanah liat kering yang
berasal dari lumpur hitam. Atau mereka berpemahaman bahwa yang di maksud dengan
khalifah ialah yang melerai pesengketaan diantara manusia, yaitu memutuskan
hukum terhadap apa yang terjadi dikalangan mereka menyangkut perkara-perkara
penganiayaan, dan melarang mereka melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan
serta dosa-dosa. Demikianlah menurut Al- Qurtubi. Aatau para malaikat
mengkiaskan manusisa dengan makhluk sebelumya, sebagai mana yang akan kami kemukakan dalam berbagai pendapat ulama
tafsir.
Ucapan para malaikat ini bukan dimaksudkan menentag atau
memperotes Allah, bukan pula dorongan dengki terhadap manusias, sebagai mana
oleh sebagian ulama tafsir, sesungguhnya Allah Swt. Menyifati para malaikat;
mereka tidak pernah menanyakan sesuatu kepadaNya yang tidak diizinkan bagi
mereka mengemukakannya.
Dalam ayat ini (dinyatakna bahwa) ketika Allah
memberitahukan kepada mereka bahwa Dia akan di bumi suatu _menurut Qatadah_,
para malaikat telah mengetahui sebelumnya bahwa makhluk-makhluk tersebut gemar
keruakan padamya (dibumi). Maka mereka mengatakan:
اَتَجْعَلُ فِيْهَا
مَنْ يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّ مَآءَ
"Mengapa engkau
hendak menjadiakan (khalifah) dibumi itu orang yang akan membuat keruskan
padanya dan menumpahkan darah?"
(Al-baqarah:30)
Sesungguhnya kalimat ini merupakan pertanyaan meminta
informasi dan pengetanhuan tentang hikmah yang terkandung di dalam penciptaan
itu. Mereka mengatakan, “Wahai Tuhan kami, apakah hikmah yang terkandung dalam
penciptaan mereka, padahal diantara mereka ada yang membuat kerusakan dimuka
bumi dan mengalirkan darah? Jikalau yang dimaksud agar engkau disembah, maka
kami selalu betasbih kepada Mu, sebagimana yang akan di sebutkan nanti. Dengan
kata lain (seakan akan para malaikaa mengatakan), “kami tidak pernah melakukan
sesuatu pun dari hal itu (kerusakan dan mengalirkan darah),maka mengapa engkau
tidak cukup hanya dengan kami para malaikat saja?”
Allah Swt. Berfirman menjawab pertanyaan tersebut:
اِنِّي اَعْلَمُ مَالاَ
تَعْلَمُوْنَ .
"Sesungguhnya
Aku mengethui apa yang kalian ketahui" (Al-Baqarah:30)
Dengan kata lain, seakan akan Allah bermaksud bahwa
sesugguhnya aku mengetahui hal-hal yang tidak kalian ketahui menyangkut
kemaslahatan yang jauh lebih kuat dalam dalam penciptaan jenis makhluk ini dari
pada kerusakan-kerusakan yag kalian sebut itu karena sesugguhnya aku akan
menjadikan dari kalangan mereka Nabi-nabi dan Rasul-rasul diantara mereka ada
para siddiqin, para syuhada, orang-orang shaleh, ahli ibadah ahli juhud, para
wali, orang-oramg bertaqwapera muqarabin, para ulama yang memgamlkan ilmunya,
orang-orang khusuk, dan orang yang cinta kepada Allah Swt lagi mengikuti jejak
Rasul- rasul Nya.
Ditetapkan dalam hadis shahih bahwa para malaikat
apabila naik kelangit mennghadap ke pada
Tuhan mereka seraya membawa amal-amal hambanya maka Allah SWT bertanya kepada
mereka (sekalipun dia lebih mengetahui), ‘dalam keadaan apakah kalian
tinggalkan hamba-hambaku?’ mereka para malaikat menjawab,’kami datangi mereka
dalam keadaan sedang shalat, dan kami tinggalkan dalam keadaan shalat. Demikian
itu karna mereka datang kepada kita silih berganti,dan mereka berkumpul dala
shalat subuh dan shalat ashar. Malaikat yang datang tinggal bersama kita ,
sedangkan malaikat yang menunaikan tugasnyanaik meninggalkan kita seraya
membawa amal-amal kita, sebagaiman ayang sebutkan oleh sabdah Nabi : "Di
laporkan kepadanya amal perbuatan malam hari sebelum siang hari sebelum sing
hari dan amal siang sebelum malam hari."
Ucapan para malaikat yang mengatakan,’kami datangi
mereka sedang dalam keadaan shalat, dan kami tinggalkan mereka sedang dalam
keadaan shalat’merupakan tafsir dari firmannya kepada mereka (para malaikat):
اِنِّي اَعْلَمُ مَالاَ
تَعْلَمُوْنَ .
Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak ketahui.(Al-Baqarah:30)
Menurut pendapat lain, firmannya ini merupakan jawaban
kepada mereka, yang artinya, ‘Sesungguhya aku mempunyai hikmah terinci mengenai
penciptaan makhluk ini, sedangkan keadaan yang kalian sebut itu sebenarnya
kalian tidak mengetahuinya.
Menurut pendapat lainya firmannya ini merupakan jawaban
ucapan mereka yang disitir oleh firmannya:
نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ .ونحن
Padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
engkau dan menyucikan engkau(Al-Baqarah:30)
Lalu Allah SWT berfirman :
اِنِّي اَعْلَمُ مَالاَ
تَعْلَمُوْنَ .
Sesungguhnya aku mengetahui semuanya apa yang tidak
mereka ketahui.(Al-Baqarah:30)
Maksudnya, keberedaan iblis diantara kalian dan keadaan
pencipta ini tidaklah yang kalian gambarkan itu.
Menurut pendapat lain, bahkan ucapan para malaikat
tersebut disitir pada firmanya:
بِحَمْدِكَ نُسَبِّحُ ونحن اَتَجْعَلُ
فِيْهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّ مَآءَ
وَنُقَدِّسُ لَكَ .
"Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" (Al-baqarah:30)
b.
Tafsir Al-Maroghi
Karna surat ini adalah surat yang paling lengkap menurut
prinsif-prinsif agama, di samping menegakan hujah-hujah atas prinsif-prinsif
tersebut, menolak subhat-subhat dari padanya membatalan aqidah-aqidah dan
kharafat orang –orang musrik, maka ayat-ayat yang terlahir ini datang kepada
Rosulallah SAW dan memerintahkan supaya mengatakan kepada mereka kata-kata yang
mencakup semua yang telah diterangkan dalam surat ini bahwa agama yang benar
dan yang lurus adalah agama Nabi Ibrahim.
c.
Tafsir
Al-Misbah
kata za’alalakum khalaifa al ardi
: Dia yang menjadikan kamu penguasa di bumi
kata warafa
ba’dukum : dia meninggikan kamu atas sebagian yang lain hal ini
menggambarkan bahwa Allah telah dengan tegas akan menjadikan seorang pemimpin
di muka bumi ini, kemudian Allah akan meninggikan derajat atas sebagian yang
lain, hal ini menggambarkan bahwa seandainya dalam suatu kaum tidak ada
pemimpinnya maka tungulah akan kehancuran pada kaum tersebut.
·
Q.S. Hud:61
وَإِلَى ثَمُوْدَ أَخَاهُمْ صَلِحًا ۚ
قَالَ يَقَوْمِ آعْبُدُوْا آللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ ۖ هُوَ أنشأكم مِنَ الأَرْضِ وَآسْتَعْمَرَكُمْ فِيْهَا
فَآ سْتَغْ فِرُوْهُ ثًمَّ تُوْبُوْا إِلَيْهِ ۚ إِنَّ رَبِّى ًَُ ÇÏÊÈ قَرِيْبٌ
مُجِيْبٌ
“Dan kepada Tsamud (kami
utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah,
sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari
bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya[3], karena itu mohonlah ampunan-Nya,
kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya)
lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)."
[3] Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan
memakmurkan dunia.
a.
Tafsir Ibnu Katsir
Allah SWT
berfirman:” Dan apabila hamba-hamba Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka jawablah, bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengbulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu, maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah Ku) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran “.(Al-Baqarah:186)
b.
Tafsir Al-Misbah
Setelah selesai kisah ‘ad kini tiba giliran kisah kaum
tsamud. Kaum tsamud pada mulanya menarik pelajaran berharga dari pengalaman
buruk kaum ‘ad, karena itu mereka beriman kepada tuha yang Maha Esa, pada masa
itulah mereka pun berhasil membangun peradaban yang cukup megah tetapi
keberhasilan itu menjadika mereka lengah sehingga mereka kembali menyembah
berhala serupa dengan berhala yang disembah kaum ‘ad, ketika itulah Allah SWT.
Mengutus Nabi Shaleh a.s. mengingatkan mereka agar tidak mempersekutukan Allah
SWT. Tetapi tuntunan yang dan peringatan beliau tidak disambut baik oleh
mayoritas kaum tsamud.
Kata : ansya’akum / menciptakan kamu mengandung makna mewujudkan serta
mendidik da mengembangkan. Objek kata ini bisanya adalah manusia dan binatang.
Sedangkan kata ista’mara terambil dari kata ‘amar yang berarti memakmurkan,
kata tersebut juga dipahami sebagai antonim dari kata kharab yakni kehacuran.
Huruf sin dan ta yang menyertai kata ista,mara ada yang memahami dalam arti
perintah sehingga kata tersebut berarti Allah memerintahkan kamu memakmurkan
bumi dan ada juga yang mengartikan sebagai fungsi penguat yakni menjadikan kamu
benar-benar mampu memakmurkan dan membangu bumi dan masih ada lagi
pendapat-pendapat lainnya.
C. Tafsir
Al-Maraghi
Pengertian
Secara Umum
Kisah ini tecantum dalam
Al-Qur’an yang menerangkan seruan Nabi Shalih kepad kaumnya, samud, dengan
tolakan mereka terhadap dakwah, setelah beliau memberikan hujjah kepada mereka.
Nabi shalih adalah seorang rasul kedua dari bangsa arab dan kabilahnya. Samud,
bertempat tinggal di Al-Hijir, suatu tempat antara Hijaz dan syam. Kisah mereka
akan kita dapatkan pula dalamsurat Asy Syura’, An-Naml, Al-Qamar, Al-hijr dan
surat-surat lainya, yang masing-masing akan didapatkan pelajaran dan nasihat,
yang juga di perlukan oleh selainkaum samud.
Penjelasan
وَإِلَى ثَمُوْدَ أَخَاهُمْ صَلِحًا ۚ قَالَ يَقَوْمِ آعْبُدُوْا
آللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ ۖ Dan
kepada kaum samud, kami utus saudara mereka, shalih. Shalih berkata; Hai kaumku
sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain dia.
هُوَ أنشأكم مِنَ الأَرْضِ
Allah yang telah memulai penciptaan
kalian dari tanah. Yaitu, pertama yang daripadanya Allah menciptakan Adam,
nenek moyang umat manusia, kemudian menciptakan kalian dari sari pati yang
berasal dari tanah. Juga melewati bermacam-macam perantara karena sperma
(nutfah) yang berubah pula menjadi suatu gumpalan (Mudghah), kemudian menjadi
kerangka tulang yang di balut dengan daging. Asal semuanya adalah darah, sedang
darah yang itu berasal dari makanan. Makanan itu, kadang terdiri dari daging
yang berasal dari tetumbuhan setelah melewati satu tahapan atau lebih.
óوَآسْتَعْمَر
Dan Allah menjadikan kalian
orang-orang yang memakmurkan tanah itu, artinya, bahwa kaum Nabi Shalih itu ada
yangmenjadi petani, pengrajin dan ada pula tukang batu, sebagaimana tercantum
dalam ayat yang lain:
(#qçR%x.ur tbqçGÅs÷Zt z`ÏB ÉA$t6Ågø:$# $·?qãç/ úüÏZÏB#uä ÇÑËÈ
“Dan mereka memahat
rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman”. (Al-Hijr:
82)
çnrãÏÿøótFó$$sù ¢OèO (#þqç/qè? Ïmøs9Î)
Maka mohonlah kepada Allah supaya
mengampuni kalian atas dosa-dosamu yang lalu karena kemusyrikan dengan
mempersekutukan Allah kepada yang lain, juga atas kejahatan yang telah kamu
lakukan. Kemudian, kembalilah kalian kepada-Nya.
¨bÎ) În1u Ò=Ìs% Ò=ÅgC
Sesungguhnya Tuhanku Maha Dekat
kepada hamba-hamba-Nya. Tidak samar bagi-Nya permohonan ampun mereka maupun
dorongan yang membangkitkan untuk melakukan permohonan ampun.
ANALISIS
1. Manusia
adalah wakil (khalifah) Allah SWT di muka bumi.
Ketika Allah SWT hendak menciptakan manusia, Allah SWT
memberitahu para malaikat-Nya perihal maksud-Nya:
Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di muka bumi
orangyang akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucihan Engkau? Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS.
al-Baqarah: 30)
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa di muka bumi,
dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat,
untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. (QS. al-An'âm: 165)
2. Di antara
seluruh ciptaan, manusia memiliki kemampuan yang paling tinggi untuk
mendapatkan pengetahuan atau ilmu:
Dan Dia mengajarkan hepada Adam nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang benar!"
Mereka menjawab: "Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Mahabijaksana." Allah berfirman: "Hai Adam,
beritahulah mereka nama benda-benda ini." Maka setelah diberitahukannya
kepada mereka nama benda-benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah
Kukatakan kepadamu bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi
dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (QS.
al-Baqarah: 31-33)
3. Fitrah manusia
itu sedemikian rupa sehingga secara intuisi manusia tahu bahwa hanya ada satu Allah
SWT. Kalau manusia tidak percaya dan ragu, maka hal itu abnormal dan merupakan
penyimpangan dari fitrahnya:
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa
mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka
menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi." (QS.
al-A'râf: 172) Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah).
(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
(QS. ar-Rûm: 30)
4. Selain
unsur-unsur material yang ada dalam materi non-organis, tumbuhan dan binatang,
dalam fitrah manusia ada satu unsur ilahiah dan malaikat juga.
Manusia adalah perpaduan antara yang natural dan yang
ekstra-natural, yang material dan yang non-material, yang jasadi dan yang
rohani:
Yang membuat segala sesuatu yang Dia dptakan
sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia
menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia
menyempurnakan dan meniupkan he dalam (tubuh)-nya roh (ciptaan)-Nya. (QS.
as-Sajdah: 7-9)
5. Penciptaan
manusia dilakukan dengan perhitungan yang matang, bukan kebetulan. Manusia
adalah makhluk pilihan:
Kemudian Tuhannya memilihnya, maka Dia menerima tobatnya
dan memberinya petunjuk. (QS. Thâhâ: 122)
Kepribadian manusia itu independen dan merdeka. Manusia
adalah khalifah (wakil) yang diangkat Allah SWT dan memiliki misi serta
tanggung jawab. Manusia dituntut untuk memperbaiki bumi dengan upaya dan prakarsanya,
dan dituntut untuk memilih kesejahteraan atau kesengsaraan. Al-Qur'an
memfirmankan:
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada
langit, bumi dan gunung, maka semuanya enggan memikul amanat itu, dan mereka
khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim lagi amat bodoh. (QS. al-Ahzâb: 72)
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes
mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan),
karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah
menunjukinya jalan yang lurus. Ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir. (QS.
al-Insân: 2-3)
6. Manusia
memiliki martabat dan kemuliaan. Allah SWT telah menjadikan manusia unggul atas
banyak makhluk-Nya. Manusia baru dapat merasakan bagaimana Sesungguhnya dirinya
itu kalau mewujudkan martabat dan kemuliaannya serta memandang dirinya tak
pantas diperbudak dan tak layak berbuat
buruk:
Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam.
Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik. Dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. al-Isrâ': 70)
7. Manusia
mendapat anugerah berupa cita rasa wawasan moral. Manusia tahu mana yang baik
dan mana yang buruk dengan menggunakan ilham alamiah:
Demi jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka
Allah mengilhamkan kepadajiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. (QS.
asy-Syams: 7-8)
8. Manusia tidak
akan pernah cukup, tenang, atau puas dengan apa pun, kecuali kalau dia
mengingat Allah SWT. Hasratnya tak ada ujungnya. Manusia cepat jenuh dengan apa
pun yang didapatnya. Hanya dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT sajalah
manusia baru dapat menenteramkan atau memuaskan dirinya:
Hanya dengan mengingat Allah sajalah hati menjadi
tenteram. (QS. ar-Ra'd: 28)
Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan
sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, makapasti kamu akan menemui-Nya. (QS.
al-Insyiqâq: 6)
9. Segala yang
baik di bumi ini telah diciptakan untuk manusia. Al-Qur'an memfirmankan:
Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi
untuk kamu. (QS. al-Baqarah: 29)
Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan
apa yang ada di bumi semuanya. (QS. al-Jâtsiyah: 13)
Karena itu manusia mempunyai hak untuk memanfaatkannya
secara halal.
10. Manusia
telah diciptakan untuk beribadah kepada Tuhannya saja dan untuk menerima
perintah dari-Nya. Karena itu manusia berkewajiban menaati perintah Allah SWT:
Dan Aku tidak mendptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku. (QS. adz-Dzâriyât: 56)
11. Manusia
tak mungkin ingat siapa dirinya, kecuali kalau dia beribadah dan ingat kepada
Tuhannya. Jika dia lupa Tuhannya, berarti dia lupa dirinya, dan berarti dia tak
tahu siapa dirinya, untuk apa dirinya diciptakan, apa kewajibannya dan hendak
ke mana dia. Al-Qur'an memfirmankan:
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada
Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. (QS.
al-Hasyr: 19)
12. Ketika
manusia meninggal dunia, dan saat itu tirai jasmani yang menutupi roh atau
jiwanya tersingkapkan, maka dia akan melihat dengan jelas banyak realitas yang
sekarang ini gaib. Al-Qur'an memfirmankan:
Maka Kami singkapkan darimu tutup (yang menutupi)
matamu, maka pengtihatanmu pada hari itu amat tajam. (QS. Qâf: 22)
13. Bukan
keuntungan materi saja yang diupayakan untuk dicapai oleh manusia. Memenuhi
kebutuhan hidup akan materi bukanlah satu-satunya motivasi manusia. Manusia
sering melakukan sesuatu untuk tujuan-tujuan yang lebih tinggi. Mungkin saja
semua upayanya hanyalah untuk mendapatkan rida Penciptanya. Al-Qur'an
memfirmankan:
Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridai-Nya. (QS. al-Fajr: 27-28) Allah menjanjikan kepada
orang-orang yang mukmin lelaki maupun perempuan (akan mendapat) surga yang di
bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (men¬dapat)
tempat-tempat yang bogus di surga 'Adn. Dan keridaan Allah adalah lebih besar.
Itulah keberuntungan yang besar. (QS. at-Taubah: 72)
Karena itu, dari sudut pandang Al-Qur'an, manusia adalah
makhluk yang dipilih Allah SWT untuk menjadi khalifah-Nya di muka bumi. Manusia
adalah makhluk setengah malaikat dan setengah materi. Secara naluriah manusia
sadar akan Allah SWT. Manusia merdeka, memegang amanat Allah SWT, bertanggung
jawab atas dirinya sendiri dan atas dunia. Manusia mengendalikan alam, bumi dan
langit. Manusia bisa bersemangat karena kebaikan atau karena kejahatan.
Keberadaan manusia diawali dengan kelemahan, kemudian berangsur-angsur dia jadi
kuat dan sempuma. Yang dapat menenteramkan atau memuaskan dirinya hanyalah ingat
kepada Allah SWT. Kapasitas intelektual dan praktisnya tak ada batasnya.
Martabat dan kemuliaan sudah menjadi sifat manusia. Sering kali tak ada aspek
material dalam motivasi manusia. Manusia telah diberi hak untuk memanfaatkan
secara halal anugerah alam ini, Namun manusia harus mempertanggung-jawabkannya
kepada Tuhannya.
Penyembahan manusia kepada Allah lebih mencerminkan
kebutuhan manusia terhadap terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang
baik dan adil. Oleh karena itu penyembahan tersebut harus dilakukan secara
sukarela, tanpa paksaan, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada manusia
termasuk ritual-ritual penyembahannya.
Khalifah secara bahasa berarti pengganti atau wakil. Maka manusia di muka bumi ini menjadi khalifah Allah, atau wakil Allah. Ibnu Jarir at-Thabari menjelaskan, bahwa Allah mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya untuk menggantikan Allah dalam memutuskan perkara secara adil terhadap makhluk-makhluk Allah.
Khalifah secara bahasa berarti pengganti atau wakil. Maka manusia di muka bumi ini menjadi khalifah Allah, atau wakil Allah. Ibnu Jarir at-Thabari menjelaskan, bahwa Allah mengangkat manusia sebagai khalifah-Nya untuk menggantikan Allah dalam memutuskan perkara secara adil terhadap makhluk-makhluk Allah.
Dr.
Quraisy Syihab menjelaskan tentang kekhalifahan ini, “Ia berkewajiban untuk
menciptakan suatu masyarakat yang hubungannya dengan Allah baik, kehidupan
masyarakatnya harmonis, dan agama, akal dan budayanya terpelihara”.Pengangkatan
manusia sebagai khalifah ini berkaitan dengan anugerah sifat ketuhanan kepada
manusia, di antaranya adalah kehendak (iradah). Manusia yang bebas berkehendak
dan bebas memilih ini diuji oleh Allah, mau berkehendak yang sesuai dengan Dzat
yang mewakilkan atau tidak. Dan kelak manusia akan dimintai pertanggungjawaban
oleh Allah atas jabatannya sebagai khalifah itu di akhirat.
Misi dan fingsi penciptaan manusia
Misi dan fungsi penciptaan manusia adalah untuk penyembahan kepada Sang
Penciptanya, Allah SWT. Pengertiaan penghambaan kepada Allah tidak boleh
diartikan secara sempit dengan membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam
salat saja
Kedudukan
manusia sebagai khalifah Selain bertugas sebagai hamba yang harus selalu
mengabdi, manusia hidup di dunia memiliki kedudukan terhadap makhluk-makhluk
yang lainnya. Fungsi ini dinamakan dengan fungsi kekhalifahan (khilafah),
sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah; Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi.” (Al-Baqarah:30)
Penyembahan
manusia kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terwujudnya
sebuah kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil. Oleh karena itu penyembahan
tersebut harus dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan, karena Allah tidak
membutuhkan sedikitpun pada manusia termasuk ritual-ritual penyembahannya. “Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah
kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rezeki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka member Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah Maha
Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan Lagi Sangat Kokoh”.
(Az-Zaariyaat,51:56-58)
Pembagian
manusia sebagai hamba Tuhan sekaligus khalifah-Nya
1. Golongan yang
tidak tahu atau tidak sadar yang mereka itu hamba Tuhan dan khalifah-Nya
2. Golongan yang tahu bahwa mereka adalah hamba dan khalifah Allah di bumi tetapi rasa
2. Golongan yang tahu bahwa mereka adalah hamba dan khalifah Allah di bumi tetapi rasa
kehambaan dan
kekhalifahannya tidak ada atau tidak wujud.
3. Golongan yang
merasa kehambaan dan kekhalifahan kepada Allah di bumi. Rasa
kehambaan dan
rasa kekhalifahannya kepada Allah itu kuat.
4. Golongan yang
sifat kehambaannya dan memperhambakan diri kepada Allah lebih menonjol daripada
kekhalifahannya kepada Allah.
5. Golongan yang
sifat kekhalifahannya kepada Allah lebih menonjol daripada sifat kehambaannya
DAFTAR PUSTAKA
AL-QUR’AN DAN TERJEMAH
TAFSIR IBNU KATSIR
TAFSIR AL-MARAGHI
TAFSIR AL-MISBAH
Posting Komentar